Resesi Seks Mengancam Generasi, Syariat Islam Menjadi Solusi

Opini852 Views

 

 

Oleh: Sri Eni Purnama Dewi, S.Pd.Si, Ibu Pembelajar

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA –Badai resesi seks mengguncang dunia, fenomena ini menjadi persoalan serius. Bahkan beberapa negara maju telah mengalaminya seperti Cina, Jepang, Korea, Amerika hingga negara Asia Tenggara yakni Singapura termasuk Indonesia. Hal ini tentu membawa dampak beragam mulai dari kehidupan sosial hingga ekonomi.

Resesi sendiri bermakna kemerosotan. Berarti resesi seks merupakan fenomena menurunnya hasrat pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah, bahkan punya anak. Banyak data negara maju yang mengalami fenomena ini memiliki tingkat pernikahan dan kelahiran sangat rendah.

Saat ini yang sedang menjadi sorotan adalah negara tetangga yakni Singapura. Bagaimana tidak, guna mengatasi resesi seks pemerintah Singapura akan memberikan insentif sebesar 3.000 dolar Singapura atau sekitar 31 juta rupiah bagi pasangan yang ingin memiliki anak dan menjadi orang tua. Selain itu pemerintah Singapura berencana mengizinkan para wanita lajang untuk membekukan sel telurnya tanpa alasan medis.

Hal ini dilakukan sebagai respons atas penurunan angka perkawinan yang memicu turunnya angka kelahiran. Sehingga perempuan yang ingin menunda kehamilan karena ingin mengejar karier ke depannya berkesempatan memperoleh anak di masa tua.

Selain itu, kurang bersemangatnya para istri melakukan hubungan seks menjadi penyebab fenomena ini. Dalam riset akhir tahun lalu, disimpulkan bahwa 60% wanita Singapura yang disurvei mengalami resesi seks karena memiliki fungsi seksual yang rendah (cnbcindonesia, 7/5/2022).

Berdasarkan riset McKinsey & Company, resesi seks berdampak pada kegiatan ekonomi, karena dapat menghasilkan sebuah kondisi yang dinamakan lonely economy, yakni kegiatan ekonomi yang didorong oleh masyarakat yang cenderung hidup menyendiri. Bahkan, jumlah orang dalam sebuah rumah tangga terus menyusut. Pergeseran demografis yang signifikan ini tentu akan mengubah pola permintaan. Dampak jangka panjangnya adalah punahnya peradaban manusia Yang akan memicu lost generation.

Di sejumlah negara, resesi seks muncul sebagai dampak dari sejumlah persoalan. Pandemi Covid-19 dan perubahan iklim (climate change) disebut-sebut menjadi salah satu biang keladi terbaru penyebab resesi seks.

Jika kita amati, badai resesi seks sejatinya muncul karena cara pandang manusia yang materialistis. Pandangan ini lahir dari sistem rusak yakni Kapitalisme dengan asas liberalisme dan sekulerisme, alhasil agama tidak menjadi pedoman dalam hidupnya. Hal ini membentuk pribadi manusia yang menstandarkan kebahagiaan pada materi, sehingga dijadikan tujuan hidup.

Dalam sistem sekuler kapitalistik yang rusak ini, perbuatan menyimpang selama tidak mengganggu kebebasan orang lain, sah-sah saja. Inilah yang sesungguhnya menjadi penyebab utama resesi seks, sedangkan covid-19 dan perubahan iklim hanyalah penyebab sampingan.

Resesi seks sangat membahayakan umat Islam jika mereka ikut-ikutan mengadopsinya. Ketidakharmonisan keluarga akan semakin marak dan hilangnya generasi Islam yang berkualitas akan menjadi taruhannya. Naudzubillah.

Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna tentu punya solusi akan munculnya fenomena ini. Penyaluran naluri yang benar telah diatur dalam Islam.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar resesi seks tidak semakin menggila dan tentunya cara ini sesuai dengan fitrah manusia.

Pertama, Menikah. Pernikahan merupakan hal yang di sunnahkan dan dianjurkan dalam Islam. Dengan menikah dapat melestarikan keturunan dan seseorang dapat menyalurkan nafsu syahwatnya tanpa terjerumus dosa. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa [4] ayat 1 :

يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء

”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dari satu jiwa dan menciptakan istri darinya. Dan dari keduanya mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”

Dengan menikah maka generasi baru akan lahir. Hal ini tentu dapat melestarikan keturunan. Belum lagi jika yang dilahirkan merupakan generasi Rabbani yang beriman dan bertqwa kepada Allah.

Nabi saw, mendorong kaum muslimin untuk memiliki banyak anak. Beliau pun menyatakan akan merasa bangga dengan banyaknya jumlah umatnya pada hari kiamat kelak.

Kedua, senantiasa menjadikan Islam dan syariatnya sebagai panduan dan solusi permasalahan. Halal dan haram harus dijadikan landasan dalam berbuat, bukan hawa nafsu. Di sinilah pentingnya setiap individu memahami serta mempelajari syariat Islam. Apapun yang dilakukan seorang muslim standar perbuatannya adalah syariat Islam.

Dengan demikian keinginan untuk tidak menikah atau tidak mau punya anak akan jauh dari pemikirannya. Dengan demikian, tentu resesi seks tidak akan terjadi.

Ketiga, perlu peran negara dalam meriayah rakyat agar resesi seks tidak semakin meningkat. Pemerintah seharusnya memberikan penyuluhan akan bahayanya resesi seks ini. Tidak hanya itu, perbuatan liberal atau bebas tanpa aturan agama yang dilakukan individu juga perlu dikontrol. Hal ini tentu saja hanya bisa terjadi jika sistem negara yang digunakan bukan Kapitalisme yang berasaskan liberalisme melainkan sistem Islam.

Sangat jelas bahwa fenomena resesi seks bertentangan dengan Islam, dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Wajar saja jika ini akan berdampak pada kerusakan generasi khususnya kaum muslim. Tak hanya merusak tatanan keluarga dan ekonomi bahkan akan menghambat perjuangan menuju tegaknya syariat Islam di muka Bumi ini. Wallahualam bissawab.[]

Comment