Prasyarat Demokrasi Dan Kepemimpinan

Berita574 Views
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Pemilukada 2015 yang dilaksanakan secara serentak telah berlangsung aman tanpa gejolak berarti. Meski ada kasus di MK, semua permasalahan seputar pilkada tersebut terselesaikan sudah. Para kandidat pun telah ditetapkan sebagai calon terpilih sebagai pemenang dan dilantik sebagai pejabat.

Demokrasi yang mengemas perjalanan politik indonesia dan juga dasar bagi proses pemilihan kepala daerah memberi peran yang lebih terbuka bagi masyarakat dari segala profesi termasuk juga penyanyi dan  pelawak. Demokrasi hanya memberi prasyarat jumlah pemilih kepada kandidat untuk ikut dalam sebuah pemilihan. 

Demokrasi menentukan kemenangan dengan jumlah terbanyak dari para pemilih. Tidak ada prasyarat terkait dengan kapasitas dan keterampilan baik manajerial dan politik seorang calon yang diberikan oleh model demokrasi. Siapa saja boleh ikut yang penting punya pengikut. Tidak peduli sang calon itu memiliki atau tidak memiliki kapasitas.


Model dan proses pemilihan dengan gaya demokrasi sangat berbahaya saat sang calon tercatat sebagai orang yang bermasalah baik secara moral maupun nilai kebangsaan yang rendah tapi memiliki banyak pengikut. Negeri ini membutuhkan pemimpin dengan kapasitas yang mumpuni. Pemimpin yang memiliki patriotisme kebangsaan yang kuat disamping kapasitas politik, manajerial dan kepiawaian berkomunikasi baik nasional maupun global.
Prasyarat yang bertumpu pada sistem demokrasi yang menentukan pemenangan dengan suara terbanyak itu sungguh tidak lagi relevan mengingat tuntutan daerah dan negara di kancah nasional dan internasional sangatlah kompleks. Mentalitas kepemimpinan juga menjadi catatan tersendiri bagi seorang pemimpin membangun negeri yang plural ini. 

Cukupkah kapasitas para artis dan pelawak yang secara kebetulan memiliki banyak suara dan memenangkan pilkada? Sungguh amat naif. Akankah demokrasi dengan bermodalkan suara terbanyak itu melahirkan sosok pemimpin seperti Bung Karno, Sutan Sahrir, Buya Hamka, Pangeran Diponegoro, Sentot Alibasyah Prawiro Dirjo, Ki Mangunsarkoro, KH. Agus Salim dll?

Para artis dan pelawak menjadi pemimpin di ranah politik seperti di DPR dan juga pemimpn daerah namun kapasitas mereka dalam hal politik, komunikasi, manjerial pemerintahan dan kepemimpian sangat rendah. Lalu apa yang dapat diharapkan dari pemimpin seperti ini? Tidakkah kemudian demokrasi menjadi tersangka yang harus diperiksa dan diperbaiki? Wallohu a’lam bisshowab.[GF]

Comment