RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Setelah Presiden merilis nama-nama menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, ada beberapa nama yang menjadi sorotan. Salah satunya adalah Nadiem Makarim. Ya, beliau ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan untuk periode 2019-2024 menggantikan menteri sebelumnya Muhadjir Effendy. Ia dianggap sangat cocok untuk menduduki posisi tersebut karena mampu untuk menggerakkan generasi muda serta dianggap mampu melakukan transformasi pendidikan nasional.
Diketahui bahwa Nadiem Makarim adalah seorang pengusaha muda Pendiri dan CEO perusahaan Gojek Indonesia yang telah berhasil melebarkan sayap ke beberapa negara lainnya.
Dikutip dari Jawa Pos 23/10/2019 saat diwawancara alasan Nadiem menerima tawaran Presiden. “Kenapa saya mau menerima jabatan yang berat ini, karena saya mengerti cara untuk mentransformasi generasi muda untuk siap di masa depan. Salah satu caranya adalah dengan pendidikan,” terangnya. Memang benar, pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan SDM yang handal bagi negara, terlebih lagi tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 sangatlah berat.
Terhitung sudah sebelas kali semenjak kemerdekaan RI kurikulum pendidikan diganti, namun tidak nampak adanya perubahan signifikan kearah yang lebih baik. Yang masih hangat diperbincangakan oleh kalangan praktisi pendidikan adalah terobosan kurikulum 2013 yang digadang-gadang untuk membentuk karakter peserta didik namun ternyata hasil dari pendidikan karakter ini sangat jauh dari harapan. Kenakalan remaja semakin menjadi-jadi, tawuran, sex bebas, moral terhadap guru semakin rendah serta penyimpangan sex (LGBT) dikalangan pelajar semakin tumbuh subur.
Demikian pula, kondisi pendidikan semakin carut marut dengan adanya sistem sonasi yang tidak diawali dengan pertimbangan yang matang. Sehingga nampak bahwa sistem pendidikan di negeri ini terkesan seperti metode trial and error saja. Selanjutnya, kita akan melihat terobosan dari sang menteri, kemana arah pendidikan selanjutnya.
Benarkah Ke Arah Yang Lebih Baik ??
“Kita akan membuat terobosan-terobosan yang signifikan dalam pengembangan SDM, yang menyiapkan SDM-SDM yang siap kerja, siap berusaha, yang me-link and match antara pendidikan dan industri nanti di wilayah Mas Nadiem,” kata Jokowi. (jawa pos 23/10/2019). Melihat pernyataan tersebut, setidaknya kita sudah bisa menerawang arah pendidikan kedepan. Dengan mengandalkan sistem pendidikan berbasis tekhnologi dalam rangka mempersiapkan SDM yang siap bekerja, maka tentu saja para peserta didik akan semakin diarahkan untuk sekadar menjadi calon-calon pekerja. Begitulah realita sistem pendidikan yang lahir dari ideologi sekulerisme-kapitalisme, menjadikan materi sebagai satu-satunya tujuan dalam beraktifitas.
Lulusan pendidikan dalam sistem kapitalis boleh jadi menguasai banyak bidan ilmu terapan, namun jauh dari keluhuran moral. Politisi erat dengan korupsi, ulama jebolannya menjadi penjilat penguasa, cendekiawannya lahir dari ide-ide liberalisme.
Pendidikan Dalam Islam
Sementara itu, sebagai sebuah Ideologi yang paripurna Islam memandang pendidikan sebagai perkara yang sangat penting dalam urusan negara. Karena dari sanalah akan lahir generasi yang akan melanjutkan peradaban sebuah negara.
Kurikulum pendidikan dibangun berlandaskan akidah Islam sehingga setiap pelajaran dan metodologinya disusun berdasarkan atas asas tersebut. Peserta didik didorong untuk mampu menguasai tsaqafah Islam, mengutamakan pemahaman terhadap aqidah dan pembentukan kepribadian Islam, mampu menguasai ilmu-ilmu terapan serta terampil dan berdaya guna. Tentu saja segala keteranpilan yang terbentuk bukan sekadar untuk mendapatkan pekerjaan atau mendulang materi yang sebanyak-banyaknya.
Namun, segala keahlian yang dimiliki didasarkan atas pemahaman Islam yang kokoh menjadikan para pemilik ilmu menjadi pelopor-pelopor perkembangan tekhnologi untuk kemajuan negara Islam.
Ada banyak ilmuwan muslim yang sangat tersohor, seperti Ibnu Sina, Al Zahrawi, Al Khawarizmi, Abbas ibn Firnas, Ibn Al haytam, Jabir Bin Hayyan dan lain-lain. Mereka adalah contoh hasil pendidikan dalam Islam. Output yang tidak sekadar menguasai teknologi namun juga menguasai dan mengamalkan tsaqafah islam juga lahir dari guru-guru yang berkompeten dan tidak sekedar melakukan transfer ilmu. Wallahu’alam bisshowab.[]
*Praktisi pendidikan
Comment