Oleh: Novita Darmawan Dewi, Mahasiswi Universitas Terbuka, Fakultas Ekonomi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Pemerintah Kabupaten tengah gencar membangun langkah nyata mencetak pelajar berkarakter serta bermanfaat bagi diri sendiri maupun bangsa dan negara. Selain memberikan pelajaran umum, juga membangun kebiasaan mengaji dan menghafal Alquran dalam kehidupan sehari- hari.
“Makna dari kandungan Alquran adalah rel kehidupan yang mengatur dan dapat menyelamatkan manusia saat berada di dunia dan akhirat. Alquran menjadi pegangan hidup manusia,” kata Bupati Dadang Supriatna ditemui di Soreang belum lama ini.
Dalam laman rmol.id DS mengatakan bahwa dalam belajar mengaji dan menghafal Alquran di sekolah formal, para ustadz dan ustadzah harus terlibat aktif mengajarkan anak didiknya. Agar, menurut dia, para pelajar di Kabupaten Bandung bisa membaca Alquran dan mengerti serta memahami bacaan Alquran itu.
Namun, melihat fakta empiris dan kondisi pemuda atau remaja saat ini, kita sangat prihatin. Potret pemuda sangat jauh dari harapan. Pemuda notabene terkungkung oleh sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan secara sistemis dan terpola menjadi generasi yang lemah secara mental.
Hanya Sekedar Mimpi
Tujuan pendidikan yang diusung oleh para founding fathers negeri ini untuk menciptakan pribadi yang beriman dan bertakwa serta memiliki kepribadian yang luhur boleh dibilang masih sebatas mimpi sebagai menggantang asap. Pemuda dan remaja masih disibukkan oleh permasalahan-permasalahan yang menunjukkan lemahnya mental generasi atau rendahnya moral dan kepribadian pemuda di negeri ini.
Maraknya kasus-kasus perundungan, kekerasan fisik, bahkan sampai kepada kasus kriminal seperti pembunuhan, pencurian, pemakaian narkoba, serta kebebasan seksual yang melahirkan banyak problem kesehatan dan sosial masih mendominasi kalangan pemuda.
Pemuda seolah tidak memiliki prinsip atau petunjuk menjalani kehidupannya. Hidup hanya berasaskan manfaat. Selama pola pikirnya menjadikan manfaat sebagai tolok ukur, mereka akan bersikap oportunis, pragmatis, permisif, liberal, dan hedonis. Inilah ciri khas sebuah generasi yang dilahirkan oleh sistem sekuler kapitalistik.
Agama, yakni Islam, di negeri ini dikerdilkan sebatas wilayah spiritual. Bahkan, jam mata pelajaran agama di sekolah mulai dikurangi. Organisasi kerohanian Islam dianggap sebagai sarang teroris. Memakai jilbab tidak lagi menjadi sebuah kewajiban. Pendidikan akidah, akhlak, dan syariat untuk membentuk kepribadian Islam sangat minim diberikan pada para remaja dan pemuda.
Islam is The Way of Life
Kondisi ini berbeda dengan masa ketika Islam menjadi sebuah way of life yakni pada masa kekhalifahan di abad 13. Pendidikan saat itu difokuskan untuk membentuk kepribadian Islam. Adab dan ilmu ditegakkan secara bersamaan sehingga melahirkan manusia dengan akhlak yang mulia dan bermanfaat bagi banyak orang.
Islam sudah diajarkan bahkan dipraktikkan dalam kehidupan para remaja dan pemuda sejak dini. Tentu dengan daya dukung penerapan syariat Islam di tengah kehidupan yang menjaga mereka senantiasa menyelaraskan perbuatan atau sikapnya sesuai dengan aturan Islam yang luhur.
Seluruh masyarakat memiliki orientasi yang sama yakni menjadi manusia beriman dan bertakwa, serta memberi manfaat bagi banyak orang. Lahirlah generasi kuat yang siap memimpin masa depan serta mewujudkan cita-cita atau visi yang telah dirintis oleh para pendahulunya.
Islam menciptakan generasi yang kuat, tidak hanya berorientasi kepada penguasaan materi secara fisik, tetapi juga menginternalisasikan ideologi yang berasal dari wahyu Allah Swt., yakni Islam. Dengan ini lahir orang-orang bermental kuat seperti Ali bin Abi Thalib ra., Utsman bin Affan ra., Abu Bakar ra., Umar bin Khaththab ra., dan generasi selanjutnya seperti Muhammad al-Fatih. Mereka lahir dengan pola asuh ideologi Islam sejak dini dan melalui berbagai tahapan-tahapan serta daya dukung yang memadai.
Islam sangat fokus untuk menciptakan pemimpin masa depan dengan berbagai kebijakan dan fasilitas yang mendukung visi dan cita-cita mulia sesuai yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. Wallahu a’lam.[]
Comment