RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Baru-baru ini telah sampai ke telinga kita, sebuah kasus pelecehan seksual yang mengusik rasa kemanusiaan. Seorang anak perempuan berinisial Nf berusia 14 tahun adalah korban pemerkosaan, lalu ia dititipkan sang ayah ke Rumah Aman P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak) untuk mendapatkan treatment pemulihan trauma pasca tragedi pemerkosaan tersebut.
Alih-alih mendapatkan rasa aman dan pemulihan, Nf malah dicabuli untuk kedua kalinya oleh oknum petugas P2TP2A. Awalnya ia ketakutan saat ditanya ayahnya, namun setelah didesak ia mengaku apabila dicabuli untuk kedua kalinya oleh oknum tersebut (suara.com 06/07/2020).
Tentunya hal ini menjadi sebuah evaluasi besar bagi aparat pemerintah, ia yang seharusnya melindungi masyarakat, tetapi malah melakukan aktivitas amoral yang jelas bertentangan dengan norma-norma kesusilaan. Lalu yang menjadi pertanyaan besar, efektifkah lembaga-lembaga sepeti ini dibuat bila kasus kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan terus meningkat?
Dilansir dari lokadata.id (10/01/2020), data kekerasan seksual pada anak terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memaparkan pada Januari hingga Oktober 2019, angka kasus kekerasan seksual pada anak di sekolah meningkat. KPAI mencatat, terdapat 17 kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan dengan korban 89 anak, terdiri dari 55 perempuan dan 34 laki-laki.
Dari 17 kasus tercatat tersebut, 88 persennya dilakukan guru dan 22 persen dilakukan kepala sekolah. 64,7 persen atau setara 11 kasus terjadi di SD, 23,53 persen atau 4 kasus di SMP, dan 11,77 persen atau 2 kasus di SMA.
Kasus-kasus tersebut terjadi disebabkan anak-anak belum mengerti aktivitas seksual sehingga tidak menyadari bahwa dirinya menjadi korban kekerasan seksual (Lokadata.id 10/01/2020)
Tak akan berhenti
Bicara masalah kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, presentase kasus ini akan terus meningkat. Apakah memang salah laki-laki yang ditakdirkan memiliki otak porno, sehingga jika melihat perempuan bahkan anak di bawah umur senantiasa datang keinginan untuk menggaulinya?
Mari kita dudukkan masalah ini sebentar.
Dalam perspektif islam, laki-laki dan wanita diciptakan dalam keadaan fitrah. Maksudnya, laki-laki dan perempuan memiliki kondisi biologis dan psikologis yang berbeda. Misalnya pada laki-laki dan perempuan memiliki kondisi reproduksi yang berbeda, laki-laki menghasilkan sperma untuk membuahi ovum pada perempuan, dan perempuan memiliki Rahim untuk tempat berkembangnya janin.
Nah ini semua fitrah, artinya kita tidak bisa merubah atau menyalahkan fitrah biologis pada diri laki-laki dan perempuan, karena ini adalah karunia Allah aza wa jalla.
Secara psikologis juga terdapat banyak perbedaan, laki-laki diciptakan kuat ditopang dengan struktur tubuhnya yang kuat dan dikaruniai cara berpikir yang logis, sehingga tugasnya adalah sebagai pemimpin yang melindungi kaum perempuan. Pun begitu, perempuan memiliki fitrah lemah lembut dengan cara berpikir yang diliputi dengan perasaan, sehingga tugas seorang ibu ada di dalam diri wanita.
Dari fitrah inilah manusia memiliki potensi jinsiyah (kemampuan untuk melestarikan keturunan), tetapi kita harus mengingat bahwa manusia memiliki akal untuk berpikir. Dan sebagai seorang muslim sudah seharusnya menyandarkan akal kepada aturan-aturan Allah, agar potensi tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang Allah ridhoi.
Lalu pertanyaannya, apakah manusia hari ini sudah menyandarkan potensi jinsiyahnya sesuai dengan peraturan Allah?
Pasti semua bisa menebak, jawabannya jelas belum. Lihat saja bagaimana hiruk pikuk pemuda dan pemudi yang pacaran di pinggir jalan raya. Atau ramainya coffe shop, sebagai tempat berkumpulnya laki-laki dan perempuan, tertawa entah membicarakan apa, ikhtilat dan khalwat sudah menjadi hal biasa.
Ditambah lagi gaya pakaian yang tidak serta merta menutup aurat, hanya mengikuti fashion yang setiap tahun berganti-ganti gaya. Dan tentunya pasti menarik hati lawan jenis.
Lalu dengan fakta ini apakah generasi kaum muslimin sudah kehilangan identitasnya?
Ya jelas sekali. Kenyataannya hari ini, kehidupan yang menuhankan kebebasan sudah merasuk direlung terdalam generasi kaum muslimin. Malam minggunya tak lagi bersama Al-Quran atau bersama bapak ibunya, tetapi bersama laki-laki atau perempuan yang belum mahramnya.
