Penulis: Moni Mutia Liza, S.Pd | Pegiat Literasi Aceh
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Gejolak yang terjadi di Palestina sudah berlangsung sangat lama, tepatnya saat khilafah Turki Utsmani runtuh. Palestina menjadi wilayah yang dituju oleh Zionis Yahudi untuk membangun negaranya. Perang yang berkepanjangan ini sudah berlangsung sejak 2 November 1917. Jika kita perhitungkan lebih dari 1 abad wilayah Palestina dalam kondisi yang tidak aman.
Sampai saat ini korban terus berjatuhan di pihak kaum muslimin. Bahkan pada tanggal 31 Oktober saja, sekitar 400 orang dilaporkan tewas dan terluka dalam serangan bom dengan kekuatan 6 ton produk dari Amerika Serikat yang dibombardir oleh Zionis Yahudi di kamp pengungsi Jabalia, Gaza Utara, (tempo.co/02/11/2023).
Juru bicara kementerian Ashraf al-Qedra seperti ditulis cnbcindonesia.com (03/11/2023) mengatakan bahwa korban tewas meningkat menjadi 9.061, di antaranya 3.760 anak-anak dan 2.326 perempuan. Sedangkan jumlah korban luka mencapai 32.000 orang.
Berdasarkan laporan komisaris jenderal PBB, Philippe Lazzarini menyatakan, serangan Zionis Yahudi merusak kamp pengungsi Palestina, sekolah, tempat ibadah, bahkan rumah sakit.
Dengan jumlah korban yang mencapai 9.000 jiwa lebih dalam waktu yang singkat, menunjukkan kepada dunia bahwa Zionis Yahudi telah melakukan genosida secara masif. Dengan dalih ingin menyerang Hamas nyatanya mereka justru membunuh secara membabi buta warga sipil Palestina.
Bahkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu seperti dikutip laman cnbcindonesia.com (02/11/2023) mengatakan bahwa perang tersebut akan terus dilakukan sampai mereka menang atau menguasai wilayah Palestina secara keseluruhan termasuk Masjid Al-Quds di dalamnya.
Padahal sebagaimana yang kita ketahui bahwa hasil sidang Majelis Umum PBB menyatakan bahwa 120 negara mendesak genjatan senjata dengan alasan kemanusiaan dan hanya 14 negara yang mendukung untuk melanjutkan penjajahan “gila” yang melanggar HAM ini. Namun hasilnya sidang ini tidak memberi pengaruh apapun pada kaum Yahudi tersebut, pasalnya sanksi yang diberikan terbilang tidak tegas dan keras. Wajar, hasil keputusan PBB tidak menjadi momok yang menakutkan bagi Zionis Yahudi, sebab negara adikuasa terus menyokong mereka baik dari segi dana, persenjataan dan balatentara.
Sejatinya ini bukanlah perang memperebutkan wilayah nenek moyang, melainkan bentuk penjajahan Zionis Yahudi terhadap tanah Palestina. Bangsa Yahudi secara sepihak melakukan pendudukan ke tanah Palestina dan merebut tanah tersebut dari pemilik sahnya. Lantas bagaimana mengakhiri penjajahan yang semakin menggurita ini?.
Satu-satunya solusi adalah dengan bersatunya seluruh negeri muslim dalam satu kepemimpinan di level internasional. Dengan demikian, negeri muslim memiliki kekuatan militer yang besar dan kuat. Tentunya dengan kekuatan tersebut mampu memukul mundur pasukan musuh. Apalagi hanya israel yang pengecut itu. Sangat mudah dikalahkan oleh kekuatan tentara Allah.
Palestina hanya bisa dibebaskan dengan jihad dan bersatunya negara negara islam dalam satu bendera. Hanya itu satu-satunya solusi yang hakiki. Adapun bantuan makanan, pakaian, obat-obatan dan sebagainya juga merupakan hal yang dibutuhkan oleh saudara kita di Palestina, akan tetapi yang paling mereka butuhkan adalah memberikan keamanan jiwa, harta, dan tempat tinggal mereka.
Semua akan terwujud bila negeri muslim memiliki suara yang sama tentang Palestina sebagai milik umat islam dunia yang harus dibebaskan dengan kekuatan militer dari negeri-negeri muslim.
Sebab di tanah tersebut ada kiblat pertama umat Islam yaitu Baitul Maqdis. selain itu, umat islam memiliki kisah Isra’Mi’raj yang juga kental hubungannya dengan Masjid Al-Aqsa. Masih banyak lagi keutamaan tanah Palestina bagi kita sebagai muslim.
Maka sudah selayaknya penjagaan terhadap tanah tersebut bukan hanya diperjuangkan oleh muslim yang ada di wilayah Palestina, melainkan kewajiban muslim seluruh dunia untuk melindunginya dari Zionis Yahudi laknatullah. Wallahu’alam biashawab.[]
Comment