Psikologi Islam (Bagian 2)

Opini202 Views

 

Penulis: Dr. Wido Supraha, M.Si. | Kepala Pusat Studi Sains Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Setelah sekian lama dunia menikmati pemikiran yang bersumber dari peradaban Yunani kuno, dunia kemudian merasakan nikmatnya masa keemasan Islam (abad 8-13 M).

Di masa ini, lahir perkembangan pemikiran yang luar biasa termasuk dalam pemikiran terkait ilmu kejiwaan atau kita sebut sebagai ‘Psikologi Islami’ atau dikenal sebagai ‘Ilm an-Nafs.

Tentu saja dalam proses awal pengembangannya sangat wajar jika ada pemikiran Hellenistik yang mempengaruhi, khususnya tentang bagaimana memandang jiwa, namun kemudian terjadi proses Islamisasi yang menjadikan disiplin Psikologi Islami sebagai disiplin yang mapan.

Terbentuknya disiplin Psikologi Islami tentu berawal dari membersihkan pemikiran dari mitos yang dipercaya di zamannya dengan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber primer dalam pemikiran.

Berawal dari islamisasi pandangan hidup (worldview) kemudian diturunkan rumusan teknis hingga meliputi banyak hal seperti strategi intervensi untuk wilayah psikoterapi, penggunaan terapi lingkungan dan terapi musik, dan bentuk-bentuk terapi perilaku kognitif, dan lain sebagainya.

Semuanya dibangun dengan pendekatan yang holistik, meliputi kesehatan fisik dan jiwa, seperti spiritual, emosional, psikologis dan sosial.

Menuju kemapanan psikologi Islami tentu membutuhkan dukungan dari para pakar psikolog Muslim hari ini yang mampu keluar dari jebakan psiko-sekuler, juga mampu meluruskan konsep-konsep seperti kompleks Oedipus, kompleks Elektrak, atau psikoseksual ala Freud.

Dibutuhkan pula pola pendekatan khusus yang lepas dari pendekatan orientalis atau penerimaan bebas atas nilai-nilai asing tanpa analitis kritis.

Selain itu, dibutuhkan pula kesadaran bahwa realitas globalisasi telah menjadi pintu kolonisasi di era baru yang sering membuat banyak wilayah di dunia merasa rendah diri untuk mengembangkan pemikiran psikologinya, kecuali menerima penyebaran masif pengetahuan psikologi dari Amerika Serikat, kemudian negara seperti Inggris-Kanada-Australia, hingga negara seperti Nigeria dan Kuba.

Sarjana Psikologi Muslim harus benar-benar menguasai pesan-pesan kunci dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pondasi pengembangan Psikologi Islami. Tradisi pentadabburan seluruh kandungan Al-Qur’an menjadi modal yang sangat bernilai dalam membanguk mindset, framework atau worldview tentang dunia psikologi.

Semangat membebaskan diri dari kejumudan berpikir dan mengembangkan potensi diri di bawah naungan Kalam Allah akan melahirkan psikologi baru yang mencerahkan dan benar-benar menjadi solusi bagi persoalan dunia hari ini.[]

Comment