Oleh: Ina Agustiani, S.pd*
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kurikulum merupakan dasar dan ruh sebuah pendidikan, karena dari sanalah terbentuk manusia-manusia hebat sebagai aset suatu bangsa. Bila tahap dasar pembentukan generasi ini keliru tanpa pondasi yang kokoh dan kuat, maka kehancuran bangsa hanya perkara menunggu waktu.
Baru-baru ini sejumlah pemuka lintas agama yang diwakili MUI, PBNU, Muhammadiyah, Persatuan Gereja, Persatuan umat Budha, Varisada Hindu, Majlis Tinggi Konghucu dan wakil DPR komisi X mengkritik kebijakan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim terkait peta jalan (road map) pendidikan tahun 2020-2035. Kritik pertama mengenai pemakaian judul besar peta jalan lebih kepada frase “jalan-jalan” yang lebih cocok dengan sebutan “grand design”.
Seharusnya tujuan pendidikan itu membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa, menjunjung tinggi nilai kejujuran, kemanusiaan, berakhlak baik, barulah kita membicarakan kepada perkara teknis yakni kompetensi dan kecerdasan dari sebuah pembelajaran.
Peta jalan pun belum bisa menjawab tantangan permasalahan pendidikan kita saat ini, hanya fokus kepada satuan perkotaan, menengah ke atas, belum mencapai daerah terpencil yang justru perlu perhatian lebih serius, apalagi di saat pandemi seperti ini.
Menjawab tantangan jaman terhadap dunia kerja yang begitu besar, 2018 silam pemerintah merilis pendidikan vokasi SMK.
Adanya era RI 4.0 (Revolusi Industri 4.0) pendidikan vokasi dibuat untuk mengatasi masalah pengangguran sebagai penyumbang terbanyak di jenjang ini.
Tepat 2020 rencana ini terealisasi. Dikawinkannya pendidikan vokasi dengan industri. “Tahun ini bantuan pemerintah sekitar Rp3,5 triliun khusus mendorong pernikahan itu.
“Kami menjadi mak comblang, mendorong pernikahan vokasi dengan Industri,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto dalam sebuah diskusi daring.
Nota kesepahaman pun direalisasikan dengan orientasi dan tujuan mencetak lulusan yang siap dengan kebutuhan industri.
Beberapa tahun ke belakang, investasi ke Indonesia bertambah, namun penyerapan tenaga kerja kian menurun. Tetap saja para teknisi handal didatangkan dari luar negeri dengan lulusan diploma keatas. Lulusan SMK banyak hanya menjadi tenaga buruh, yang bisa digantikan kapan saja.
Tujuan pendidikan pun makin diwarnai oleh kapitalis, beralih fungsi – bukan lagi menciptakan manusia yang berkarakter dengan landasan agama yang kuat tetapi hanya menjadikan SDM mesin industri siap kerja berbasis materi.
Kebijakan Knowledge Based Economy pendidikan diarahkan untuk memenuhi bursa tenaga kerja. Begitulah pengaruh kapitalisme dalam proses pendidikan saat ini. Poin utama belajar lebih berorientasi kepada materi bukan kepada moral dan akhlak peserta didik dan memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk kemajuan bangsa.
Tujuan utama pendidikan bukan sekadar mencetak tenaga kerja, namun membentuk kepribadian mulia. Tetapi dengan kondisi sekarang ini, mencari ilmu (pendidikan) semata didorong agar mudah mencari kerja. Kompetensi dan keterampilan peserta didik pun hanya menjadi alat agar supaya siap menghadapi dunia industri.
Pendidikan dalam Islam
Pendidikan dalam sistem Islam bervisi besar dan berjangka panjang. Pendidikan tidak hanya bermuatan skill tapi dibekali pula keterampilan leadership. (jiwa kepemimpinan) yang diorientasikan kepada Sang Pemilik alam yakni Allah Swt dengan misi menjadi pemimpin yang taat (Kholifah) di bumi ini. Ilmu yang digunakan murni untuk kemajuan teknologi, untuk dan demi kemaslahatan umat manusia, menciptakan kepribadian mulia, melahirkan para ilmuan, dokter, guru, pengusaha dan lain yang tidak berkutat dan mengutamakan materi melulu.
Hal ini bisa terlaksana karena negara memberikan pendidikan gratis, berkualitas dan merata untuk semua tanpa pandang bulu. Dari mana dana operasional penyelenggaraan pendidikan bisa gratis? Dari SDA yang ada di dalam negeri dan hasilnya dijadikan pendapatan negara, tak dijual pada asing.
Cita-cita pendidikan dengan saintek berdaya untuk umat dan akhirat. Semua yang dilakukan dipenuhi pertanggung- jawaban kepada Allah tercapai.
Semua itu tak akan terwujud bila sistem Islam tak hadir dalam aturan undang-undang negara.
Ketahuilah bahwa 3,5 abad Islam berdiri telah mampu menciptakan generasi yang ahli secara teknologi, sekaligus ulama yang hanif dan semua ilmu yang mereka miliki mampu menghantarkan manusia pada peradaban mulia.[]
*Praktisi pendidikan
____
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.
Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.
Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang
Sumber
– jpnn.com/news/ormas-keagamaan-kompak-menyoroti-peta-jalan-pendidikan-kemendikbud?page=2
– nasional.okezone.com/read/2021/01/16/337/2345593/desak-nadiem-dicopot-cak-imin-saya-sudah-berteriak-kehancuran-pendidikan-di-depan-mata
-www.muslimahnews.com/2018/11/23/aroma-kapitalis-pendidikan-vokasi-smk/
Comment