Oleh: Dinar Khair, Novelis
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Perselingkuhan akan selalu menjadi topik paling hangat untuk diperbincangkan. Hal ini merupakan monster menakutkan yang ditakuti seluruh pasangan di dunia. Pengkhianatan tentu bukanlah hal sederhana untuk dimaafkan. Maka perselingkuhan ini menjadi penyebab tingkat perceraian yang cukup tinggi.
Dilansir dari Popmama.com, hasil survei yang dirilis oleh Justdating menunjukkan bahwa 40 persen laki-laki dan perempuan di Indonesia mengaku pernah selingkuh dan mengkhianati pasangannya. Persentase tersebut membuat Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara di Asia dengan kasus perselingkuhan terbanyak.
Posisi pertama ditempati oleh Thailand dengan hasil survei sebanyak 50 persen responden yang mengaku pernah selingkuh. Sementara itu, hanya 30 persen pasangan di Taiwan dan Singapura yang mengaku berselingkuh.
Maraknya konten rumah tangga yang mengumbar problematika kehidupan suami istri akhir-akhir ini pun menjadi potret tersendiri. Bagaimana ketahanan keluarga di Indonesia memang sudah sangat rapuh. Hal-hal sederhana mengenai fungsi peran, serta hak dan kewajiban masing-masing pun tidak dikenali secara optimal. Pun memaknai betapa tingginya arti dari ijab kabul pernikahan diciderai dengan perselingkuhan.
Pernikahan kini dianggap menjadi salah satu milestone kehidupan biasa: sekolah, tumbuh dewasa, bekerja, lalu menikah, kemudian memiliki anak. Padahal di balik pernikahan itulah ada peradaban manusia yang sedang dibangun. Diperlukan komitmen, kesabaran, juga integritas dalam menjalankan peran sebagai suami/istri, maupun ibu/ayah.
Di dalam Islam, membina pernikahan haruslah dimulai dengan niat yang benar, juga ilmu yang mumpuni. Tidak hanya sekadar siap secara batin, tetapi juga memiliki “perbekalan” yang cukup seperti kematangan mental dan kemampuan finansial yang cukup. Ilmu yang dikaji sebelum memasuki jenjang pernikahan perlu digencarkan, agar masyarakat tahu, bahwa pernikahan yang akan mereka jalani memerlukan ketawakalan yang tinggi.
Pemikiran kapitalisme yang mengakar di dalam benak kaum muslim kurang lebihnya menjadi penyebab utama juga. Tujuan mulia pernikahan menjadi hancur karena orientasi materi juga kepuasan duniawi yang tidak ada habisnya.
Dikutip dari jurnal milik Wahyu Wibisana, dalam judul Pernikahan dalam Islam: Islam memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggung jawab, dan mengikuti kententuan-ketentuan hukum yang harus diindahkan.
Maka jelas, perselingkuhan dalam bentuk apa pun tidak dibenarkan dan merupakan kemaksiatan di hadapan Allah swt. Bukan hanya tentang pengkhianatan, tetapi tentang dosa yang dilakukan secara sadar terhadap Allah Sang Maha Penjaga. Perbuatan takhbib atau merusak rumah tangga orang lain akan mendapatkan laknat dari-Nya. Maka sudah sepatutnya kita semua berhati-hati dalam bertindak, jangan tertipu hawa nafsu dunia.
Islam Menjaga Keluarga
Islam dengan aturannya yang sempurna itulah penjaga yang sesungguhnya. Bila suami istri dibekali pemahaman Islam yang benar, maka akan lahir generasi Islam yang gemilang dari dalam rumah-rumah mereka.
Kita semua, muslim dan muslimah dituntut untuk menjaga pandangan dan kemaluan. Menjaga diri dari zina dan segala bentuk maksiat yang dapat membinasakan diri kita sendiri. Dibantu dengan kegiatan pembinaan Islam yang dilakukan rutin di dalam rumah, maka tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan tersebut. Setidaknya, penjagaan dan benteng terbaik telah disiapkan sejak dari dalam rumah.
Pun, bila negara memberlakukan peraturan yang bersumber dari Islam, maka tidak akan terbuka pintu-pintu perzinaan karena kehidupan laki-laki dan perempuan pada hakikatnya harus dipisahkan, kecuali dalam tiga perkara: kesehatan, pendidikan, dan muamalah.
Pembinaan intensif yang membangun akidah kaum muslim juga akan mencegah kemaksiatan terjadi. Karena pada dada muslim yang beriman, ada rasa takut pada Allah yang sangat besar. Manusia akan senantiasa berpikir ulang sebelum melakukan suatu perbuatan dosa hingga tergelincir ke dalamnya. Wallahualam bishawab.[]
Comment