Papua: Derita di Tanah Surga

Opini635 Views

Penulis: Hessy Elviyah, S.S | Guru Tahsin Metode Yanbu’a

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Bagai ayam mati di lumbung padi, begitulah kondisi rakyat Papua. Limpahan Sumber Daya Alam (SDA) anugrah Tuhan kepada tanah Papua tidak mendatangkan kesejahteraan rakyat di sana. Miris, di tanah bertabur emas itu, jangankan untuk hidup mewah – untuk memenuhi kebutuhan pokok saja rakyat Papua tidak mampu. Kenapa begitu?

Musibah kekeringan di Papua Tengah, tepatnya di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak seperti ditulis cnnindonesia.com (31/7/2023), akibat musim kemarau berkepanjangan dan diiringi cuaca ekstrim menyebabkan gagal panen dan mengakibatkan 6 orang meninggal dunia. Menurut Abdul Muhari, selaku Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, gagal panen tersebut membuat warga setempat mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan makanan sejak 23 Juni 2023. Lebih jauh, Muhari menambahkan bahwa kekeringan tersebut menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih hingga mengakibatkan warga meninggal dunia, warga tersebut terdiri dari 5 dewasa dan 1 bayi. Penyebab kematian diduga karena diare dan dehidrasi.

Dalam upaya menangani musibah kekeringan ini, pemerintah sebagaimana dihumis kompas.id (10/8/2023) melakukan tindakan-tindakan berupa jangka panjang dan pendek, yakni membangun gudang logistik dan perpanjangan landasan pacu di Bandara Udara Sinak. Hal ini dilakukan lantaran pengiriman bantuan kerap mengalami kesulitan yang disebabkan oleh rusaknya sarana transportasi. Lebih jauh, pembangunan infrastruktur ini sejalan dengan visi presiden dalam rangka membangun Trans-Papua. Demikian pula untuk menjaga stabilitas pangan agar musibah kelaparan yang disebabkan kekeringan ini tidak terulang lagi.

Sungguh ironis, Papua dengan kemilau emas kekayaan alamnya harus menghadapi musibah kelaparan. Tambang emas Papua seperti ditulis cnnindonesia.com (12/1/2023) merupakan tambang emas terbesar di Indonesia yakni seluas 1.181.071,52 hektare (ha) yang tersebar di 25 provinsi. 52% cadangan bijih emas di Indonesia berada di tanah Papua. Selain emas, tembaga dan perak juga turut serta menambah deretan kekayaan tanah Papua.

Namun sayangnya, harta karun di tanah Papua tersebut dikelola asing. Andaikata dikelola oleh pemerintah, pasti tidak akan jauh dari tata kelola jejaring oligarki. Lagi-lagi, rakyat hanya bisa gigit jari, karena hak-hak atas tanah air mereka dikelola kapitalis asing sedemikian rupa hingga menyebabkan kemiskinan bahkan kematian.

Buruknya tata kelola sumber daya alam tidak terlepas dari kapitalisme yang meniscayakan terciptanya manusia-manusia rakus dan tamak hingga tidak memperdulikan lagi efek dan dampak sifatnya tersebut.

Lingkungan rusak, menciptakan musibah kelaparan hingga hilangnya simpati dan empati para kapitalis ini semakin mengkonfirmasi bahwa sistem ini tidak ubahnya seperti hukum rimba; yang berkuasa yang mampu hidup layak dalam sistem ini.

Kemerdekaan negara yang dirayakan setiap tahun nyatanya tidak mampu menghadapi persoalan kemiskinan yang semakin membuat rakyat jauh dari kata sejahtera. Kapitalisme ini pula yang menggagalkan fungsi negara yang notabene sebagai pelindung, pengayom dan pemberi jaminan kesejahteraan terhadap rakyat. Kapitalis ini menempatkan pemerintah hanya sebagai mediator sekaligus regulator antara rakyat dan kaum kapitalis yang hendak menguasai sumber daya alam negara ini baik lokal maupun internasional. Maka tak heran, seberapa pun usia kemerdekaan negara ini tidak akan mampu membuat rakyat sejahtera sekalipun dengan limpahan sumber daya alam.

Lain halnya dengan sistem Islam, Islam dengan prinsip rahmatan llilalamin pasti mampu membuat rakyat sejahtera. Ini terbukti saat sistem Islam diterapkan pada jaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada waktu itu, negara kesulitan mencari rakyat yang layak menerima zakat karena kehidupan ekonomi pada saat itu makmur dan sejahtera.

Begitu pula dengan pengelolaan sumber daya alam. Islam mengatur sumber daya alam dan dikelola negara untuk dikembalikan kemaslahatannya demi kebutuhan rakyat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam riwayat Abu Dawud dan Ahmad bahwa kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu padang, air dan api. Jadi, ketiga hal tersebut haram dikuasai asing. Sehingga, bisa dipastikan dengan sumber daya alam yang melimpah, rakyat akan hidup berkah dan sejahtera.

Demikianlah ketika Islam diterapkan, baik individu, masyarakat secara luas akan bahu membahu menjalankan hak dan kewajiban sesuai aturan Islam. Islam menekan sifat rakus dan tamak manusia. Islam tidak memberi ruang untuk menindas kaum yang lemah. Sehingga tanah emas akan berkilau seiring dengan kilauan takwa kepada Allah Swt. Maka dari itu, penerapan aturan Islam adalah sebuah kewajiban guna demi terciptanya kesejahteraan seluruh penduduk bumi.[]

Comment