Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam
________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Ketika perempuan ditanya, “ibu kerjanya apa? Di rumah aja (dengan jawaban minder). Wah sayang banget sekolah tinggi-tinggi hanya di rumah. Namanya juga perempuan ujung-ujungnya urusannya dapur, sumur dan kasur.”
Perempuan dengan sudut pandang gender dianggap berdaya bila berpenghasilan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk menggaet perempuan agar mau dan betah bekerja. Salah satunya, upaya perlindungan perempuan di tempat kerja.
Di Kalimantan Timur, upaya perlindungan perempuan di tempat kerja telah resmi pun menjadi perhatian khusus pemerintah. Baru-baru ini dengan diadakannya Sosialisasi dan Workshop Perlindungan Pekerja Perempuan Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Timur di Ballroom Hotel Gran Senyiur Balikpapan, pada Kamis 8 September 2022.
Menurut Wagub Hadi Mulyadi, sangat penting melindungi pekerja perempuan di perkebunan kelapa sawit, terutama yang bekerja di perusahaan. Apalagi lanjutnya, perlindungan terhadap pekerja perempuan sudah diatur dalam perundang-undangan agar perusahaan lebih memperhatikan pekerja perempuannya.
Selanjutnya, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Kaltim Muhammadsjah Djafar juga mengemukakan besarnya kontribusi kelapa sawit untuk devisa negara ditopang oleh sekitar 5,5 juta pekerja.
“Di antara pekerja itu, peran pekerja perempuan sangat penting dalam perkebunan kelapa sawit,” ujarnya.
“Perlindungan hak-hak pekerja perempuan di perkebunan kelapa sawit sudah menjadi keniscayaan. Kondisi ini diharapkan mampu mendorong industri sawit yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan sosial pekerja,” tambahnya. (Kaltimprov.go.id, 8/9/2022)
Kapitalisme Memperdaya Perempuan
Jika kita kritis perempuan bekerja atau tidak, baik di rumah atau bekerja termasuk di ranah publik seperti angkutan umum, perempuan selalu terancam. Terancam pelecehan dan kejahatan seksual, kriminalitas, bahkan nyawa. Tidak ada tempat yang aman bagi perempuan selama sistem kapitalisme mencengkeram.
Upaya berupa peraturan atau undang-undang perlindungan perempuan di tempat kerja bukan solusi yang mampu melindungi perempuan. Justru menjadikan perempuan terjebak beban ganda yang memberatkannya.
Menurut sistem kapitalisme dan gender, dibutuhkan perlindungan di tempat kerja agar perempuan nyaman bekerja. Padahal dengan demikian, perempuan terus terpedaya oleh sistem usang tersebut hingga abai dengan keluarga dan makin matre serta jauh dari Islam.
Sistem kapitalis dengan ide gender feminisnya berhasil menyeret perempuan untuk keluar dari rumah dan berbondong-bondong memasuki dunia kerja dengan ilusi perlindungan perempuan di tempat kerja.
Alih-alih terlindungi, perempuan justru dieksploitasi demi kepentingan kapitalis. Tak jarang keindahan dan sensualitas tubuh perempuan dijadikan akses komoditas pasar dan kerap mengalami pelecehan seksual baik secara visual maupun non visual.
Sedangkan para kapitalis dengan prinsip ekonominya, mendapatkan keuntungan karena memperoleh tenaga kerja perempuan yang dikenal telaten dan rajin sehingga mampu menekan biaya produksi. Perempuan pula dijadikan mangsa pasar oleh mereka dengan berbagai “rayuan” iklan menggoda.
Bisa dikatakan pemerintah gagal melindungi perempuan. Pemerintah bahkan menghilangkan hambatan bagi perempuan untuk terjun ke semua jenis pekerjaan. Dari sini tampak jelas, bahwa sesungguhnya bekerjanya perempuan sangat berarti dalam sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini.
Upaya perlindungan perempuan di tempat kerja hanya sebagai psudo sugar demi mewujudkan ambisi kapitalisme mengeksploitasi kaum perempuan. Akhirnya “pahitnya,” perempuan juga yang merasakan Karena telah mengorbankan peran utamanya sebagai pengasuh dan pendidik generasi.
Dengan demikian perempuan sebenarnya perlu diselamatkan. Apabila tidak diselamatkan, akan terjadi degradasi kualitas generasi manusia akibat terkikisnya peran perempuan.
Para pegiat gender meyakini, upah setara dan undang-undang perlindungan perempuan di tempat kerja adalah bagian dari upaya untuk menyejahterakan perempuan dan mewujudkan kesetaraan perempuan.
Namun, sesungguhnya itu hanyalah ilusi. Faktanya, jangankan di tempat kerja di rumah aja perempuan terancam. Selain itu, perempuan terjebak beban ganda yang memberatkannya, peran isteri dan ibu sekaligus tulang punggung keluarga.
Negara gagal melindungi perempuan akibat penerapan sistem kapitalisme yang mencengkram perempuan lewat ide gender. Pemerintah justru mendorong perempuan keluar rumah lewat pemberdayaan ekonomi perempuan. Pemerintah gagal memelihara dan membangun kemulian dan kehormatan hakiki perempuan.
Islam memuliakan dan melindungi perempuan
Berbeda dengan ideologi kapitalis yang memandang perempuan sebagai objek untuk diberdayakan, Islam memandang perempuan sebagai kemuliaan yang harus dijaga. Dengan berbagai ketentuan hukum Islam khususnya untuk perempuan, itu bukan mengekang namun untuk menjaganya.
Dalam sistem Islam, kemuliaan dan kehormatan seorang perempuan sesuai dengan fitrah penciptaannya. Jadi kaum perempuan dapat berperan maksimal menjalani kedudukannya sebagai istri, ibu dan pengatur rumah tangga, tanpa harus disibukkan dengan aktivitas mencari nafkah.
Islam telah menjamin kebutuhan nafkah perempuan melalui suami atau wali, sedangkan pemerintah berkewajiban menciptakan lapangan kerja.
Di sisi lain, Islam juga membolehkan perempuan untuk bekerja. Namun bekerjanya perempuan adalah untuk mengamalkan ilmu dan memberi manfaat pada umat secara proporsional tanpa meninggalkan kewajibannya, bukan tuntutan menanggung nafkah keluarga.
Islam menghargai hasil kerja perempuan sebagaimana laki-laki sesuai dengan keahliannya. Islam memberikan kesetaraan hakiki yang sesungguhnya dibutuhkan manusia, baik laki-laki maupun perempuan berupa posisi yang sama di hadapan Sang Pencipta alam semesta, sekalipun diberi peran yang berbeda.
Perempuan berdaya dalam Islam, tak diukur dengan besarnya jumlah penghasilan. Tapi diukur seberapa sukses seorang perempuan menjalankan peran isteri dan keibuan. Ketika ada perempuan yang sukses di luar rumah, itu dipandang sebagai tambahan kesalehan yang menambah kemuliaan di hadapan Sang Pencipta alam.
Perempuan dalam sistem Islam akan berdaya dengan aktivitas dakwahnya. Perempuan berdaya ketika sukses menjalankan perannya sebagai isteri dan ibu. Perempuan berdaya adalah perempuan yang berkarier surga, yakni Sholehah.
Hanya Islam yang mampu memberdayakan perempuan sehingga mampu mencetak generasi emas. Demikianlah Islam memuliakan perempuan dengan pengaturan tugas dan wilayah domestik dan publik. Selamatkan perempuan dengan diterapkannya Islam dalam semua dimensi. Wallahu a’lam bishshowab.[]
Comment