Peringatan Hari Lansia, Akankah Mewujudkan Kesejahteraan Lansia?

Berita, Opini754 Views

 

Oleh: Hamsina Halik, Kontributor Antologi Ngaji Islam Kaffah

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Sejatinya, para orang tua di usia senja mereka sudah selayaknya mendapatkan penghidupan yang layak. Menghabiskan waktu mereka dengan penuh kebahagiaan tanpa harus pusing memikirkan bagaimana pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sebab, tubuh rentanya itu tak akan mampu lagi untuk mencari nafkah.

Namun, faktanya begitu banyak para lansia (lanjut usia) justru berjuang sendiri mencari penghidupan. Tak jarang juga, lansia ditelantarkan atau di buang oleh keluarganya. Sungguh realita yang sangat memprihatinkan.

Untuk itulah, setiap tanggal 29 Mei ini dijadikan peringatan Hari Lansia. Penetapan Hari Lansia ini sebagai wujud kepedulian dan penghargaan kepada manusia lanjut usia. Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Lansia adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas.

Dan sebagai wujud dari penghargaan terhadap orang lanjut usia, pemerintah membentuk tim Komnas lansia di bawah naungan Kementerian kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) berdasarkan Keppres No. 52 Tahun 2004, dan bentuk aspirasi pemerintah terhadap lansia maka pemerintah menetapkan setiap tanggal 29 Mei sebagai hari lansia. Wujud kepedulian dan penghargaan pemerintah terhadap lansia ini dituangkan melalui Undang -Undang No. 13 Tahun 1998 (tentang kesejahteraan lansia).

Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan sambutan pada peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2022 di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (SMC), Minggu (29/5/2022).

Dalam sambutannya, Mensos menekankan kebijakan yang berorientasi meningkatkan kualitas hidup lansia.

Risma berpandangan, lansia bukan beban negara dan usia tua tidak berarti seseorang kehilangan produktivitas.

“Lansia bisa tetap produktif. Tapi bukan bermaksud lansia disuruh bekerja. Tapi mereka bisa beraktivitas yang bermanfaat baik secara kesehatan dan bisa juga ekonomi. Kalau mereka gembira kan bisa menambah imun,” katanya. (kompas.com, 29/05/2022).

Sudah seharusnya, masa lansia mendapatkan perhatian lebih. Sebab, fisik mereka yang sudah melemah tak lagi mampu menopang hidup mereka. Untuk itu kesejahteraan mereka juga seharusnya terjamin. Namun, tidak sedikit dari mereka yang masa tuanya justru hidup dengan kemiskinan.

Mereka memaksa tubuh rentanya itu terus mencari rupiah hanya untuk bisa makan. Selain itu, banyak di antara mereka yang tidak atau belum terjamin kesehatannya. Sebab, bagi mereka layanan kesehatan, layaknya barang mewah yang tak mampu mereka beli. Sementara wujud kepedulian negara terhadap kaum lansia hanya sebatas seremonial yang bersifat sementara hanya pada hari peringatan saja.

Seperti peringatan lansia yang diadakan di Tasikmalaya. Mensos Risma memberi bantuan Rp26,9 miliar pada puncak peringatan lansia. Mereka mengadakan kegiatan seperti renovasi rumah lansia, pelayanan kesehatan, operasi katarak gratis 300 lebih lansia, pemberian bantuan aksesibilitas seperti kursi roda, kacamata, alat bantu dengar, tongkat pintar, bantuan sandang, nutrisi dan obat-obatan, bantuan PHK dan sembako, perekaman e-KTP serta kegiatan donor darah.

Dalam sistem kepemimpinan kapitalis, layanan sebagaimana yang disebutkan di atas itu sudah sangat menggambarkan hadirnya pemerintah untuk kaum lansia. Pelaksanaan peringatan itu tak akan mampu mengubah nasib para lansia ke arah yang lebih baik. Bantuan yang diberikan kepada mereka, sifatnya hanya sementara.

Tak selamanya bantuan itu mereka dapatkan setiap saat. Sementara para lansia ini membutuhkan jaminan layanan kesehatan setiap saat dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka dengan layak, tanpa harus pusing memikirkannya dan bersusah payah sendiri untuk memenuhinya.

