Perdagangan Organ, Butuh Penanganan Serius

Opini297 Views

 

 

 

Oleh: Moni Mutia Liza, S.Pd, Guru SMAN 1 Pante Ceureumen

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kasus pembunuhan di Makassar yang dilakukan oleh remaja dengan niat untuk mengambil ginjal korban dan memperjual-belikan organ tersebut viral di jagat maya. Pasalnya dua pelaku ini terbilang masih sangat muda, namun sungguh berani melakukan perbuatan keji hanya karena tergiur dengan uang sebesar 1,2 miliar yang ditawarkan oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Perbuatan terkutuk ini terjadi tidak lepas dari peran sosial media. Pasalnya banyak akun-akun, atau group-group diskusi jual beli organ menawarkan harga yang begitu fantastis beredar bebas di dunia maya. Oleh karena itu Kemenkominfo telah memblokir tujuh laman jual-beli organ tubuh. (bbc.com, 13/01/2023).

Fenomena ini seperti gunung es yang tampak kecil di atasnya, namun angka sebenarnya jauh lebih besar. Kasus kriminal seperti ini tidak boleh diabiarkan atau ditangani secara lambat, pasalnya group ilegal ini akan terus memakan korban dan tidak menutup kemungkinan menjadi kran sindikat perdagangan orang.

Aktivitas jual beli organ ini sebenarnya sudah ada sejak lama dan sudah memakan korban dalam jumlah yang tidak sedikit pula. Hal ini dibuktikan dengan terungkapnya jaringan perdagangan ginjal di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2016 yang melibatkan 30 korban yang menjual ginjalnya dengan harga Rp 75 juta – Rp 90 juta bahkan ada yang mematok harga satuan ginjal dengan Rp 125 juta – Rp 1 miliar, (bbc.com, 13/01/2023).

Tentu dengan harga yang menggiurkan tersebut membuat sebagian orang mengambil jalan pintas ini untuk memenuhi kebutuhannya atau sekedar untuk memuaskan hawa nafsunya (narkoba dan lainnya).

Sangat miris, namun inilah fakta yang terjadi di negeri ini. Bahkan menurut pengakuan pelaku sindikat perdagangan organ bahwa aktivitas jual beli organ ini terjadi di dalam negeri dan luar negeri.

Sindikat perdagangan organ ini ternyata mampu memiliki jaringan yang luas berkat sosial media. Mereka mencari korban lewat facebook dan akun media sosial lainnya.

Siapa yang diuntungkan dengan aktivitas perdagangan ini? Pastinya komplotan sindikat perdagangan organ, bahkan tak jarang ada yang rela membunuh orang lain demi mendapatkan ginjal, sebagaimana yang terjadi kasus baru- baru ini.

Media yang harusnya menjadi wadah mempermudah komunikasi dan memperluas wawasan ternyata masih banyak digunakan untuk hal-hal yang merugikan. Salah satunya dengan adanya akun-akun sindikat perdagangan manusia yang jelas-jelas melanggar hukum, namun keberadaannya masih tetap exist sampai sekarang.

Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan perdagangan manusia ini terus menggurita, di antaranya:

(1) Tingkat kemiskinan yang tinggi. Kemiskinan berbanding lurus dengan kriminal, sehingga tak jarang orang melakukan hal yang mengerikan demi meraih sedikit uang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menyatakan persentase penduduk miskin semakin meningkat di tahun 2022 yaitu mencapai 26,36 juta orang, (bps.go.id/16/01/2023).

(2) Lemahnya kontrol negara terhadap sindikat perdagangan organ. Terbukti banyak akun sosial media perdagangan organ tidak terdeteksi oleh pihak berwajib. Mengguritanya akun jual beli organ bahkan tembus ke luar negeri bukti bahwa lihainya mereka dalam menyembunyikan akun jual beli organ tersebut.

Padahal sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemerintah memiliki tim cyber untuk memberantas akun-akun yang merugikan masyarakat, namun faktanya akun-akun ini tetap berkeliaran dengan bebas di sosial media. Hal ini menunjukkan bahwa tim cyber pemerintah belum tuntas memblokir sindikat perdagangan organ ini.

(3) Kurangnya pembinaan terhadap masyarakat terkait sindikat perdagangan organ ataupun manusia. Upaya untuk mengakhiri sindikat perdagangan organ maupun manusia memang bukan perkara mudah.

Banyak pihak yang terlibat dan mengambil keuntungan di dalamnya. Namun, semua tindak kejahatan ini harus diberantas hinga akarnya agar tidak ada lagi korban berikutnya.

Oleh karena itu perlu kesungguhan dari pemerintah untuk memberantas kemiskinan yang merupakan pintu perdagangan organ ini serta memberikan sanksi yang sangat tegas kepada pelaku sehingga menimbulkan efek jera dan perbuatan ini tidak terulang kembali.

Solusi tuntas semua permasalahan yang sistematis ini adalah dengan menerapkan Islam secara paripurna baik dalam lingkup individu, keluarga, masyarakat bahkan negara.

Pasalnya Islam memiliki seperangkat aturan yang adil, sesuai fitrah manusia, menentramkan jiwa, serta memuaskan akal.

Hal ini terbukti dengan kepemimpinan Islam selama 13 abad di dunia, namun hanya memiliki kasus kriminal mencapai 200-300 kasus selama sekian abad. Wallahu’alam binsawab.[]

Comment