Pemuda Islam Harus Paham dan Melek Politik

Opini155 Views

 

 

 

Penulis : Tasya Putri Ramadhani | Mahasiswi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pemerintah Kota Balikpapan melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbagpol), kian mengencarkan Sosialisasi ke para pelajar dari beberapa sekolah SMA sederajat di Balikpapan, dengan tema Generasi Sadar Politik (Gaspol).

“Sosialisasi ini bertujuan meningkatkan partisipasi para pemuda sebagai pemilih pemula dalam pemilu presiden maupun wakil presiden, dan pemilihan legislatif tahun 2024. Selain itu juga sebagai bentuk pemberdayaan pemerintah kepada masyarakt dalam memberikan pendidikan politik tentang pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilu. Pendidikan Politik yang menargetkan generasi muda sudah terjadi selama lima kali dan menjadi fokus saat ini adalah pemilih pemula, dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan oleh KPU, generasi Z maupun milenial hampir mencapai 60 persen “, ujar Kepala Badan Kesbagpol Balikpapan Sutadi.

Laman katadata.co.id  menulis bahwa generasi milenial adalah sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024. Adapun sebutan generasi Z merujuk pada orang yang lahir mulai 1995 hingga 2000-an.

Jika diakumulasikan, total pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z berjumlah lebih dari 113 juta pemilih. Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih. Selain itu,  kelompok pemilih dari generasi X yang menyusul di urutan berikutnya yaitu sebanyak 57.486.482 atau 28,07% dari total pemilih.

Generasi X adalah orang kelahiran 1965 hingga 1979. Sisanya berasal dari kelompok generasi pre-boomer, atau orang yang lahir sebelum tahun 1944 dengan total sebanyak 3.570.850 atau 1,74% pemilih.

Gen Z sendiri merupakan kelompok demografis yang secara luas dianggap apatis secara politik. Menurut riset UMN Consulting, generasi zoomers menggambarkan situasi politik indonesia dengan sentimen negatif, diasosiasikan Gen Z dengan politik Indonesia adalah kacau, rumit, dan berantakan. Mengacu pada riset yang sama terdapat 29,05% Gen Z yang tidak tertarik dan 15,21% sangat tidak tertarik dengan informasi politik. Generasi muda saat ini menggambarkan generasi yang acuh dan buta politik.

Pihak pemerintah pun menjelang pemilu berharap mereka sadar politik dan menggunakan hak pilih. Mereka juga mengamputasi makna “peran politik” sebatas partisipasi pemilu, seolah tidak ada peran perubahan yang lain.

Walhasil, pemuda sekadar menjadi sasaran para penguasa, pejabat, dan politisi untuk menjaring suara, agar mampu melanggengkan demokrasi dan memperpanjang sistem kapitalisme sekuler.

Pada demokrasi, pemuda disibukkan oleh aktivitas remeh yang orientasinya mengejar kepuasan materi semata. Sementara kepekaan dan kepedulian mereka terhadap kondisi politik dan permasalahan rakyat sengaja dikerdilkan. Inilah ironi pemuda dalam  sistem sekuler saat ini. Di sisi lain, ketika pemuda menyuarakan perubahan dan kritik kebijakan demi kepentingan rakyat, demokrasi tidak akan menyebutnya sebagai peran politik, bahkan tidak memberi ruang dialog, apalagi memenuhi semua tuntutan dari berbagai aksi pemuda. Mereka malah dipersekusi baik secara fisik maupun psikis.

Demokrasi tidak akan pernah menjadi wadah suatu perubahan. Hal ini terlihat dari sistem pendidikan, peningkataan sekularisasi dalam kurikulum. Peran agama dipinggirkan, akhirnya generasi minus adab dan kesopanan pun terus meningkat.

Definisi “politik” dalam sistem sekuler kapitalisme ialah kekuasaan bagi kepentingan para kapitalis bukan kemaslahatan rakyat. Ciri khasnya anti kritik. Bila terdapat kritik yang membela kepentingan rakyat akan dianggap ancaman bagi kepentingan kapitalis dan menyusahkan kekuasaan rezim.

Para generasi muda harus diselamatkan dari proyek masif kaum kapitalis yang memang pada akhirnya hanya akan mendegradasi kepribadian, moral, visi misi, jati diri dan kepemimpinannya. Pemuda hanya menjadi boneka untuk berbagai kepentingan penguasa, oligarki, maupun barat.

Berbeda dengan islam, islam bukan hanya sebagai agama melainkan sebagai ideologi, cara pandang dalam mengatur kehidupan manusia.

Politik dalam kamus bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah, yang artinya mengurusi atau mengatur suatu perkara. Politik islam berarti mengatur dan mengurusi urusan umat baik secara individu hingga urusan pemerintahan. Seperti firman Allah SWT yang artinya:

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang – orang yang berserah diri.” (TQS. An – Nahl: 89).

Generasi muda adalah harapan bangsa dan tak dapat dipungkiri mereka adalah tumpuan harapan demi mengubah kondisi yang jauh dari kesejahteraan. Oleh sebab itu, tidak semestinya pemuda cuek hingga anti akan permasalahan politik.

Mereka perlu mengetahui makna hakiki politik itu sendiri, termasuk mengetahui di mana saja kerusakan bisa terjadi. Generasi muda islam harus paham dan melek politik islam agar menjadi pemeran utama dalam perjuangan. Pemuda memiliki peran strategis sebagai lokomotif utama untuk perubahan dan tegaknya peradaban Islam.

Pemuda harus dididk dengan aqidah islam yang murni untuk membentuk kepribadian serta adab, kepemimpinan dan kemampuan politikm islamnya. Sudah sepantasnya pemuda islam memiliki idealisme yang tinggi dan memegang teguh prinsip islam, seperti halnya sabda Rasulullah Saw bagi pemuda.

“Janganlah kalian menjadi imma’ah (suka ikut-ikutan)! Kalian berkata, ‘Jika manusia berbuat baik, kami pun akan berbuat baik. Jika mereka berbuat zalim, kami juga akan berbuat zalim.’ Akan tetapi, kukuhkan diri kalian. Jika manusia berbuat baik, kalian juga berbuat baik. Jika mereka berbuat buruk, jangan kalian berlaku zalim.” (HR At-Tirmidzi). Wallahu’alam bishowwab.[]

Comment