Jumlah lansia di Indonesia cukup banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, terdapat 29,3 juta penduduk lansia di Indonesia (10,82% total populasi). Dari seluruh populasi lansia itu masih banyak penduduk yang tergolong tidak sejahtera. Mereka tinggal sendiri di rumah, ekonominya pas-pasan atau minim, bahkan tergolong miskin.

Masalah lansia ini, tidak akan pernah selesai hanya dengan memberikan bantuan saja. Ibaratnya, luka yang terus diobati tapi membiarkan penyebab luka maka luka itu tetaplah tidak pernah akan sembuh. Sebab, penyebab utamanya tak disembuhkan. Untuk itu dibutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan lansia ini hingga ke akar-akarnya.

Namun, beda halnya dalam Islam. Di mana jaminan kesejahteraan bagi rakyat, termasuk lansia menjadi tanggung jawab pemerintah. Rakyat berhak mendapatkan jaminan kesejahteraan tanpa terkecuali tanpa memandang tua atau muda, laki-laki atau perempuan, muslim atau non muslim, mereka berhak mendapatkan pelayanan-pelayanan dari negara.

Oleh karena itu, para lansia tidak perlu menunggu datangnya hari peringatan lansia agar mendapatkan bantuan. Sebab, mereka akan mendapatkan bantuan dan layanan setiap saat. Sehingga tidak ada satupun manusia yang tidak hidup sejahtera di masa tuanya.

Pada masa kepemimpinan khalifah Abu Bakar as Siddiq sebagai kepala negara, beliau sering menafkahi dan membantu warga lanjut usia, terutama para janda yang telah tua. Bahkan beliau memerah air susu kambing milik mereka untuk diantarkan pada pemiliknya. Sampai-sampai salah seorang cucu janda tua itu menyebut Khalifah Abu Bakar sebagai ‘tukang peras susu kambing kita’.

Kisah yang sama juga, terjadi pada Amirul Mukminin Umar bin Khaththab yang berkeliling kota melihat-lihat kondisi masyarakat, kemudian lewatlah beliau di sebuah rumah di mana seorang ibu sedang memasak batu untuk anak-anaknya di tengah malam. Ketika amirul mukminin Umar bin Khaththab melihatnya, beliau langsung pulang dan memikul sekarung gandum untuk diberikan kepada keluarga tersebut. Begitu besar tanggung jawab seorang pemimpin terhadap rakyat, terlebih menyangkut kesejahteraan hidup rakyat.

Islam memiliki solusi dan menjamin kebutuhan para lansia – di antaranya, jika para lansia tersebut memiliki anak laki-laki yang sudah baligh dan mampu bekerja, maka nafkah para lansia akan ditanggung oleh anak laki-laki mereka. Peran negara dalam hal ini memastikan setiap laki-laki yang wajib bekerja mendapatkan pekerjaan yang layak dan dari hasil bekerja itu mereka bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarganya seperti sandang, papan dan pangan secara ma’ruf.

Sementara kebutuhan lansia seperti kesehatan dan keamanan ditanggung oleh pemerintah. Sebab, kebutuhan tersebut termasuk ke dalam kebutuhan dasar publik yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah. Para lansia bisa berobat dan cek up rutin ke rumah sakit manapun secara gratis.

Adapun jika para lansia tidak memiliki anak laki-laki, maka tanggung jawab nafkah dilimpahkan kepada saudara mereka. Bila para lansia itu hidup sebatang kara, tidak memiliki anak ataupun saudara, maka tanggung jawab nafkah mereka diambil alih oleh negara secara langsung.

Negara dengan sistem Islamnya, juga membangun rumah sakit untuk warga lanjut usia, termasuk menyediakan rumah-rumah panti jompo yang dikhususkan bagi warga lanjut usia yang tidak memiliki anak-anak atau keluarga yang menanggung mereka.

Demikianlah bagaimana negara memastikan kesejahteraan para lansia per individu dan tanpa harus mengadakan atau menetapkan peringatan hari khusus lansia.Wallahu a’lam. []

Comment