Oleh: Arsy Novianty, Guru dan Member Akademi Menulis Kreatif
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Apa itu ChildFree? Childfree adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat. Penggunaan istilah Childfree untuk menyebut mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak ini mulai muncul di akhir abad 20.
Dilansir suara.com (20/8/2021) bahwa belakangan menjadi perbincangan di sosial media tentang pilihan tak memiliki anak untuk seorang yang sudah menikah atau childfree. Di Indonesia, pilihan untuk childfree sendiri masih tabu di mana menyisakan berbagai anggapan buruk bagi pasangan yang memilih tak punya anak.
Melansir dari WebMD, survei Pew Research Center tahun 2007 menunjukkan bahwa sikap tentang apakah anak-anak merupakan bagian integral dari suatu hubungan mulai berubah. Hanya 41 persen orang Amerika mengatakan anak-anak sangat penting untuk pernikahan yang sukses.
Sungguh miris ketika ChildFree kini digaungkan dimana seorang pasangan suami istri bebas dari anak. Padahal hadirnya anak dalam rumah tangga merupakan salah satu hal penting untuk meneruskan generasi selanjutnya.
Apa jadinya jika hal ini terus digaungkan dan banyak orang memilih untuk childfree, tentu kehidupan akan punah seiring berjalannya waktu.
Hadirnya anak di muka bumi bukanlah suatu hal yang aib atau menjadi beban keluarga. Di balik hadirnya anak dalam rumah tangga terdapat begitu banyak pahala, apalagi bagi seorang perempuan, dengan mengandung, melahirkan, menyusui mendidik dan membimbing.
Anak sebagai penenang hati, penyejuk jiwa. Tipikal ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak. Hal itu sebagaimana terungkap dalam doa Al-Qur’an berikut ini.
رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan [25]: 74).
Para ulama tafsir menyebutkan, maksud qurrata a’yun dalam ayat di atas adalah anak-anak yang saleh, taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, bermanfaat bagi sesama.
Tak heran jika anak yang memiliki perangai ini kelak menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa, menjadi kebanggaan dan pembela bagi para orang tua di dunia dan akhirat.
Namun, tipikal anak ini tidak lahir begitu saja. Dibutuhkan perjuangan keras orang tua untuk mengasuh, membina, dan mendidiknya, bahkan sudah pasti membiayainya. Tak kalah penting adalah doa, baik dari orang tua maupun dari orang-orang yang saleh. (Lihat: Tafsir Muqatil ibn Sulaiman, [Beirut: Daru Ihya at-Turats], 1424 H, jilid 3, hal. 242).
MasyaAllah begitu luar biasanya dengan hadirnya sosok anak dalam kehidupan keluarga.
Tapi sayang pemikiran feminisme menggaungkan childfree ini sungguh bertolak belakang dengan syariat islam, hal ini tidak bisa dibiarkan. Kaum muslim harus tetap teguh pada Al-quran dan sunnah jangan sampai terbawa oleh arus pemikiran yang bertentangan dengan syariat.
Lantas bagaimana solusi untuk mengatasi hal ini, agar kaum muslimin tetap berada pada pandangan yang benar?
Pertama, perlu adanya penguatan pemimpin untuk menentukan jalan kebenaran bukan lewat hawa nafsu semata
Kedua, harus banyak belajar dan memahami kemuliaan sosok ibu dalam kehidupan yang melahirkan anak-anak yang gemilang
Ketiga, jangan mudah terpengaruh oleh gaya, pandangan dan kehidupan Barat. Sebagai umat muslim khususnya, kita harus berpegang teguh pada tuntunan syariat islam, teguh memegang aqidah islam dan menjalankan kehidupan sesuai dengan Al-quran dan As-sunah
Maka dari itu kaum muslimah khususnya jadilah sosok ibu gemilang sehingga mampu melahirkan generasi yang sholeh wa sholehah.Wallahualam.[]
Comment