Peringkat Keempat dalam Perselingkuhan, Kemajuan atau Kemunduran?

Opini294 Views

 

 

Oleh : Rantika Nur Assiva, Mahasiswi

__________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA—  Kasus perselingkuhan memang menjadi topik yang sensitif dalam setiap hubungan asmara, termasuk pernikahan. Perselingkuhan bisa meninggalkan trauma bagi korban karena merasa dikhianati oleh pasangannya.

Topik perselingkuhan semakin hangat dibicarakan publik setelah berbagai judul sinetron dan film berani mengangkat topik tersebut ke permukaan.

Beberapa korban memilih bangkit dari trauma masa lalu, namun tak sedikit juga yang memilih kembali ke pasangannya yang terbukti selingkuh.

Dilansir dari Popmama.com, (17/2/2023), hasil survei yang dirilis oleh Justdating menunjukkan bahwa 40 persen laki-laki dan perempuan di Indonesia mengaku pernah selingkuh dan mengkhianati pasangannya. Persentase tersebut membuat Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara di Asia dengan kasus perselingkuhan terbanyak.

Posisi pertama ditempati oleh Thailand dengan hasil survei sebanyak 50 persen responden yang mengaku pernah selingkuh. Sementara itu, hanya 30 persen pasangan di Taiwan dan Singapura yang mengaku berselingkuh.

Di sisi lain, Malaysia mendapat predikat negara dengan penduduk paling setia karena hanya 20 persen responden yang mengaku pernah selingkuh.

Menempati posisi kedua di Asia dengan kasus perselingkuhan terbanyak adalah prestasi buruk yang sangat mengejutkan. Namun ada yang lebih mengejutkan lagi dari pada itu, yaitu bahwa Indonesia menjadi negara keempat di dunia dengan kasus perselingkuhan terbanyak.

Ini bukti bahwa kemunduran telah terjadi dan sistem sekuler yang diterapkan saat ini, tidak bisa mempertahankan bangunan pernikahan dan keluarga.

Indonesia menjadi negara keempat di Dunia dengan kasus perselingkuhan terbanyak. Berdasarkan survei yang dilakukan tentang perselingkuhan di Amerika Serikat, setengah dari orang yang sudah menikah berselingkuh setidaknya satu kali selama pernikahan.

Pikiranrakyat.com, (17/2/2023) menulis bahwa hampir tiga perempat pria dan lebih dari dua pertiga wanita mengakui bahwa mereka telah berselingkuh.
Menurut laporan World Population Review, ada beberapa negara dengan perselingkuhan yang sangat umum terjadi. Di wilayah Eropa, mereka memperlakukan orang-orang diperbolehkan tidur dengan orang lain di luar pernikahan.

Maraknya perselingkuhan menunjukkan rapuhnya ikatan pernikahan dan bangunan keluarga. Betul ada banyak penyebab, namun tak bisa dipungkiri faktor ketertarikan secara fisik dan mencari kesenangan adalah hal yang dominan. Kondisi ini adalah hal yang wajar dalam sistem sekuler kapitalis di mana manfaat dan kesenangan jasmani menjadi tujuan.

Terlebih dengan rendahnya keimanan, selingkuh dianggap sebagai salah satu solusi persoalan. Maraknya berbagai hal yang justru mengondisikan selingkuh sebagai pilihan. Bebasnya sistem sosial atau tata pergaulan, rusaknya sistem pendidikan, bebasnya media yang justru memberikan contoh yang tidak baik, dan lain-lain, yang memudahkan perselingkuhan terjadi.

Islam menjaga pergaulan antara perempuan dan laki-laki, mewajibkan perempuan untuk menutup aurat dengan sempurna, mewajibkan laki-laki untuk menundukkan pandangan, dan mengatur segala aspek kehidupan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, termasuk dalam memberikan tuntunan memilih pasangan hidup.

Menjadikan pernikahan sebagai ibadah, bahkan perjanjian kuat di hadapan Allah SWT. Karena itu pernikahan bukan hanya untuk meraih kesenangan semata, namun ada tujuan mulia lainnya yang harus dijaga agar kehidupan masyarakat tetap dalam kemuliaan dan kesucian.

Islam tidak hanya menjadikan keberlangsungan pernikahan wajib dijaga oleh pasangan suami istri, namun juga oleh masyarakat. Bahkan islam mewajibkan negara untuk ikut menjaga kuatnya ikatan pernikahan dengan berbagai hukum atau aturan yang diterapkan dalam berbagaai aspek terkait, sistem sosial, sistem pendidikan, sistem ekonomi, bahkan juga sistem kesehataan, dan lainnya.Wallahua’lam Bisshawab.[ ]

Comment