Sanggupkah Demokrasi Sekuler Atasi Persoalan Manusia Secara Tuntas?  

Opini603 Views

 

 

Oleh : Sumiatun*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Dilansir Beritasatu.com, 7/1/2021. Para pemimpin dunia dan diplomat mengecam kerusuhan yang dilakukan oleh pendukung Donald Trump di Gedung Capitol di Washington, AS. Tersulut emosi akibat klaim kecurangan pemilu yang berulang kali disampaikan Trump, para pendukung Trump menyerbu masuk ke gedung parlemen atau Capitol di Washington DC, Rabu (6/1/2021) siang waktu setempat atau Kamis dini hari WIB. Sedikitnya empat perusuh tewas dalam insiden itu.

Kerusuhan oleh pendukung Trump meramaikan jagad media dan mengundang reaksi para tokoh dunia. Apa yang dilakukan pihak Trump tersebut dianggap mengkhianati demokrasi.

Hal ini karena Amerika Serikat merupakan negara yang dianggap telah matang dalam berdemokrasi. Namun kerusuhan pasca pemilu justru menjadi indikasi bahwa demokrasi yang digaungkan Amerika Serikat adalah semu belaka.

Menlu Irlandia Sivon Coveney menyebut insiden di gedung parlemen Capitol Hill tersebut sebagai serangan terhadap demokrasi. Pernyataan senada disampaikan Menlu Perancis Jean – Yves Le Drian, bahwa penyerangan terhadap institusi Amerika adalah serangan demokrasi, keinginan dan suara rakyat AS harus dihormati. Para tokoh dunia yang lain pun terkesan menyesalkan atas tindakan pendukung Trump.

Apa yang terjadi di Amerika menampakkan sebuah fakta terbalik tentang penerapan demokrasi di negara penjunjung demokrasi.

Demokrasi berasaskan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan bernegara. Kebebasan menjadi ide yang diagungkan baik dalam beragama, berpendapat, berkepemilikan dan bertingkah laku.

Ketika seseorang ingin mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya, dengan alasan demokrasi, mereka lalu melakukan tindak kekerasan yang justeru membahayakan pihak lain. Hal ini dianggap lumrah sebagai wujud kebebasan berpendapat dan bertingkah laku.

Demokrasi dalam konteks ini telah lumpuh dan tidak mampu menjadi pijakan dan menjawab persoalan manusia yang kompleks.

Segala yang indah yang dipromosikan dalam demokrasi hanya sebagai fatamorgana agar manusia rela mengadopsinya. Nyatanya Amerika Serikat, negara adidaya yang gencar mengekspor demokrasi ke seluruh dunia tampak sebagai The new sick man yang justeru banyak melanggar demokrasi yang dijunjung tinggi. Kalaulah demikian maka tinggal menunggu masa masa di mana Amerika akan tumbang.

Demokrasi sekular hanyalah sebuah kreasi buatan manusia yang memiliki banyak kelemahan dan hanya akan menimbulkan ketidak adilan, serta permasalahan yang menyusahkan manusia.

Ambruknya ekonomi dunia, penguasa yang ingkar janji dengan yang dikampanyekannya, penindasan terhadap kaum minoritas khususnya muslim di berbagai negara, penghinaan yang terus menerus kepada Nabi Muhammad SAW atas nama kebebasan, adalah akibat diterapkannya demokrasi yang sangat sekularistik ini. Sungguh demokrasi sekular ini tidak akan mampu menanggulangi aliran persoalan manusia yang sangat kompleks.

Allah SWT telah memperingatkan kita, sebagaimana firmanNya,” Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.” (TQS.al-An’Ãm[6]:16).

Lantas sistem apakah yang pantas menggantikannya? Tentunya sistem yang sesuai fitrah manusia yang berasal dan dibuat oleh Allah SWT,  Pencipta manusia. Karena hanya Allah SWT yang Maha Tahu aturan yang terbaik bagi makhluk ciptaanNya. Itulah Islam yang telah teruji selama 13 abad lamanya.

Islam memiliki konsep yang komplek, komprehensif dan universal sehingga mampu mengatur seluruh urusan kehidupan manusia.

Islam memposisikan seorang pemimpin sebagai Rá’in (pengurus). Dia bukan hanya bertanggung jawab kepada manusia tapi juga sadar bahwa kepemimpinannya itu akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah terhadap rakyat yang dipimpinnya.

Sebuah institusi kepemimpinan global yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW ini menjadi sebuah alternatif bagi persoalan yang muncul bukan hanya pada skala mikro tapi makro.

Hal ini sebagaimana dijanjikan oleh Allah dalam al Qur’an surat an-Nûr ayat 55 dan dalam bisyarah (kabar gembira) Rasulullah,”

“…Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian…” (HR. Ahmad dalam musnad-nya no.18430). Allahu ‘a’lam bishshawáb.[]

*Anggota Komunitas Penulis Ngopi (Ngobrol seputar Opini)

____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang

Comment