Perayaan Halloween Merambah Negeri Muslim

Opini263 Views

 

 

Oleh:  Tutik Haryanti, Aktivis Dakwah dan Member AMK

__________

RADARINDONESISNEWS.COM, JAKARTA — Menurut sejarahnya Festival Halloween pertama kali berasal dari tradisi Celtic kuno Samhain, Irlandia (Inggris kuno) sekitar abad ke-8. Dahulu kisaran abad ke-1 Masehi, Samhain ditaklukkan oleh bangsa Romawi. Oleh karena itu tradisi Celtic kuno ini pun melebur bersama dengan tradisi-tradisi bangsa Romawi lainnya. Peleburan tradisi ini dinamakan festival Feralia, yang dirayakan pada akhir bulan Oktober.

Untuk memperingati kembalinya ruh-ruh leluhur yang telah meninggal ke rumah mereka dan penghormatan terhadap dewi padi yang bernama Pomona.

Kini tradisi perayaan Halloween bukan hanya di Eropa saja, namun telah merambah ke berbagai negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, Asia bahkan hingga wilayah negeri-negeri muslim.

Perayaan Halloween Hingga Terjadinya Petaka

Festival Halloween sering dirayakan dengan melakukan parade sambil mengenakan berbagai kostum yang menyeramkan. Hal ini sebagai bentuk pengusiran terhadap ruh-ruh jahat. Mereka juga ada yang menyalakan api unggun dengan berbagai ragam permainan serta beraneka macam sajian. Tak heran pula jika acara ini disertai dengan ajang minum-minuman keras, narkoba, hingga free sex.

Pesta pora mengiringi euforia para pemuda yang tumpah ruah memadati jalan-jalan. Sebagaimana yang terjadi di wilayah Korea Selatan pada malam hari tanggal 29/10/2022, ribuan orang memadati jalan sempit di Distrik Itaewon, Seoul.

Perayaan Halloween ini merupakan kali pertama diadakan kembali, setelah 3 tahun terhenti akibat pandemi covid 19. Namun, naasnya perayaan ini berakhir dengan petaka, yang merenggut korban jiwa. Ratusan orang mengalami henti jantung (cardiac arrest) akibat saling berdesakan, sehingga mereka kesulitan untuk bernapas.

Ditulis CNN (1)11/2022), terhitung sampai tanggal 31/10/2022 korban meninggal 155 orang, dan 355 orang hilang saat perayaan Halloween tersebut. Menurut saksi mata, tragedi maut ini juga dipicu adanya kerusuhan antar beberapa orang dan ternyata diantaranya ditemukan pengguna narkoba. Sehingga keadaan semakin kacau dan tidak terkendali.

Mirisnya lagi, Perayaan Halloween ini telah merambah ke negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim seperti; Arab Saudi, Indonesia, dan negara yang lainnya. Mengapa hal ini menjadi petaka besar bagi umat Islam? Seberapa besar bahayanya?

Liberalisme Biang Kerusakan

Perayaan Halloween merupakan budaya asing (Barat) yang mulai diadopsi oleh negeri-negeri muslim di dunia. Sebagaimana perayaan Tahun Baru Masehi dan Valentine’s Day yang juga telah diserap ke pemikiran umat Islam. Padahal dalam Islam hal ini jelas dilarang, sebab siapa yang mengikuti suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.:

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya.” (HR. Abu Daud no. 3512 dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah).

Perayaan-perayaan yang lahir dari sistem Kapitalisme, Sekularisme dan Liberalisme ini identik dengan gaya hidup bebas, hedonis, permisif dan materialistis. Pengikut dari setiap perayaan sendiri lebih didominasi oleh generasi muda.

Mereka telah terbawa arus gaya hidup barat. Adakah manfaat dan hal positif untuk membangun peradaban negeri? Yang ada hanya generasi berperilaku buruk, bermental rapuh sehingga semakin menambah kelamnya nasib generasi masa depan.

Generasi muda Islam yang teracuni budaya asing, telah membuat mereka menjadi alat penjajah budaya sekuler, liberal, hedonis dan materialistis. Sehingga pola berpikir mereka hanya untuk kesenangan, permainan dan hura-hura semata.

Sedangkan kesenangan dunia sendiri, sebenarnya hanyalah tipuan, dan akhiratlah yang lebih utama. Sebagaimana Allah swt berfirman:
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. (QS. Muhammad: 36).

Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-An’am: 32).

Namun, yang terjadi generasi muda telah terkikis oleh kemaksiatan dalam kehidupannya. Semisal seks bebas, kekerasan seksual, perundungan, tawuran, aborsi dan sebagainya. Dimana peran negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini, mengapa membiarkan budaya Barat merusak generasi muda? Bagaimana nasib generasi mendatang?

Tanggung Jawab Negara

Generasi muda memiliki peranan yang penting dalam kepemimpinan dan peradaban sebuah negeri. Disinilah menjadi tugas negara agar lahir generasi muda yang kuat, tangguh dan berakhlakul karimah. Generasi yang berorientasi untuk kehidupan akhirat kelak. Oleh karena itu Negara wajib memastikan betapa pentingnya menanamkan dan mendidik akidah Islam sedari dini.

Seperti halnya di zaman Rasulullah saw. telah lahir pemimpin besar yang dimulai dari generasi mudanya. Rasulullah saw. yang menjabat sebagai Nabi sekaligus kepala negara, telah berhasil mendidik sahabatnya menjadi generasi terbaik Islam, yakni generasi pemimpin peradaban yang akan menjadi khalifahur rasyidin melanjutkan perjuangan Rasulullah saw. dalam memimpin negara.

Allah swt juga menjamin surga untuk sepuluh sahabat Rasulullah saw. tersebut. Karena mereka masuk Islam pertama, dan kesemuanya adalah generasi muda. Hanya tiga orang saja yang usianya sudah menginjak 30 tahun yakni Abu bakar, Utsman dan Abdurahman bin Auf.

Demikian juga di zaman kekhalifahan selanjutnya. Seperti Muhammad Al Fatih, disaat usia 12 tahun telah naik tahta dan berhasil menaklukkan konstantinopel di usianya 21 tahun.

Kemudian ada Muhammad bin Idris as-syafii yang mampu memberikan fatwa di saat usianya belum genap 15 tahun, Abdullah bin Zubair satria pemberani di usianya 8 tahun sudah ikut ayahnya berperang, Asma’ bin Abu Bakar dan masih banyak lainnya.

Dengan demikian untuk mendapatkan generasi muda seperti pada masanya Rasulullah saw. yakni yang pertama, perlu menguatkan akidah Islam dari keluarga. Keluarga adalah pengasuhan pertama dalam mendidik dan membekali ilmu untuk memiliki kepribadian Islam. Agar terwujud generasi yang bertakwa.

Kedua, terciptanya masyarakat Islami yang akan mengawasi segala perilaku individu. Maka pentingnya saling beramar makruf nahi mungkar. Ketiga, negara berperan menjaga agar tsaqofah dan budaya asing tidak masuk dan memengaruhi kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin terlindungi dari segala bentuk permainan dan juga perayaan yang hanya menyesatkan dan berujung pada kesia-siaan.

Khatimah

Di sinilah pentingnya sebuah negara yang mampu melindungi akidah kaum muslimin. Serta turut memastikan agar kaum muslimin dapat menjalankan syariat Islam secara kafah. Sehingga nantinya akan tercipta generasi Islam yang tangguh yang akan membuat perubahan menuju peradaban Islam yang gemilang. Wallahualam bissawab.[]

Comment