Peran Perempuan Antara Berdaya dan Terperdaya

Opini303 Views

 

 

Penulis: Rahmi Surainah, M.Pd | Alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Tanggal 22 Desember kemarin diperingati sebagai Hari Ibu yang merupakan salah satu agenda peringatan nasional di Indonesia. Hari Ibu 2023 jatuh pada Jumat (22/12/2023) dan menjadi peringatan yang ke-95. Tema Hari Ibu 2023 yang diusung oleh KemenPPPA adalah “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju”.

KemenPPPA berpendapat tema ini diharapkan akan memberikan inspirasi kepada semua pihak untuk terus mendukung perempuan dan menyadari pentingnya peran mereka dalam mencapai kemajuan Indonesia.

Peringatan Hari Ibu 2023 kali ini memiliki empat sub tema, yakni sub tema 1 Hari Ibu 2023: “Perempuan Bersuara”. Sub tema 2: “Perempuan Berdaya dan Berkarya”. Sub tema 3: “Perempuan Peduli”. Sub tema 4: “Perempuan dan Revolusi”. (detiknews.co, 24/12/2023)

Perempuan Terperdaya dengan Ide Feminis Sekuler

Melihat tema dan sub tema Hari Ibu di atas maka dapat dikatakan masih lekat isu kebebasan, kesetaraan gender, mandiri secara ekonomi, keterlibatan perempuan dalam mengambil kebijakan politik, dan berbagai hal lainnya yang sejatinya berujung kepada eksploitasi perempuan itu sendiri.

Oleh karena itu, semestinya kita melihat dengan pandangan yang lurus terkait perempuan berdaya. Jangan sampai terperdaya dengan ide feminis gender dan eksploitasi perempuan dalam sistem kapitalis sekuler yang memanfaatkan perempuan.

Perempuan berdaya, Indonesia Maju! Nyatanya perempuan terperdaya bangsa pun mundur karena masih banyak  fakta persoalan perempuan. Perempuan dibuat terperdaya dengan seruan agar berdaya. Makna berdaya adalah perempuan dapat menghasilkan value (materi). Perempuan difokuskan kepada aktivitas publik untuk menghasilkan materi, tidak menganggap penting fungsi utamanya sebagai isteri dan ibu.

Fungsi utama perempuan justru dipersoalkan dan dianggap sebagai penyia-nyiaan waktu. Tenaga perempuan diremehkan karena pekerjaan itu tidak dibayar. Perempuan berdaya, perempuan diajak berkarya dan bekerja untuk menghasilkan ekonomi. Perempuan diajak terlibat membuat Indonesia maju dengan membantu pendapatan negara.

Pandangan tersebut sebenarnya pararel dengan ide feminisme dan kapitalisme liberal yang sengaja diaruskan dan dibenakkan pada perempuan. Oleh karena itu, peran utama perempuan harus dikembalikan yakni sebagai isteri dan ibu. Kehormatan perempuan harus dijaga termasuk negara, bukan malah memperdayakan perempuan untuk mencari materi.

Selain sektor ekonomi, dalam hal politik keterlibatan perempuan juga dianggap penting untuk revolusi dan kepedulian mereka terhadap persoalan yang khusus menimpa mereka. Rendahnya jumlah keterwakilan dianggap berpengaruh terhadap hak-hak perempuan, khususnya berkaitan dengan kebijakan publik dan produk regulasi mengenai kesetaraan gender. Oleh karena itu, ada upaya agar perempuan terlibat di dalamnya.

Perempuan disasar untuk aktif berpolitik, baik itu dukungan berupa suara maupun keterlibatannya. Seberapa penting perempuan seakan ditentukan dari kariernya termasuk keterlibatannya untuk eksis menyuarakan perempuan. Padahal seruan kepemimpinan perempuan dalam politik tidak membawa perubahan berati. Nasib perempuan tetap sama. Akar persoalan perempuan adalah sistem kehidupan kapitalisme.

Perempuan Berdaya dan Berkarya dalam Islam

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat: 13)

Allah tidak membedakan penciptaan laki-laki dan perempuan, perbedaan hanya terletak pada ketakwaan. Islam mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan itu sama. Mereka diciptakan dengan kemampuan masing-masing sesuai dengan fitrahnya.

Laki-laki diberikan kekuatan dan karena itulah ia bertugas sebagai pemimpin, baik memimpin keluarga maupun masyarakat. Maka dari sini, Allah memberikan kewajiban bekerja bagi para lelaki. Perempuan dianugerahi kelembutan dan kasih sayang dengan tugas besarnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Sementara bagi perempuan hukum bekerja adalah boleh, asalkan tidak mengabaikan kewajiban dan melanggar hukum syara’.

Dalam Islam perempuan akan berdaya dan berkarya karena dibekali ilmu, perempuan akan mencetak generasi emas peradaban Islam. Tak sedikit perempuan menjadi seorang ilmuwan dan andil dalam pemerintahan Islam.

Perempuan dalam Islam boleh menjadi anggota partai politik dan melakukan muhasabah lil hukkam (menasehati penguasa), serta memilih pemimpin. Perempuan juga diperkenankan menjadi anggota Majelis Umat yang merupakan lembaga perwakilan umat. Namun Islam tegas melarang perempuan menjadi pemimpin dalam urusan kekuasaan dan pemerintahan.

Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada perempuan.” (HR Bukhari).

Politik dalam Islam dikenal dengan “as-Siyasah” berati pengaturan urusan umat. Berpolitik adalah hal yang begitu penting bagi kaum muslimin. Jadi, kita harus memahami betapa pentingnya mengurusi urusan umat agar tetap berjalan sesuai dengan syariat Islam. Terlebih, memikirkan/ memperhatikan urusan umat Islam hukumnya wajib. Tak terkecuali perempuan, kepedulian terhadap umat saat ini bisa diwujudkan dengan berdakwah.

Demikianlah peran perempuan dalam Islam berdaya dan berkarya untuk umat.
Wallahu ’alam.[]

Comment