Oleh: Dede Nurmala*
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tahun 2020 akan segera berakhir, dan siap untuk berganti ke 2021. Milyaran manusia dibelahan bumi sudah beramai-ramai untuk merayakan pergantian tahun ini. Tak terkecuali umat muslim di Indonesia. Akhir libur pada setiap yang bekerja adalah hal yang menyenangkan. Mereka mengambil kesempatan itu untuk berkumpul bersama orang tersayang.
Maka, moment akhir tahun ini digunakan untuk membersamai keluarga. Mereka yang dalam perantauan kembali ke kampung halaman masing-masing untuk sementara. Menghabiskan waktu liburannya di tempat kelahiran. Namun Kebanyakan dari mereka yang berlibur justru didetik pergantian tahun akan berkumpul dipusat kota.
Karenanya pusat kota menjadi titik kumpul mereka yang akan merayakan tahun baru. Baik yang sudah berkeluarga ataupun belum. Baik yang hanya ikut-ikutan atau pun sudah berniat.
Tiap kali menjelang malam pergantian tahun (Kalender Masehi), di penjuru dunia merayakannya. Tiupan terompet, pesta kembang api, hingar bingar pertunjukkan musik, pesta pora di hotel-hotel berbintang atau tempat wisata, hingga ucapan “Selamat Tahun Baru” atau “Happy New Year” berkumandang di mana-mana.
Namun tahukah saudaraku?
Bahwasanya tahun Masehi itu bukan dari Islam. Coba kita telusuri sedikit sejarah tentang tahun Masehi. Bagiamana perayaan pergantian tahun barunya. Dan apakah umat muslim boleh merayakannya?
Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia. Wikipedia.com
Kalender tahun 0001 Masehi dimulai oleh Julius Caesar tentunya, dan ia mengganti kalender sebelumnya dengan gaya yang sangat-sangat egois.
Januari 1 adalah tanggal lahir Janus. Dewa Bermuka dua yang menandakan masa lalu dan masa depan, dewa transisi. Nama Januari sendiri diambil dari Janus. Dikakipelangi.com (30/12/2019)
Sosok dewa Janus dalam mitologi Romawi
Dewa Janus sendiri adalah sesembahan kaum Pagan Romawi, dan pada peradaban sebelumnya di Yunani telah disembah sosok yang sama bernama dewa Chronos.
Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah berhala, hingga kini biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum lainnya, sehingga terkadang tanpa sadar kita mengikuti mereka. Sejarah pelestarian budaya Pagan (penyembahan berhala) sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani.
Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet. akhwatmuslimah.com
Dari sejarah singkat tahun Masehi atau perayaan tahun baru sudah sangat jelas itu bukan berasal dari Islam. Namun dengan prihatin sekali justru umat muslim ikut merayakannya. Menganggap hal yang wajar dan tidak ada kaitannya dengan agama atau aqidah Islam.
Padahal sebagai umat muslim satu-satunya manusia yang boleh dicontoh dan diikuti ajarannya adalah Rosulullah shalallahu alaihi wasallam, karena setiap kata dan perbuatan beliau adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita tidak boleh mencontoh atau mengikuti perbuatan yang bukan berasal dari Nabi, apalagi ini dari orang kafir.
Jelaslah apa yang disampaikan Allah dalam firmanNya
وَلَا تَقۡفُ مَا لَیۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولࣰا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS 17:36)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.
”Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031).
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi no. 2695)
Sebagai umat Islam, kita dilarang tasyabbuh (menyerupai). Termasuk perayaan tahun baru Masehi yang jelas-jelas bukan dari Islam. Semoga Allah golongkan kita, keluarga kita, dan saudara-saudara Muslim di manapun berada untuk berjaga diri dari perbuatan tasyabbuh.
Agar tidak ikut menyalakan kembang api, meniupkan terompet ataupun ritual lainnya. Agar kelak kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang diakui sebagai umat Rosulullah shalallahu alaihi wasallam.
Wa Allahu ‘alam biishowab.[]
*Mahasiswi
_____
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.
Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.
Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.
Comment