PNS Diganti Robot, Kemajuan Suatu Bangsa Tidak Hanya Diukur Dari Teknologi Semata

Opini587 Views

 

 

Oleh: Puput Hariyani, S.Si, Pendidik Generasi

__________

RADARINDONESANEWS.COM, JAKARTA — Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi yang diciptakan manusia semakin canggih dan modern yang tentunya memiliki beragam manfaat bagi kehidupan manusia. Bahkan ada beberapa pekerjaan manusia yang dapat digantikan oleh robot. Sebagaimana
rencana Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang akan lebih banyak memanfaatkan kemajuan teknologi.

Hal ini seirama dengan bergulirnya wacana tentang digantikannya pegawai negeri sipil (PNS) oleh robot artificial intelligence (AI). Hal ini dimaksudkan dalam rangka percepatan reformasi birokrasi di era kemajuan teknologi yang sedang berlangsung saat ini (detik.com).

Melalui pemberitaan yang dikutip indozone.id akan ada tiga hal terjadi ketika PNS digantikan robot.

_Pertama_ , berdampak pada angka pengangguran. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 9,1 juta orang per Agustus 2021. Angka ini akan berpotensi terus meningkat, jumlah PNS di Indonesia per 30 Juni 2021 berdasarkan dara BKN adalah 4.081.824 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3.132.774 di instansi daerah (77 persen) dan 949.050 orang di instansi pusat (23 persen). Jumlah tersebut mengalami penurunan 3,33 persen dibandingkan dengan 31 Desember 2020.

_Kedua_ , menjadi PNS semakin sulit. Jika PNS digantikan robot, maka otomatis jumlah PNS akan berkurang atau dikurangi. Nah, hal ini tentu akan berefek pada sistem perekrutan PNS yang semakin diperketat dan formasi yang dibutuhkan juga akan terus menyusut.

_Ketiga_ , tercipta jenis “Pekerjaan Baru”. Yuval Noah Harari dalam bukunya ‘Homo Deus’, selain memaparkan betapa suramnya masa depan manusia saat robot menggantikan peran mereka, juga menjabarkan secercah harapan yang mungkin akan muncul di balik kesuraman itu.

Tiga hal ini bisa jadi merupakan sebuah persoalan baru yang semestinya membutuhkan solusi. Semisal lahirnya banyak pengangguran baru secara massal, tentu akan menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi negeri ini. Meskipun dikatakan akan tercipta jenis pekerjaan baru, namun harus ada political Will yang jelas dari pemerintah untuk mem-planing, mempersiapkan, membuka lapangan kerja baru, mempersiapkan atmosfir kondusif bagi keberlangsungan hidup seluruh warga negaranya.

Selain itu, ukuran kemajuan suatu bangsa juga tidak hanya sebatas kemajuan teknologi. Karena tidak semua pekerjaan manusia bisa digantikan dengan teknologi semisal robot. Tenaga pengajar misalnya, untuk mengajar maka butuh manusia agar lebih mampu menyampaikan sekaligus menilai sejauh mana pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.

Kemudian tenaga medis, juga membutuhkan manusia. Robot tidak mampu melakukan diagnosa penyakit pasien. Robot juga tidak bisa memberikan rasa empati, kenyamanan, mengambil keputusan pada saat pasien membutuhkan penanganan cepat.

Kemajuan suatu bangsa semestinya berupa tercapainya tujuan bernegara yaitu kemampuan negara dalam menyejahterakan individu, terciptanya stabilitas-ketenangan dan meninggikan peradaban. Artinya kemajuan suatu bangsa merupakan perkara yang prinsipil di dalam Islam. Sejauh mana cara pandang Islam tentang sebuah peradaban.

Bangkit runtuhnya sebuah peradaban di dalam Islam sangat bergantung pada konsep dasar yang lahir dari landasan berfikirnya, yakni akidah Islam. Akidah Islam dijadikan sebagai landasan berfikir sekaligus kepemimpinan berfikir. Darinya lahir berbagai sistem kehidupan yang paripurna dan sempurna. Sekaligus menjadi acuan dalam kehidupan secara individu, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Teknologi hanya bagian dari produk  sebuah peradaban. Artinya, sebagus-bagusnya teknologi itu hanyalah hasil dari apa yang diikhtiarkan oleh manusia untuk mempermudah kehidupannya.  Keberadaan teknologi tidak sepenuhnya menggantikan peran utama manusia meskipun kemajuan teknologi bisa menjadi salah satu barometer kesungguhan suatu negara melakukan penyelenggaraan kehidupan yang lebih maju.

Peradaban Islam juga jauh berbeda dengan peradaban barat yang kapitalisti-sekuler menghitung segala sesuatu dengan ukuran materi serta untung rugi. Termasuk keberadaan teknologi diciptakan untuk meraih kemanfaatan tanpa memperhatikan aspek lain.

Peradaban yang landasannya memisahkan agama dari kehidupan ini, sangat bertentangan dengan fitrah manusia, tidak memandang aspek spiritual sedikitpun dalam kehidupan umum. Memandang kehidupan dunia sebagai manfaat belaka serta menjadikan hubungan sesama manusia berdasarkan manfaat saja.

Maka sangat wajar kita dapati peradaban seperti ini tidak mampu menjamin ketenangan dan ketentraman manusia bahkan cenderung menyebabkan kesengsaraan dan derita serta persoalan kehidupan yang berkepanjangan. Satu hal yang mereka terapkan bisa menimbulkan efek domino, semisal mengganti PNS dengan robot-seketika berakibat membanjirnya jumlah pengangguran yang tentu meresahkan kehidupan.

Sementara peradaban Islam sangat me-manusiakan manusia. Mampu melahirkan ketenangan sekaligus ketentraman karena dibangun di atas landasan akidah Islam yang mampu memuaskan akal. Ketika akalnya puas maka tentramlah hatinya sehingga lahir ketenangan jiwa.

Semoga kita tergerak untuk menjadikan Islam sebagai asas kehidupan sekaligus asas suatu peradaban demi meraih kemajuan suatu bangsa. Wallahu’alam bi ash-showab.[]

Comment