RADARINDONESANEWS.COM, JAKARTA – Sampai hari ini Covid-19 masih menjadi pandemi yang mematikan di seluruh dunia. Lonjakan terus terjadi mendekati angka 4 juta. Meskipun di sebagian negara menurun namun di wilayah lain mengalami peningkatan pesat.
Termasuk di negeri zamrud katulistiwa, Indonesia.
Berdasarkan penulusuran tirto.id jumlah kasus positif corona di Indonesia per 6 Mei 2020 bertambah 367 kasus dalam sehari. Sehingga total kasus positif sebanyak 12.438 orang, sementara pasien dalam perawatan sekitar 9.226 orang.
Bahkan dari tabel data harian perkembangan pasien Covid-19 yang dipaparkan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto, hingga 26 maret saja sebaran penularan Covid-19 terjadi di 27 provinsi (Kompas.com).
Melihat fakta di lapangan yang menunjukkan trend peningkatan dan sebaran yang semakin meluas. Menimbulkan teka-teki di sejumlah kalangan tentang kapan waktu berakhirnya wabah ini. Beberapa studi ahli mengatakan virus ini akan berakhir pada Juni 2020.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Singapore University of Technology and Design (SUTD) yang menyebutkan 97 % kasus di Indonesia akan selesai pada 6 Juni 2020 nanti. Sedangkan 100 % kasus diperkirakan akan selesai pada 1 September 2020 (cncbIndonesia).
Pendapat senada diungkap Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Munardo soal prediksi pandemi Corona akan berakhir Juni-Juli nanti.
Namun lain halnya dengan pendapat epidemiolog dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran (Unpad), Bony Wien Lestari. Bony mempertanyakan pernyataan Letjen TNI Doni Munardo.
“Sebagai seorang epidemiolog, saya akan bertanya atas dasar apa kemudian beliau bisa mengatakan bahwa pandemi akan berakhir Juni dan kondisi Indonesia mulai normal Juli. Hingga saat ini, masih menunjukkan tren peningkatan kasus positif, ODP dan PDP disertai perluasan kasus ke hampir seluruh kabupaten kota di mana sekarang 25 dari 27 kabupaten kota sudah terdampak Covid-19” (Liputan6.com).
Tentu tak ayal lagi jika muncul beragam pertanyaan dari publik. Secara fakta mengalami tren peningkatan jumlah positif Covid-19 tetapi di sisi lain banyak prediksi berakhirnya pandemi begitu cepat.
Ada apa? Apakah ada pengabaian data atau peremehan tingkat bahaya? Banyak spekulasi dan teka-teki yang bersileweran menanti jawaban.
Jika demikian yang terjadi baik itu pengabaian data ataupun peremehan tingkat bahaya dengan prediksi virus ini berakhir dalam waktu dekat bisa memunculkan problem baru. Yakni kekurang seriusan dalam penanganan karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Sebagaimana pernah diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus merangkap jabatan Plt Menteri Perhubungan Luhut Binsar Pandjaitan dalam sebuah link berita dari harian nasional yang menyebutkan bahwa virus Corona tak kuat dengan cuaca Indonesia. Sampai-sampai Faisal Basri geram dan membuat pernyataan pedas, “Luhut Pandjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19” (Galamedianews.com).
Di tengah kepanikan hari ini, kehadiran negara sangat dinantikan. Negara diharapkan mampu menunjukkan tanggungjawab penuh dengan melakukan tindakan maksimal menghentikan sebaran dan melakukan penanganan terhadap korban.
Pertama, pastinya harus menerapkan lockdown untuk menghentikan sebaran sehingga penyebaran virus Corona tidak meluas. Nah di fase ini masyarakat sangat membutuhkan terpenuhinya kebutuhan primer mereka dengan keterbatasan gerak. Sementara wilayah yang tidak terdampak bisa melanjutkan aktivitas sebagaimana biasanya.
Kedua, penanganan terhadap korban harus dimaksimalkan. Dengan terus melakukan ikhtiar terbaik menemukan obat yang mampu menyembuhkan sekaligus memfasilitasi tenaga medis dengan segala perlengkapan yang dibutuhkan.
Demikianlah peran negara seharusnya. Dalam Islam negara wajib hadir sebagai penanggungjawab urusan umat. Senantiasa ada dan terdepan membersamai umat dan tidak membiarkan mereka berjuang sendiri mengundi nasibnya bertarung melawan wabah.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibn Umar RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang imam yang berkuasa atas masyarakat bagaikan penggembala dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya (rakyatnya)”.
Kisah Inspiratif seorang penguasa dalam Islam dalam menangani krisis termasuk ketika terkena wabah tercatat dalam buku The Great leader of Umar bin Khaththab, diceritakan bahwa ketika terjadi krisis, Khalifah Umar ra. melakukan amal luar biasa.
Ketika krisis ekonomi, Khalifah Umar memberi teladan terbaik dengan cara berhemat dan hidup sederhana, bahkan lebih kekurangan dari masyarakatnya. Mashaa Allah.
Pada saat yang sama Khalifah Umar ra juga langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan untuk masyarakat.
Kesuksesan yang pernah ditorehkan Islam dalam penanganan wabah bukan hanya terletak pada satu aspek semata. Tetapi kesinergisan berbagai aspek kehidupan secara bersamaan yakni diterapkannya Islam secara kaffah dalam kehidupan.
Ditopang oleh pemimpin yang berkarakter mulia, peduli dan empati kepada rakyatnya serta kesiapan masyarakat untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Pengawasan, koreksi dan muhasabah terus dilakukan untuk memastikan bahwa aturan yang diterapkan harus sesuai dengan tuntunan syariah.
Keberhasilan Islam inilah yang harus dijadikan contoh teladan dalam penanganan wabah. Dan sudah semestinya wabah ini mengingatkan kita betapa lemahnya manusia yang tak berdaya melawan virus yang tak kasat mata ini dan betapa Mahabesarnya Allah sebagai satu-satunya Dzat tempat bergantung seluruh mahkluk.
Saatnya manusia kembali kepada aturan sang Maha Pencipta demi tercipta kehidupan yang penuh berkah. Wallahu A’lam.[]
*Penulis adalah pendidik
Comment