Padang Arafah Miniatur Padang Mahsyar

Opini168 Views

 

Penulis: Adhes Satria |Kolomnis, Anggota PJMI

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Tiada haji tanpa wukuf di Padang Arafah. Karena itu salah satu rukun haji yang tak boleh ditinggalkan. Wukuf maknanya berhenti atau berdiam diri untuk bertafakur, mengevaluasi dan kembali menata diri.

Saat wukuf, jamaah haji memperbanyak istighfar, zikir dan berdoa untuk mohon ampun, minta kebaikan di dunia dan akhirat, serta dijauhkan dari api neraka.

Arafah adalah tempat di mana nenek moyang kita, Adam as bertemu dengan istrinya Siti Hawa, setelah dihukum Allah SWT, dikeluarkan dari Surga, dan diturunkan dari langit ke muka bumi. Keduanya berpisah dalam kurun waktu yang lama.

Arafah juga merupakan miniatur atau semacam replika Padang Mahsyar yang akan kita pijak dan lalui nanti. Pendapat lain mengatakan, Padang Mahsyar terletak di Syiria.

Telah dijelaskan, Padang Mahsyar adalah sebuah kawasan yang berpasir, tidak memiliki dataran tinggi maupun rendah. Luasnya seluas tujuh lapis
langit dan bumi. Di sinilah, tempat manusia mulai dari Adam as hingga akhir zaman, juga seluruh makhluk hidup, termasuk hewan, dan bangsa jin akan dibangkitkan setelah kematian, lalu di kumpulkan di tempat ini untuk mempertanggung-jawabkan apa yang pernah diperbuat selama hidup di dunia.

Di Padang Mahsyar, manusia akan merasakan dekatnya matahari, teriknya bukan hanya membuat kita gerah, melainkan panas membakar, seperti api yang membara.

Kala itu keringat manusia mengucur deras, ada yang setinggi mata kaki, lutut, sepinggang, bahkan meliputi seluruh tubuh. Tergantung amal perbuatannya di dunia.

Di Padang Mahsyar, kita akan berbaris, berjalan tanpa alas kaki, dalam keadaan belum dikhitan, berpakaian seperti saat kita mati, bahkan telanjang tanpa sehelai benang pun. Kita berada di belakang pemimpin dari bangsa dan kaumnya masing masing. Adalah Nabi Ibrahim as manusia pertama yang akan diberikan pakaian untuk menutup aurat tubuhnya.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat, manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar menjadi tiga golongan, yaitu kelompok yang berkendaraan, kelompok yang berjalan kaki, dan kelompok yang menggunakan wajahnya.”

Di antara manusia, ada yang berlari dengan rasa cemas dan takut, ada yang merangkak, dan ada yang dinaungi awan. Mereka ada yang tak saling menatap dan menyapa, karena hanya mengurus dirinya masing masing. Bahkan pada keluarga, kerabat dan sahabat dekatnya sekalipun.

Lalu siapa saja yang akan dinaungi awan untuk melindungi panas yang teramat terik? Mereka adalah seperti yang disabda Nabi Saw, yakni:

“Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari kiamat, pada saat tiada naungan kecuali naungan-Nya: (1) pemimpin yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah. “Dan (6) seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR Bukhari, Muslim, Malik, an-Nasa’i).

Di kala manusia merasakan panas yang amat terik, rasa dahaga yang tak tertahankan, di saat itulah kita akan ditentukan pada sebuah takdir, bertemu Telaga Al Kautsar atau tidak? Sempat melepas dahaga atau golongan yang terhalang? Karena Al Kautsar yang bermakna kebaikan yang banyak ini merupakan nama sebuah telaga atau sungai yang diberi Allah kepada Rasulullah Saw di Padang Mahsyar, dan tak semua kaumnya bisa mendapatkannya. Hanya orang teristimewa dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya.

Dijelaskan pula dalam sebuah hadits bahwa setiap Nabi yang diutus beserta kaumnya akan mendapatkan telaganya masing masing. Para nabi itu akan bangga jika telaganya paling banyak dikunjungi.

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa meneguk air di telaga Al Kautsar, ia tidak akan haus untuk selama lamanya.” Terlebih air di Telaga atau aliran sungai Al Kautsar itu wujud dan rasanya, lebih putih dari susu, lebih manis dari madu.

Beruntunglah orang-orang yang kelak bisa minum di Telaga Al-Kautsar. Siapa saja mereka? Yaitu orang-orang yang ada bekas wudhu yang memancar di wajah dan di tangannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung dan mendapatkan ridho Allah Swt.

Ada orang-orang yang dulunya pernah membasuh muka, tangan dan kakinya dalam berwudlu, namun mereka tak bisa merasakan segar dan nikmatnya Telaga Al-Kautsar, mereka adalah orang-orang Islam yang telah melepas, mengganti agamanya (murtad).

Pada suatu hari Rasulullah Saw bersabda: Aku akan mendahului kalian di Al-Haudh (telaga), lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari telaga, mereka dijauhkan dariku, lalu aku berkata:

“Wahai Rabbku, mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu. Kemudian aku (Rasulullah Saw) mengatakan, Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR Bukhari).

Tahukah? Nerapa lama umat manusia akan menunggu Hari Perhitungan (Hisab) di Padang Mahsyar? Proses panjang tersebut akan berlangsung selama lima puluh ribu tahun, sebelum kita akan ditetapkan sebagai penghuni neraka atau surga. Tentu ini sebuah penantian yang sangat teramat panjang. Wallahu ‘alam.[]

Comment