Penulis: Moni Mutia Liza, S.Pd | Pegiat Literasi Aceh
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Aksi pengusiran pengungsi Rohingya hari Rabu (27/12/2023) sangat memprihatinkan. Pasalnya aksi penolakan tersebut diwarnai dengan tindakan yang kurang terpuji. Bahkan terlihat di berbagai video yang beredar teriakan histeris anak-anak dan perempuan, sedangkan sebagian pengungsi laki-laki sedang shalat berjamaah.
Sikap yang tidak santun ini tentunya tidak layak dilakukan oleh dan atas dasar apapun. Harus hadir sisi kemanusiaan dalam diri kita terkait pengungsi Rohingya apatah lagi mereka muslim. Namun fakta justru memperlihatkan masih ada yang tidak menggunakan perasaan dalam menyelesaikan fakta persoalan ini.
Seharusnya, setiap permasalahan yang terjadi harus melibatkan informasi yang jelas, benar lagi tepat. Menggunakan logika dan ilmu agama dalam menghukumi fakta yang ada. Sehingga sikap dan tindakan yang diwujudkan tidak menzalimi siapapun.
Dari peristiwa tersebut kita bisa belajar bahwa masih banyak sekali berita hoak yang tersebar di masyarakat, sehingga perlu berhati-hati baik dalam mengambil informasi, menyebarkan dan mendiskusikannya.
Sikap bijak dan cerdas adalah melakukan tabayun secara langsung, dan mencari informasi yang valid agar kita sesama muslim tidak saling bermusuhan. Apalagi ada kalimat yang menyatakan bahwa muslim Rohingya sama seperti zionis Yahudi, nauzubillah. Fitnah yang kejam ini sangat tidak berdasar fakta yang ada.
Faktanya, muslim Rohingya adalah penduduk asli yang terusir dari tanah kelahirannya sendiri. Mereka mencari perlindungan di berbagai negara dengan tujuan untuk menyelamatkan akidah da keluarga mereka dari kekejaman militer Myanmar. Sedangkan zionis Yahudi adalah mereka yang mengusir penduduk asli Palestina dari tanahnya.
Muslim Rohingya terlunta-lunta di lautan tanpa membawa apapun kecuali yang melekat di tubuhnya. Dengan harapan ada negeri muslim yang mau menampung mereka, sehingga bisa beribadah dengan nyaman dan hidup dengan layak. Sedangkan zionis Yahudi datang ke Palestina membawa senjata lengkap, dan membunuh siapapun penduduk asli Palestina baik laki-laki maupun perempuan, baik anak kecil maupun orang dewasa bahkan yang usia renta. Lantas, di mana letak kesamaan muslim rohingya dengan zionis Yahudi laknatullah?
Wajarkah kita sebagai muslim bersikap lancang terhadap sesama muslim yang sedang dizalimi? Apakah kita lupa bahwa Rasulullah berpesan bahwa umat Islam itu ibarat satu tubuh, sehingga jika ada satu bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh lainnya juga akan merasakan kesakitan?
Lupakah kita sebagai umat Islam terhadap pesan Allah dalam Qur’anul karim surah Al-Hujarat ayat 6 yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman. Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan yang akhirnya menyebabkan kamu menyesali perbuatan tersebut”.
Muslim Rohingya bukan musuh kita, mereka adalah saudara seiman kita, yang sudah selayaknya negeri muslim membantunya. Namun, karena sistem negeri muslim yang sekuler menyebabkan negeri muslim tidak mampu membantu saudara seiman untuk membebaskan mereka dari kezaliman penguasa mereka. Tidak bisa mengirimkan militer untuk memukul mundur pasukan lawan yang jelas-jelas memusuhi, kengusir dannbahkan membantai saudara muslim kita.
Sistem sekuler sendiri merupakan alat penjajahan barat terhadap negeri-negeri muslim. Dengan diadopsinya sistem tersebut membuat negeri-negeri muslim terikat dengan negara-negara barat dan akhirnya membuat negeri-negeri muslim yang kaya akan sumber daya alam dan manusianya tidak berdaya dan hanya berani mengecam saat saudara muslim dibantai dengan sadis dan tidak manusiawi sebagaimana yang terjadi di Palestina.
Saatnya Islam mengambil peran dan tampil menggerus sekularisme yang telah berakar di negeri negeri islam. Sekularisme membawa kezaliman dan ketidakadilan di dunia. Hanya sistem Islam yang mampu menebarkan rahmat ke seluruh penjuru alam. Wallahu ‘alam bishawab.[]
Comment