Peringatan Hari Anak Nasional, Bisakah Membawa Perubahan?

Opini270 Views

 

 

Penulis : Cut Intan Sari | Ibu Ru.ah Tangga

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang dilaksanakan pada setiap tanggal 23 Juli, hanya merupakan seremonial tanpa makna dan solusi mendasar untuk memberi perlindungan kepada anak. Anak bukan hanya merupakan investasi untuk keluarga tetapi juga bagi agama, bangsa, dan negara ini. Karena di tangan merekalah perubahan generasi yang yang lebih baik dimasa depan.

Tetapi benarkah anak bisa menjadi agen perubahan dengan hanya mengadakan peringatan tahunan yang bermodalkan semboyan semata?

Banyak anak yang mengalami stunting, kekerasan, kekerasan seksual, layanan kesehatan dan pendidikan serta keamanan yang tidak memadai. Anak yang kita harapkan akan menjadi generasi penerus tidak akan terwujud apabila hak hak anak tidak terlindungi dengan baik.

Semua problematika yang terjadi pada anak akan teratasi apabila ada peran maksimal negara di dalamnya. Tidak cukup hanya perlindungan dari keluarga, lingkungan, dan masyarakat saja.

Permasalahan ini semua disebabkan oleh sekulerisme yang memisahkan kehidupan agama dari kehidupan dan memandang sesuatu dari materi saja. Sistem ini juga yang memelihara nilai nilai kebebasan bagi setiap individu.

Sistem sekuler kapitalisme ini tidak menyelesaikan permasalahan sampai ke akarnya. Akar permasalahan stunting, kemiskinan – dapat diselesaikan dengan pemberdayaan SDA yang melimpah di negeri ini, bukan diberikan kepada korporasi/pemilik modal untuk mengelolanya yang hanya dinikmati oleh segelintir individu saja.

Masalah kekerasan dan kekerasan seksual yang terjadi pada anak disebabkan oleh orang orang terdekat dengannya seperti keluarga, negara harus bertindak tegas dengan memberikan hukuman yang setimpal bagi pelakunya. Hal hal seperti inilah yang menunjukkan bahwa kapitalisme telah gagal melindungi hak hak dan kebutuhan anak.

Berbeda dengan sistem yang diterapkan dalam Islam. Islam bukan hanya agama ritual saja tapi merupakan sistem kehidupan shahih yang mengatur segala aspek termasuk pengaturan urusan anak. Islam memandang anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga dan dilindungi terutama oleh orang tua dan orang orang terdekatnya.

Dalam Islam, negara membekali rakyatnya dengan tsaqafah Islam, sehingga akan terbentuk keluarga Islami yang faham akan tugas dan fungsinya masing masing. Seorang ibu akan menjadi Ummu Warrabatul bait dan madrasatul Ula bagi anak anaknya. Seorang ayah juga harus mendidik istri dan anak anaknya dengan Islam.

Negara juga harus menyediakan lapangan pekerjaan bagi lelaki, karena mereka yang bertanggungjawab memberi nafkah kepada keluarganya. Jaminan inilah yang membuat anak anak terjamin gizi dan dapat memenuhi kebutuhan lainnya yang dibutuhkan keluarganya.

Untuk jaminan pendidikan, kesehatan dan keamanan anak, negara menjamin sepenuhnya dengan gratis dan kualitas yang terbaik. Negara juga menjaga penayangan edukatif kepada anak anak, sehingga mereka tidak bebas mengakses situs situs yang merusak moral.

Dalam Islam anak merupakan investasi terbaik yang akan menjadi generasi penerus yang bisa membawa perubahan. Anak anak akan mendapat pemahaman Islam yang benar dan penerapan sesuai dengan akidah Islam.

Masa depan yang cemerlang berada ditangan anak anak kita yang akan menjadikan peradaban yang gemilang. Karena Umat Islam adalah makhluk terbaik sesuai dengan Firman Allah dalam surah Ali Imran (3) ayat 110 yang artinya :

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang orang fasik”.-[]

Comment