Berjalan berdua entah kemana, nonton bioskop dengan film-film amoral yang dipenuhi dorongan seksualitas menjadi favorit, yang secara tak sadar telah mengantarkan mereka ke jurang kerusakan.
Wajar saja bila angka kekerasan seksual terus melambung, meskipun berbagai komnas atau institusi perlindungan wanita dan anak-anak dibangun, karena akarnya saja tidak diberantas.
Akarnya liberalism sekuler
Sadar atau tidak, kehidupan liberal (bebas sebebas bebasnya) telah menggorogoti kehidupan kaum muslimin dalam waktu cepat. Ibarat ia sel kanker yang akan merusak seluruh jaringan dan melumpuhkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas.
Jika akal manusia tidak dibatasi dengan syariah, dan kita memilih kehidupan yang liberal plus sekuler tadi (memisahkan agama dari kehidupan) saya rasa akan tamat segera. Kenapa? Karena manusia akan melakukan semua aktivitas semaunya sendiri, tanpa mengindahkan aturan Allah.
Dan benar saja, manusia akan berperilaku sesuai dengan pola pikirnya. Ditambah keruwetan berpikir para intelektual pengusung paham feminisme, yang senantiasa menyalahkan fitrah lelaki, akibatnya laki-laki menjadi kambing hitam banyaknya kasus kekerasan seksual.
Padahal kaum adampun banyak yang mengalami kekerasan seksual lo, misal saja kasus sodomi yang melibatkan Reinhard Sinaga, seorang intelektual gay yang sudah memangsa ratusan lelaki untuk memuaskan nafsu bejatnya.
Ditambah lagi paham aneh soal definisi HAM atau Hak Asasi Manusia yang ambigu. Misal saja merubah fitrah jenis kelamin, laki-laki menjadi wanita dan wanita menjadi laki-laki itu HAK. Atau LGBTQ itu juga terserah, karena tiap manusia punya otoritas tubuhnya masing-masing, kita ya tidak wajib melarang mereka.
Nah paham macam apa ini, wajar kan ya kalau generasi bukan semakin bener malah semakin keblinger.
Kembali kepada aturan Allah, jadi generasi yang bener
Sebagai manusia, kita ini harus mengakui kalau akal kita ini terbatas. Tapi Allah itu Maha Adil karena sudah memberikan kita pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah sebagai petunjuk supaya kehidupan kita mendapat ridho Allah.
So, islam itu bukan hanya agama ritualitas ya, yang isinya Cuma ceramah-ceramah di masjid yang sama sekali tidak memberikan pengaruh.
Tetapi sejatinya, islam itu adalah pandangan hidup atau ideologi yang memiliki produk peraturan yang lengkap untuk menata kehidupan. Nah tapi sayangnya sekarang, secara sistematis penerapan islam sudah tidak dilakukan, padahal dulu sudah diterapkan selama 1300 tahun di sepertiga dunia, dan sejak tahun 1924 peraturan ditengah masyarakat diganti oleh paham sekuler liberal, jadi wajar secara sistematis pula pemahaman masyarakat jauh dari islam.
Padahal aturan islam itu sudah lengkap, termasuk mengatur bagaimana cara berinteraksi laki-laki dan perempuan. Sehingga jika kita flashback, tidak ada kekerasan seksual didalam sejarah peradaban islam. Pernah ada sebuah kasus kecil, seorang wanita dijahili oleh Yahudi hingga gamisnya tersingkap, itu saja Khalifah Al-Mu’tasim langsung mengerahkan pasukan untuk menyerang orang-orang Yahudi, dan walhasil mereka tidak berani lagi berbuat semisalnya.
Dalam islam, wanita dan pria memiliki kewajiban menutup aurat, menundukkan pandangan dan juga tidak diperbolehkan berdua-duaan atau khalwat serta ikhtilat atau bercampur baur. Mereka memiliki area kehidupan yang berbeda, wanita bersama wanita, dan laki-laki bersama laki-laki, kecuali urusan muamalah semisal pendidikan, kesehatan, transportasi dan ekonomi.
Selain itu fungsi negara di dalam islam, harus menjaga ketaatan masyarakat, sehingga tontonan yang mengandung unsur seksualitas tidak akan pernah ada. Hukum islam yang tegas, juga akan membuat masyarakat takut jika berbuat kemaksiatan, tapi lebih dari itu masyarakat akan dipahamkan tentang syariah islam sehingga ia akan melibatkan Allah dalam segala aktivitasnya serta akan timbul rasa takut kepada Allah jika melanggar aturan-aturanNya.
Nah, bila representasi negara dan masyarakat seperti ini, bisa dijamin tidak akan ada lagi kasus kekerasan seksual. Dan representasi masyarakat yang ideal menurut Allah hanya ada didalam peradaban islam, peradaban yang akan menyatukan pikiran dan perasaan masyarakat sehingga mereka memiliki tujuan yang satu yakni ridho Allah. Wallahhualam bhisawab.[]
*Pegiat Literasi
Comment