Refleksi Pemuda dalam Arus Kapitalisme 

Opini455 Views

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd
Aktivis Muslimah Bali

___________

 

RADARINDINESIANEWS.COM, JAKARTA — Dalam hitungan jam, tahun 2022 akan segera berakhir. Akhir tahun merupakan saat yang tepat, bagi kita dan lebih khusus pemuda merefleksi apa saja yang telah dilakukan.

Tak dipungkiri, membuat resolusi untuk tahun baru pun menjadi agenda wajib. Meskipun dua agenda ini selalu dibahas, namun tujuan untuk lebih baik tetap saja memiliki kendala.

Jagat maya di akhir tahun ini pun cukup ramai membahas tentang cara produktivitas yang lebih baik lagi. Misalnya saja ranah kesehatan, akademik, public speaking, politik, dan lain-lain, khususnya konten produktif untuk para pemuda.

Namun ternyata, konten rivalnya pun tak kalah booming. Konten yang hanya memenuhi kesenangan semata, hura-hura dan foya-foya. Bahkan tak jarang, yang diminati pemuda justru konten yang seperti ini, yang receh dan tak memikirkan jangka panjang. Asal viral, lantas terkenal, dan mendapat endorse gratis.

Sepanjang tahun 2022 banyak kejadian yang mengharuskan semua elemen masyarakat bahkan negara untuk melakukan refleksi dengan sungguh-sungguh tentang nasib para pemuda. Ada berapa juta pemuda yang geraknya terombang-ambing pada arus yang salah. Seolah-olah produktif, nyatanya hanya konsumtif.

Ada yang viral karena kompilasi foto-fotonya terjual dengan harga fantastis di situs NFT. Ada juga yang viral karena lagu “Ojo Dibanding-bandingke”, yang dianggap menyentuh hati masyarakat, kemudian diundang ke Istana Negara dan mendapat gelar sebagai duta kekayaan intelektual.

Ada pula yang Intan Lembata yang viral dengan lagu “Begitu Syulit Lupakan Rehan”, membuat terngiang-ngiang para pemuda karena merasa bernasib sama.

Tidak hanya itu, Fenomena Citayam Fashion Week juga tak kalah menarik perhatian pemuda. Mereka mampu berekspresi layaknya model tanpa harus berparas menawan dan memakai baju mewah. Ternyata fenomena CFW tidak hanya di kawasan Sudirman Jakarta, tetapi menular ke kawasan lain negeri ini.

Jika disebutkan satu per satu rasanya tak akan cukup pembahasannya, bahkan akan bertumbuh dan bertumbuh lagi. Pemuda kini, banyak yang ingin cepat terkenal  meski harus bermuka badak.

Kebalikannya, mereka yang aktif menyelamatkan nasib generasi pemuda melalui konten dakwah misalnya, digelari dengan sebutan sok alim dan bahkan dengan sebutan miring sebagai ekstremis.

Komunitas pemuda muslim semakin ditekan ketika ingin mengadakan agenda kajian atau sekadar diskusi interaktif. Sel-sel baru pemuda yang sadar dan ingin hijrah, tidak didukung secara optimal bahkan dikerdilkan peran dan potensinya. Pembajakan potensi ini disusun secara sitemis hingga peran pemuda mandul untuk  menyelamatkan generasi di bawahnya.

Apa yang terjadi, saling kontradiktif antara impian dan realitasnya. Pada saat yang sama, pemuda disebut produktif, tetapi atas standar duniawi. Mereka disebut tangguh, tetapi sebenarnya rapuh. Mereka menjadi korban kezaliman sistem kehidupan penghamba harta, yakni kapitalisme.

Ideologi kapitalisme selalu mencari cara untuk meracuni pemikiran pemuda, hingga para pemuda tidak sadar bahwa mereka dalam kondisi tidak baik baik saja. Kapitalisme memasukkan racun itu pada hal-hal yang disenangi pemuda, seperti 5F berikut yakni food, fun, fashion, film, dan free sex.

Jelas bahwa pembajakan potensi pemuda ini benar-benar telah tersistematis dan sangat membahayakan. Akibatnya, produktivitas dan ketangguhan para pemuda tak ubahnya hanya sebagai bahan bakar bagi mesin ekonomi kapitalisme.

Oleh karena itu pemuda muslim harus segera sadar dan bangkit untuk menyadarkan umat dalam upaya penyelamatan generasi selanjutnya.

Islam telah banyak menyampaikan tentang kehebatan pemuda dalam gerak dakwah, penyelamatan kaum muslim, pembebas negeri mulia, tonggak peradaban hebat, dan pelopor intelektual dunia. Semua itu tentu berjalan pada arus yang shahih, sesuai perintah Allah dan RasulNya.

Maka yakinlah, bahwa selama pergerakan pemuda masih berada pada track yang benar, pertolongan Allah pasti datang.

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali mereka yakni orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Wallahu a’lam bish showab.[]

Comment