Penulis: Irma Ismail | Aktivis Muslimah Balikpapan
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Memasuki Pemilu yang tinggal beberapa bulan lagi, Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan melalui Badam Kesatuan dan Politik (Kesbangpol) menggencarkan sosialisasi kepada para pelajar dari beberapa sekolah SMA dan sederajat dengan mengangkat tema “Generasi Sadar Politik “ alias Gaspol. Gaspol sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan politik kepada masyarakat, khususnya para pemuda.
Sosialisasi pendidikan politik yang menyasar kepada para pemuda sebagai pemilih pemula ini sudah kelima kalinya dilaksanakan. Dari DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang ditetapkan oleh KPU, generasi Z dan milenial ini hampir 60 persen dari jumlah DPT itu. Hal ini karena mereka yang masuk generasi Z akan bertindak sebagai pemilih mayoritas. Bersama dengan generasi milenial, generasi Z memperoleh porsi terbesar dari daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024.
Data KPU yang sudah di verifikasi untuk Pemilih muda dari usia 17 hingga 30 tahun sebanyak 63.953.031 orang atau 31,23 persen. Sementara pemilih usia 31 hingga 40 tahun sebanyak 42.398.719 orang atau 20,70 persen. Maka suara mereka sudah hampir 52 persen jika digabungkan. Lalu pemilih berusia di bawah 17 tahun karena sudah menikah 0,003 persen atau 6.697 pemilih. Sementara pemilih dengan usia 40 tahun ke atas berjumlah 98.448.775 orang atau 48,07 persen.
Pemilih pemula sendiri sebagai bagian dari pemilih muda dan kali pertama memilih pada pemilu 14 Februari 2024 dan telah berusia 17 tahun. Hingga Juli 2022, KPU menyebutkan ada 428.799 pemilih. Bersama dengan generasi milenial, generasi Z memperoleh porsi terbesar dari daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 dengan persentase sekitar 40%-50% keseluruhan DPT. Adanya bonus demografi di satu sisi membuat suara pemuda jelas dianggap sangat menentukan dalam Pemilu 2024.
Besarnya suara pemilih muda dalam konstelasi pemilu 2024 jelas merupakan hal yang berharga, karena pemuda adalah tonggak bagi kemajuan dan pembangunan bangsa. Generasi muda menjadi komponen penting yang perlu dilibatkan dalam pembangunan sebuah bangsa. Hal ini dikarenakan generasi muda memiliki fisik yang kuat, pengetahuan yang baru, inovatif dan juga memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi.
Maka berbagai upaya dilakukan dengan beragam seminar-seminar dan sosialisasi di sekolah-sekolah dengan tujuan agar pemilih pemula paham akan haknya dan mau berpartisipasi dalam pemilu 2024 ini. Bahkan parpol- parpol mulai menjaring milenial berprestasi ataupun milenial yang sudah dikenal di tengah masyarakat untuk dapat menjaring suara pemilih pemula atau pemuda secara umum.
Ini bukanlah tanpa sebab, dikarenakan angka golput selalu ada, surat tidak sah atau sengaja dirusak cukup banyak. Meskipun tidak diketahui dari golongan usia berapa tetapi setidaknya ini akan jadi ancaman serius bagi negara jika para pemudanya tidak mau terlibat dalam urusan politik. Bagaimana akan berhadapan dengan negara lain dan menjaga keberlangsungan bangsa jika pemuda acuh dalam politik?
Pemuda antipati Politik dalam Sistem Kapitalistik
Pemuda adalah anak muda yang terus berproses dan mengamati apa yang terjadi dengan kacamata keingintahuan dan kreativitas berpikir. Maka tidak bisa dipungkiri bagaimana pemuda ini melihat perpolitikan dengan segala hingar bingarnya yang ternyata terfaktai tidak berkolerasi dengan kehidupan masyarakat.
Banyaknya protes sosial pun bermunculan dengan ketidakadillan yang terjadi. Kasus moral yang sempat viral, meme yang berseliweran dan lainnya. Gaya hidup politikus yang menjabat tak urung menjadi sorotan juga.
Kekecewaan yang terjadi karena janji-janji yang tak terpenuhi, undang-undang yang lahir serta merugikan masyarakat kecil dan menguntungkan para kapitalis, ketimpangan hukum ketika menyangkut rakyat kecil dengan pejabat yang berbeda. Hal ini membuat stigma di masyarakat bahwa Parpol hanya butuh suara mereka saja untuk mengangkat ke kursi kekuasaan.
Selain itu banyaknya kasus korupsi yang merugikan negara dan melibatkan orang-orang partai jelas akan berpengaruh terhadap masyarakat, terkhusus generasi mudanya tentang politik. Maka tak heran istilah politik itu kejam, kotor, tak ada kawan abadi yang ada hanyalah lawan abadi terpersepsi dalam benak kalangan muda.
Inilah potret politik demokrasi, di mana demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dibangun dari suara mayoritas rakyat berusia dewasa yang turut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan melalui pemilu.
Keputusan yang diambil oleh wakil rakyat merupakan hasil keputusan kesepakatan berdasarkan manfaat. Faktanya keputusan itu tidaklah mewakili suara rakyat tetapi mewakili kepentingan para pemilik modal. Jeritan rakyat kecilpun terabaikan, inilah yang dilihat dan disaksikan oleh para pemuda.
Di samping itu, demokrasi juga tak akan memberi ruang bagi negara untuk pengaturan kehidupan berlandaskan agama. Kalaupun agama ada dalam kehidupan maka itu sebatas ibadah ritual saja. Maka bisa dilihat bagaimana sistem ini mendidik anak-anak hingga menjadi pemuda yang terwarnai oleh pemikiran sekuler. Lahirlah para pemuda yang tidak mengenal jati dirinya, gaya hidup hedonis, individualis, hingga terjauhkan dari syariat. Jangankan memikirkan orang lain, bahkan tujuan hidupnya pun tidak paham dan diperparah dengan fakta perpolitikan yang amburadul.
Politik Islam, Politik Hakiki
Para pemuda saat ini haruslah diselamatkan dengan pemahaman politik yang benar, politik hakiki yang akan menyelamatkan bukan hanya dirinnya tetapi juga umat manusia. Politik yang hakiki itu hanyalah politik yang berlandaskan kepada akidah Islamiyah.
Dalam Islam politik adalah pengaturan kehidupan umat dengan aturan Islam. Politik dalam Islam sebagai wasilah untuk mengangkat pemimpin yang akan menjalankan apa yang Allah dan Rasul perintahkan. Jadi bukanlah untuk membuat peraturan yang berasal dari pikiran masyarakat sendiri. Hal ini sangat jauh berbeda dengan pemahaman politik yang dipahami masyarakat umum saat ini.
Di samping itu, sistem pemerintahan Islam mengatur pendidikan untuk membentuk kepribadian yang berlandaskan akidah Islam. Para pemuda yang sejak masih anak-anak sudah dipersiapkan akan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah. Bahwa apa yang diperbuatnya akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt.
Cara pandang negara terhadap pemuda adalah cara pandang yang penuh harapan sebagai generasi yang akan melanjutkan kehidupan bermartabat dengan Islam. Maka negara menjaga pemuda-pemuda dari hal-hal yang akan mengganggu akidah mereka dengan kebijakan-kebijakan yang bersandar pada Al-Qur’an dan sunnah. Hingga mucul para pemuda yang sadar politik sebagaimana pada masa keemasan Islam dahulu. Pemuda-pemuda tangguh yang berani bertarung nyawa demi tegaknya Islam agar dapat diwujudkan dalam kehidupan.[]
Comment