Oleh Ammy Amelia, Muslimah Peduli Umat
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan ku guncang dunia…..” (Ir. Soekarno)
Sebuah ungkapan masyhur dari Sang Proklamator, jelas memiliki makna yang begitu mendalam. Kalimat tersebut mengandung arti bahwa keberadaan pemuda sangat erat kaitannya dengan kebangkitan suatu bangsa.
Bahkan, penyandingan kata ‘Pemuda’ dengan ‘Dunia’ merupakan gambaran bagaimana kedahsyatan pemuda sebagai agen perubahan yang mampu menjadi tolak ukur maju mundurnya peradaban dunia.
Namun sayangnya kondisi pemuda saat ini justru berbanding terbalik dengan ungkapan di atas. Harapan akan hadirnya agen perubahan yang seharusnya mampu menjadi tonggak peradaban, seolah kian sirna seiring dengan gencarnya arus paham liberal yang melahirkan sikap apatis, liberalis serta individualis yang menjunjung tinggi kepuasan diri. Sikap yang jelas bertentangan dengan kepedulian pemuda untuk mewujudkan cita-cita akan bangkitnya suatu bangsa.
Seperti beberapa fakta yang terjadi, dilansir dari JabarEkspres.com (3/6/2022), demi rekam aksi menghindar dari truk, seorang remaja ditabrak saat hendak memberhentikan truk. Remaja itu diduga sedang membuat konten untuk media sosial bersama seorang temannya.
Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Bandung AKP AKP Zazid Abdullah membenarkan video itu direkam di terusan Exit Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja), Jalan Tegal Caang, Desa Parung Serap, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecelakaan itu disebut terjadi pada Kamis (2/6) pukul 14.45 WIB.
Orang yang ditabrak dalam video itu adalah seorang remaja berusia 14 tahun warga Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Zazid menduga, korban yang coba menghentikan truk, tidak menyangka kendaraan di depan tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Korban yang tidak sempat lagi menghindar akhirnya tertabrak. Hingga kini, korban masih dalam perawatan di rumah sakit.
Sungguh ironis. Perilaku pemuda kini nyatanya sudah kehilangan arah. Mereka tak mampu lagi menilai baik buruk, bermanfaat atau tidak. Demi sebuah konten, mereka berani ambil resiko sekalipun menantang bahaya, bahkan mengancam nyawa.
Inilah buah dari sistem kapitalisme sekuler. Sistem yang mengarahkan pemuda untuk memaknai kesuksesan hanya berorientasi pada aspek materi semata. Termasuk kesuksesan yang diraih dengan cara instan, hingga sampai melabrak norma-norma kehidupan. Adapun paham kebebasan yang diusung, menjadikan pemuda berada dalam makna kebebasan yang keliru.
Mereka dengan bangga menampakkan eksistensi diri atas hal-hal yang disenangi. Atas nama hak asasi, mereka menjunjung tinggi paham kebebasan dalam rangka mengekspresikan diri. Tak peduli akan dampak baik dan buruk, serta akibat yang ditimbulkan terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Mengingat betapa besar sumber daya potensi sekaligus emosi yang dimiliki pemuda, maka sepantasnya segenap lapisan masyarakat membimbing mereka agar menjadi pemuda idaman yang mulia menurut pandangan Allah Swt. Dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Sebagaimana perintah Allah Swt. dalam firman-Nya,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
[QS. At-Tahrim : 6]
Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya, serta diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara.
Maka tugas mendidik anak sebagai salah satu anggota keluarga merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah Swt. Artinya peran pendidikan keluarga merupakan elemen mendasar yang akan menentukan kualitas output pemuda.
Selain keluarga, masyarakat juga memiliki peranan penting dalam pembentukan pemikiran dan karakter pemuda. Agar tercipta generasi pemuda yang mulia, dibutuhkan lingkungan masyarakat yang mampu bersinergi dengan pola pendidikan keluarga. Sehingga dengan lingkungan masyarakat yang kondusif, penanaman pendidikan di keluarga tetap dapat terjaga secara ideal.
Terciptanya masyarakat sebagai penghantar lahirnya generasi, tidak lepas dari peran pemimpin negara sebagai pengendali institusi. Dalam Islam, pemimpin negara wajib mengontrol setiap individu agar tidak sampai keluar dari koridor hukum syariat.
Negara bertanggung jawab atas perilaku setiap individu, tidak terkecuali kaum pemuda. Negara meyakini bahwa kepemimpinannya adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Sehingga para pemegang kekuasaan secara totalitas menjamin ketakwaan individu. Yang kemudian akan menjadi benteng pertahanan, sehingga mampu melahirkan generasi pemuda nan gemilang. Wallahu’alam bishawab.[]
Comment