Oleh: Afifah, Muslimah Brebes
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah… ” (QS. Ali Imran:110).
Ayat di atas mengabarkan bahwa umat Islam merupakan umat terbaik. Namun sayangnya, umat Islam tak lagi berada dalam posisi umat terbaik. Hari ini kita melihat generasi umat ini yang jauh dari predikat ‘terbaik’ sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut. Mental yang rapuh, mudah putus asa, mengambil jalan pintas, pergaulan bebas, tidak beradab, hingga menghilangkan nyawa karena hal yang sepele. Itulah potret generasi muda saat ini yang cukup mengkhawatirkan dan memprihatinkan.
Sebagian orang memberikan julukan pada generasi kita ini sebagai “generasi strawberry”. Mengapa? Sebab jika kita lihat buah strawberry warnanya yang merah, bentuknya yang kecil, menarik, dan nikmat saat kita rasakan. Namun, di balik indahnya buah strawberry ini kita bisa menyaksikan kenyataan bahwa buah strawberry adalah buah yang manja. Jika terkena angin atau sedikit tersentuh saja maka esok hari dia akan mudah busuk.
Selain itu, buah strawberry merupakan buah yang tidak tahan banting terhadapĀ lingkungan sekitar. Terkena benturan sedikit saja maka dia akan mudah koyak dan hancur. Sepertinya permisalan buah strawberry ini sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana potret generasi kita saat ini.
Hal ini bisa terjadi karena mereka lepas dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan aturan sistem yang melingkupi. Di satu sisi rapuhnya mental generasi kita saat ini adalah disebabkan karena kurangnya perhatian dari keluarga yakni orang tua sehingga saat mereka sedang mencari jati diri, mereka malah terarah pada hal-hal yang negatif.
Namun, ada hal yang lebih mendasar yang menyebabkan rapuhnya mental generasi saat ini yakni karena sistem kehidupan yang sedang diterapkan saat ini adalah sistem sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Sehingga dengan dipisahkannya agama dari kehidupan menjadikan generasi kita jauh dari aturan agama.
Walhasil, aturan-aturan sekuler itu telah banyak memberikan kontribusi terhadap rapuhnya mental generasi kita saat ini. Mereka menjadi orang-orang yang mudah berputus asa bahkan berniat untuk mengakhiri hidupnya.
Dalam sistem sekuler kapitalis berdampak ke dalam sistem pendidikan yang sekuler pula. Sekularisme yang mewarnai sistem kehidupan saat ini telah menjadikan pendidikan agama hanya menjadi sebuah formalitas belaka. Akhirnya tidak ada strategi untuk menjadikan agama untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari apa lagi diperjuangkan.
Walhasil, pendidikan yang ada telah gagal mewujudkan generasi kita sebagai generasi berkualitas yakni generasi yang tidak hanya tinggi secara intelektual saja tetapi juga memiliki keilmuan dan keimanan yang kuat untuk bisa mempengaruhi kehidupan.
Oleh karena itu, kita tidak bisa berdiam di dalam kondisi saat ini. Remaja tidak hanya butuh nasehat untuk menjadi generasi yang baik bahkan generasi semula. Mereka butuh keluarga yang bisa menanamkan keimanan. Mereka butuh lingkungan masyarakat yang bisa mendukung melakukan hal-hal yang baik.
Mereka juga butuh sebuah sistem yang bisa mendukung mereka untuk menjadi generasi yang baik dan sistem itu bukanlah sistem kapitalis seperti yang ada saat ini. Mereka butuh sebuah sistem yang berasal dari Rabb semesta alam yakni aturan Islam.
Mereka membutuhkan sistem pendidikan Islam. Sebuah istem mendukung visi ini. Sekolah akan menjadi ajang agar anak benar-benar bisa menguasai ilmu kehidupan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal-hal haram otomatis akan menjadi landasan perilaku.. Mereka berbuat dan berperilaku menyimpang namun tidak mudah teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sistem seperti inilah lahir orang-orang yang berkualitas. Dengan sistem inilah lahir generasi bermental ksatria. Setiap orang tua harus memiliki tekad demi mengawal anak-anak agar selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Masyarakat harus dibawa kepada program-program yang berfaedah yang akan menghasilkan amal sholeh di tengah-tengah masyarakat. Sehingga lingkungan akan menjadi kondusif untuk memperkuat mental remaja saat ini.
Kita tidak boleh lelah untuk terus berusaha mewujudkan hadirnya sebuah sistem berdasarkan aturan-atutran Allah yakni sistem Islam yangl melahirkan generasi berkualitas pembangun peradaban emas.
Potret ini bisa melihat bagaimana Imam Syafi’i dalam usia 7 tahun telah Hafal Alquran, menjadi imam bahasa Arab dan mampu menghafal kitab Al muwatho karangan imam Malik. Kita juga bisa melihat Muhammad Al-fatih dalam usia 17 tahun menjadi panglima perang dengan jumlah tentara 150.000 orang, menguasai 7 bahasa, dalam usia 19 tahun menjadi seorang Amirul mu’minin. Masih banyak lagi profil-profil pemuda tangguh lain yang lahir dari rahim Islam.
Lalu, apa saja yang bisa dilakukan agar generasi saat ini tidak termasuk dalam kategori generasi stroberi?
Pertama, menyadari bahwa diri kita seorang muslim. Kedua, memulai untuk istiqamah mengkaji Islam secara komprehensif dengan intens alias tidak mood-moodan. Ketiga, berusaha mengamalkan ilmu yang sudah dipahami dari hasil mengkaji Islam agar bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Terakhir adalah berupaya sesuai kemampuan yang Allah SWT berikan pada kita untuk menyebarkan/mendakwahkannya.Wallahu a’lam.[]
Comment