. Nur Kholifah SE: Banyak Utang Berbahaya, Tidak Perlu Bangga

Opini627 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Utang Indonesia membengkak lagi. Bahkan, totalnya cukup fantastis dalam waktu tak sampai dua minggu.

Rincian utang luar negeri seperti dilansir kompas.tv/21/11/2020 berasal dari Australia sebesar Rp 15,45 triliun dan utang bilateral dari Jerman 9,1 triliun. Jadi ada peningkatan sebesar Rp 24,5 triliun. Pemerintah mengklaim bahwa utang digunakan untuk menanggulangi pandemi covid 19.

Sudah menjadi watak bagi negara penganut sistem kapitalis bahwa setiap ada permasalahan ekonomi solusinya adalah pajak dan utang. Dalam sistem ekonomi kapitalis pajak merupakan sumber pemasukan utama bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kondisi pandemi yang tidak kunjung mereda membuat pemasukan dari sektor pajak tidak cukup untuk memenuhi anggaran pengeluaran negara. Banyak perusahaan gulung tikar, pemutusan hubungan kerja besar-besaran, banyak korban akibat virus-19 dan pengeluaran dana pengadaan vaksin. Semua butuh dana yang tidak sedikit. Sehingga utang menjadi alternatif dan solusi.

Banyak iming-iming utang dan pujian semu dari negara-negara kaya kepada negara berkembang termasuk Indonesia sebagai alasan.

Pujian Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg menyebutkan bahwa pinjaman yang diberikan ke Indonesia lantaran Indonesia dinilai memiliki ketahanan dan proses pemulihan pandemi dengan cepat.

Sri Mulyani seperti dilansir kompas.tv/21/11/2020, menyatakan bahwa pinjaman dari Pemerintah Australia merupakan dukungan yang memberi ruang bagi pemerintah untuk melakukan manuver kebijakan dalam menangani pandemi.

Padahal Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Riau, mampu menghasilkan 365.827 barrel perhari dengan rincian minyak mentah sebanyak 359.777 barrel dan kondesat sebesar 6.050 barrel.

Papua, merupakan daerah tambang emas terbesar di dunia. Total cadangan emas yang dimiliki sebesar 1.187 ton dengan nilai mencapai USD 469,7 miliar.
Tanjung Enim Sumatera Selatan, adalah wilayah penghasil batu bara. Daerah ini mampu menhasilkan 1.500-1.700 ton setiap jamnya. Jumlah produksi yang sangat besar.

Pulau Bangka, mampu menghasilkan timah mencapai 100.000 ton dan jumlah tersebut terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Kalimantan Timur, cadangan gas alam yang terkandung di dalamnya sangat melimpah dengan produksi gas alam mencapai 607,15 juta trillion cubic feet (TCF). (merdeka.com/23/07/2018)

Kekayaan alam sangat melimpah sedangkan di sisi lain utang selalu bertambah, apakah ini patut untuk dibanggakan?

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu mengelola sumber daya alam secara baik dan signifikan.

Utang yang terus membengkak bisa membahayakan negeri ini. Makin besar utang, jumlah kas negara yang tersedot untuk bayar cicilan utang juga makin besar. Akibatnya, APBN untuk kesejahteraan rakyat makin terbatas.

Ada yang beranggapan, utang banyak tidak masalah asal masih bisa bayar. Toh ada negara yang kaya raya mereka juga punya utang. Faktanya negara seperti Spayol dan Irlandia akhirnya harus ditalangi oleh IMF, padahal rasio utangnya terbilang masih dalam batas aman dibandingkan Yunani.

Makin besar utang, pembayaran utang, baik pokok dan bunganya makin tinggi. Secara pasti membuat kebutuhan akan dollar khususnya makin besar.

Akibatnya, kurs rupiah menurun. Melemahnya rupiah terhadap dollar akan membawa dampak terhadap perekonomian dan kehidupan rakyat secara umum.

Resiko terbesarnya adalah gagal bayar utang. Zimbawe menjadi contoh yang mengenaskan. Gagal bayar utang pada Cina, mata uangnya harus diganti dengan Yuan, sebagai imbalan penghapusan utang. Nigeria, model pembiayaan infrastruktur melalui utang, Cina mensyaratkan bahan baku dan tenaga kasar harus berasal dari Cina. Sri Langka harus melepaskan pelabuhan Hambatota akibat tidak bisa bayar utang. Resiko seperti itu tidak mustahil akan menimpa negeri ini, bila proyek-proyek infrastruktur dibiayai oleh utang, pasti akan mengalami nasib yang sama jika gagal bayar.

Selain membangkrutkan negeri ini utang yang disertai riba, diharamkan oleh Islam. Di situlah masalah terbesarnya. Utang yang disertai riba akan memunculkan bahaya besar yaitu datangnya azab Allah SWT.

Rosulluloh bersabda “Jika zina dan riba tersebar luas di suatu negeri, sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri mereka sendiri”. (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).

Perekonomian yang dibangun berdasarkan riba tidak akan pernah stabil. Akan terus terjadi krisis secara berulang. Akibatnya kemakmuaran dan kesejahteraan rakyat akan terancam.

Sudah seharusnya utang dalam maupun luar negeri segera diakhiri.

Perekonomian harus segera diatur sesuai syariat Islam dan dijauhkan dari riba. Ketahuilah hanya dengan kembali kepada Islam keberkahan akan terwujud. Waallahua’alam bhisowab.[]

 

Comment