Palestina Masih Mencekam, di Mana Penguasa Negeri-Negeri Islam?

Opini257 Views

 

 

Penulis : Nurul Wahida S.Pd, M.Si | Guru dan Aktivis Dakwah di Aceh Tamiang

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sudah lebih satu bulan pertempuran antara Hamas (Palestina) dengan Israel sejak serangan Hamas kepada Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023 yang lalu. Tak kurang dari 1.300 orang Israel tewas akibat serangan itu. Israel pun membalas dengan serangan brutal di jalur Gaza hingga lebih dari 10.000 warga Palestina telah kehilangan nyawa (Tempo.co.Jakarta)

Konfrontasi militer antara Israel dan Hamas ini bukanlah kali yang pertama. Pada Mei 2021 polisi Israel menggeruduk Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, situs tersuci ketiga dalam Islam. Aksi itu memicu perang 11 hari antara Israel dan Hamas yang menewaskan lebih dari 200 warga Palestina dan belasan warga Israel. Tiga tahun sebelumnya, setidaknya 170 warga Palestina menjadi syahid akibat serangan dari pihak Israel. (Tempo.co)

Salah seorang staf pengajar di Universitas Islam Internasional Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rifqi Muna menyatakan bahwa peristiwa pada Sabtu pagi itu terjadi sebagai sebuah reaksi atas proses panjang terhadap apa yang telah dialami orang-orang Palestina selama puluhan tahun “Mereka mengalami kekerasan yang dilakukan oleh Israel.”

Kementerian Kesehatan di Gaza pada Senin lalu menerima laporan sekitar 2.350 orang hilang di bawah reruntuhan, termasuk sekitar 1.300 anak-anak. Jumlah yang dirilis pada Senin itu menandai tonggak sejarah yang suram dalam kekerasan yang menjadi paling mematikan dalam konflik Israel-Palestina sejak 1948. (Tempo.co)

Merespon tragedi genosida ini, aksi solidaritas mendukung rakyat Palestina menggema di seluruh dunia termasuk negara-negara di Eropa dan juga Amerika. Ratusan ribu demonstran mengecam kekerasan yang dilakukan oleh Israel dan mendesak diakhirinya pendudukan Israel terhadap wilayah Palestina (Rmol.ID).

Dimana Para Pemimpin Dunia Islam?

Sejauh ini para pemimpin negeri-negeri Islam termasuk Indonesia belum maksimal  membantu Palestina. Mereka hanya mengecam, mengutuk serta menggertak tanpa melakukan tindakan nyata untuk menghentikan agresi kaum Zionis.

Walaupun beberapa pemimpin negeri-negeri tersebut mengirimkan bantuan berupa makanan, obat-obatan dan bantuan logistik lainnya, akan tetapi Palestina membutuhkan support lebih dari itu.

Ironisnya, Israel resmi menormalisasi hubungan diplomatik dengan Sudan, negara Arab-Afrika (2020). Sudan menjadi negara Arab ke-empat setelah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Maroko yang lebih dulu sepakat membuka lagi jalur diplomatik dengan Israel bahkan muncul isu bahwa Arab Saudi akan melakukan hal sama.(CNN Indonesia).

Berbagai kecaman, kutukan, ataupun gertakan dari pemimpin-pemimpin dunia Islam sepertinya sama sekali tidak berpengaruh terhadap Israel. Sebaliknya Zionis Israel semakin brutal memblokade kaum muslimin di Gaza.

Ini menunjukkan betapa lemahnya posisi para pemimpin dunia Islam saat ini. Padahal Persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS) telah mengeluarkan seruan dan desakan untuk membantu perlawanan Palestina menghadapi serangan Israel. Seruan tersebut ditujukan bagi negara-negara Arab maupun negara muslim.

Isi fatwa tersebut dibacakan dalam konferensi pers Fatwa tentang Peran Pemerintah Islam terhadap Invasi Israel ke Gaza pada Selasa, 31 Oktober 2023 di markas pusat IUMS yang berlokasi di Qatar sebagaimana ditulis detik.com.

Maka sudah seharusnya para pemimpin negeri negeri islam mengirimkan tentara untuk membantu Palestina melawan Israel. Sebab mereka telah diberi amanah menjadi penguasa negara yang memiliki kekuasan dan kemampuan untuk memobilisasi kekuatan militer, dan ini adalah amanah yang berat di sisi Allah.

Mengenai amanah kekuasaan, Rasulullah saw. juga bersabda, “Tidaklah seorang penguasa yang diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Berkaitan dengan hadits di atas, Imam Fudhail bin Iyadh rahimarahimahulLâhhulLâh, sebagaimana dikutip oleh Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahîh Muslim, mengatakan:

“Penelantaran itu bisa berwujud pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka dan tidak menegakkan keadilan si tengah-tengah mereka. Setiap orang yang melakukan hal ini dipandang telah berkhianat kepada umat.”

Jelas sekali, penguasa khianat—termasuk yang berdiam diri dan enggan membela kaum muslim yang tertindas di mana pun, khususnya di Palestina saat ini—sesungguhnya telah diancam oleh Rasulullah saw. melalui hadits di atas.

Mewujudkan Kembali Pesan Rasulullah saw.

Penjajahan, genosida dan pembantaian umat Islam Palestina oleh Zionis Yahudi seharusnya mengingatkan kembali para penguasa negeri-negeri Muslim pada tiga hadits Nabi saw. berikut ini:

Pertama, hadits Nabi saw. tentang perlindungan darah dan harta kaum Muslim. Beliau bersabda pada Hari Arafah:

إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَة يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا

Sungguh darah dan harta kalian itu haram (suci) seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini (HR Muslim).

Artinya, tak boleh sedikit pun darah kaum muslim tertumpah. Konsekuensinya, tak boleh pula bagi siapapun, apalagi para penguasa Muslim, membiarkan ada darah seorang Muslim pun, di mana saja di dunia ini, ditumpahkan tanpa ada pembelaan.

Kedua, hadits Nabi saw. tentang persatuan dan kesatuan kaum Muslim sedunia berdasarkan akidah Islam, bukan atas dasar kebangsaan (nasionalisme), termasuk sekat-sekat negara-bangsa (nation state):

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِىٍّ عَلَى أَعْجَمِىٍّ وَلاَ لِعَجَمِىٍّ عَلَى عَرَبِىٍّ وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى

Wahai manusia, ingatlah, Tuhan kalian satu. Bapak kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab, juga bagi orang non-Arab atas orang Arab, dan tidak ada keutamaan bagi orang berkulit merah atas kulit hitam, juga bagi orang berkulit hitam atas kulit merah, kecuali karena ketakwaannya (HR Ahmad).

Ketiga, hadits Nabi saw. tentang kewajiban adanya Imam/Khalifah sebagai perisai/pelindung umat. Rasulullah saw. bersabda:

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Sungguh Imam/Khalifah (Kepala Negara) itu laksana perisai; (orang-orang) akan berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya (HR al-Bukhari dan Muslim).

Alhasil, kaum Muslim sedunia wajib menyatukan seluruh negeri-negeri Islam di bawah komando seorang khalifah yang akan memimpin seluruh dunia islam sebagaimana pernah terwujud selama 14 abad dalam kejayaan.

Dengan itu kaum Muslim sedunia bisa memiliki kembali seorang khalifah yang akan benar-benar menjadi perisai/pelindung mereka yang hakiki. Bukan yang sekadar pintar basa-basi. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.[]

Comment