Novita Tristyaningsih, A.Md, Ak*: Mutualisme Politik Arab Saudi-As-Israel, Akankah Palestina Merdeka?

Opini780 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kabar terhangat datang dari Timur Tengah. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan negaranya terbuka untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. (Republika, 06/12/20).

Kononnya, normalisasi tersebut dilakukan Timur Tengah agar Palestina memperoleh kemerdekaan. Dengan perundingan itu, diharapkan dapat memulihkan keadaan Palestina atas penjajah Israel.

Pada 23 November lalu, media Israel, yakni Walla News dan Haaretz, menerbitkan laporan yang menyebut ada pertemuan rahasia antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Mereka bertemu di Neom, sebuah kota di Laut Merah.

Dalam pertemuan itu turut hadir kepala badan intelijen Israel Yossi Cohen dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo. Kabar pertemuan itu muncul saat Israel berusaha membuka lebih banyak hubungan resmi dengan negara Arab. Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain diketahui telah melakukan normalisasi diplomatik dengan Tel Aviv.

Normalisasi hubungan beberapa negara Arab terhadap Israel tersebut ternyata memberikan keuntungan bagi Israel maupun Amerika Serikat (As).

Normalisasi itu seperti angin segar bagi Negeri Yahudi tersebut, karena mereka mendapatkan sokongan dari negeri Arab yang notabene bagian dari umat Islam.

Hal itu merupakan bagian dari pengkhianatan negeri Arab terhadap Islam khususnya umat Islam Palestina. Karena selama ini Israel dengan kejam dan beringas menjajah serta mengoyak kehormatan umat Islam Palestina.

Banyak tumpahan darah umat Islam tercecer di sana akibat kekejaman mereka. Melalui normalisasi ini, dikhawatirkan bukan kemerdekaan yang Palestina dapatkan justru akan semakin mengukuhkan penjajahan Israel atas Palestina. Karena militer Israel mendapatkan sokongan.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Middle East Monitor, hal ini sebagaimana dilaporkan wartawan majalah Haaretz Israel, Hagai Amit. Amit mengatakan kalau ratifikasi perjanjian normalisasi hubungan Israel-Bahrain adalah awal baru bagi musim semi Arab-Israel.

Tambahan keuntungan dari perdamaian itu bagi Israel berhubungan dengan industri persenjataan milik Amerika Serikat (AS). Tampaknya, industri artileri AS sedang merasakan bulan madu setelah Israel berhasil meraih kemenangan di Jazirah Arab.

Departemen Pertahanan AS juga mengungkap kalau Boeing berhasil dapat kesepakatan dengan Kerajaan Arab Saudi untuk membuat 70 unit jet tempur F-15. Total nilai kontrak mereka sebesar 9,8 miliar Dolar AS atau setara dengan Rp138 triliun.

Maka, sebenarnya normalisasi ini merupakan simbiosis mutualisme yang sarat akan kepentingan Kapitalisme. Terlebih ini tidak hanya menyangkut kepentingan politik jazirah Arab semata. Tetapi kehormatan dan kemuliaan Islam yang tercabik. Dengan ini, cengkeraman Yahudi terhadap umat Islam semakin kuat.

Di samping itu, dapat kita lihat bagaimana kehormatan Islam terkoyak dengan Islamophobia yang digaungkan Barat. Sehingga label teroris dan radikal terus disematkan bagi umat Islam untuk memunculkan stigma negatif terhadap Islam. Tidakkah kita peduli akan itu?

Tidak sepatutnya kita acuh terhadap permasalahan ini dengan dalih bukan urusan bangsa kita. Karena ini adalah bagian dari kemuliaan Islam dan umatnya. Sadarkah kita bahwa sekat bangsa telah menutup akal dan hati kita, sehingga kepongahan itu muncul dan kita berlepas tangan akan hal itu. Bagaimana pertanggungjawaban kelak di hadapan Allah Swt?

Rasulullah Saw telah memperingatkan setiap muslim agar peduli terhadap urusan kaum muslimin: ‘’Barang siapa bangun di pagi hari, tapi dia tidak memikirkan kepentingan umat Islam, maka dia bukan termasuk umatku.’’ (HR. Muslim).

Adapun perundingan damai dengan Yahudi demi mengembalikan kemerdekaan Palestina itu hal yang sulit dipercaya. Seharusnya dari sejarah kita belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama.

Pengkhianatan Yahudi Bani Qainuqa’ terhadap perjanjian antara mereka dan Rasulullah Saw memberi pelajaran pada kita bahwa duduk bersama melakukan perjanjian damai tidak akan menyelesaikan masalah dengan mereka.

Agar terlepas dari cengkeraman hegemoni Israel maupun Barat terhadap umat Islam, maka sebagai bagian dari umat Islam hendaknya kita membangun kesadaran geopolitik Islam.

Sebab hanya dengan membangun geopolitik yang bersumber dari ideologi Islam yang dicontohkan Rasulullah Saw umat Islam akan mampu berdiri di atas pijakan yang kokoh. Tak lagi terkontaminasi oleh ideologi kufur penyebab kehancuran dan perpecahan di antara kaum muslimin.

Dengan diembannya ideologi Islam yang terlaksana pada penerapan syariat Islam Kaffah dalam pemerintahan Islam, hajat hidup masyarakat secara keseluruhan akan terwujud termasuk kemerdekaan Palestina, sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wata’ala:

“Dan tiadalah Kami utus engkau (ya Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (TQS. Al- Anbiya: 107). Wallahu’alam bisshowab.[]

Comment