RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Dunia sedang resah oleh virus Corona yang mewabah dan tersebar di 28 negara mulai dari Cina, Jepang, Thailand, Singapura, Hong Kong, Australia, Korea Selatan, Taiwan, Jerman, Amerika Serikat, Malaysia, Makau, Perancis, Vietnam, Kanada, Uni Emirat Arab, Italia, Rusia, Inggris, Nepal, Kamboja, Spanyol, Piliphina, Finlandia, Swedia, India, Sri Lanka, dan Belgia (batam.tribunnews.com). Indonesia tidak ada dalam daftar, namun tidak menutup kemungkinan virus Corona juga bisa menjangkau negeri ini.
Apalagi di Singapura, seorang WNI positif terjangkit Virus tersebut (www.kompas.com).
Bahkan mencuat kabar terbaru, ada 83 orang di Sumatera Utara dikarantina rumah oleh KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) Medan. Ke-83 orang tersebut merupakan WNI dan WNA yang memiliki catatan perjalanan berpergian dari Cina (medan.tribunnews.com).
Awal mula virus ini muncul di Kota Wuhan, Cina.
Sejak pertama kali diumumkan pada 31 Desember 2019, kasus kematian akibat virus ini di Cina telah mencapai 425 orang. Sampai saat ini jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Cina mencapai 20.438.
Namun demikian, banyak orang meyakini, jumlah sebenarnya jauh berkali lipat. Ini karena Cina cenderung menutupi info yang sebenarnya. Sumber penyebaran Virus ini disinyalir berasal dari kelelawar. Peter Daszak, Presiden EcoHealth Alliance, telah mempelajari bagaimana penyakit berpindah dari hewan ke manusia.
Peter mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya belum tahu sumbernya. Tapi ada bukti kuat bahwa virus Corona Wuhan kemungkinan disebabkan oleh kelelawar tapal kuda Cina, spesies umum yang beratnya satu ons (tribunnews.com).
Merespon apa yang menimpa warganya di Cina, beberapa Negara terus melakukan usaha evakuasi. Sejauh ini, Jepang, Amerika Serikat dan Prancis telah memulangkan secara massal warganya dengan mengirim pesawat-pesawat sewaan. Sayang, Pemerintah Indonesia cenderung lamban.
Pemerintah baru memiliki solusi untuk urusan logistik 4-5 hari setelah mengevakuasi warganya. Menteri Kesehatan Terawan Agung Putranto pun hanya menghimbau WNI terutama yang berada di Wuhan agar tidak stres.
Dia menyebut virus Corona bersifat swasirna. Artinya, pasien terjangkit Corona bisa sembuh sendiri bila kondisi tubuhnya cukup baik.
Penyebaran virus Corona yang makin meluas juga tak membuat Pemerintah membatasi wisatawan Cina ke Indonesia.
Terbukti, Pemerintah hanya menutup penerbangan langsung ke Wuhan. Namun sebenarnya, pembatalan tersebut terjadi karena ekses kebijakan isolasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Cina, selanjutnya diikuti oleh maskapai penerbangan, bukan berawal dari Kementerian Perhubungan sendiri.
Sementara Wakil Menteri Parekraf, Angela Tanoesoedibjo mengatakan, tahun lalu terdapat sebanyak kurang lebih 1,9 juta wisatawan dari Cina.
Meski begitu, hingga saat ini pihaknya masih dalam proses perhitungan berapa potensi devisa jika wisatawan dari Cina berkurang. Padahal di media sosial banyak netizen meminta Pemerintah untuk sementara menolak kedatangan warga Cina ke Indonesia karena khawatir penularan virus Corona.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Achmad Yurianto, malah meyakinkan bahwa virus bisa dicegah tanpa harus ada penolakan. Padahal sejumlah Negara seperti Hongkong,
Korea Utara, Makau, Malaysia, Amerika Serikat dan Mongolia dengan tegas melarang wisatawan Cina masuk ke negaranya (msn.com).
Wabah virus Corona yang menjalar ke seantero dunia, mestinya membuat para pakar kesehatan dan Pemerintah bekerja sama untuk menelaah cara mengatasi penyakit menular tersebut.
Hal ini harus segera dilakukan mengingat tersiar kabar bahwa bahkan dokter di Cina yang berada di garis depan menangani wabah virus ini pun meninggal dunia (wartakota.tribunnews.com).
Bagaimana Islam melihat persoalan virus ini?
Islam, sebagai sebuah ideologi selalu menunjukkan keunggulannya sebagai agama sekaligus sistem aturan yang lengkap.
Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi atas segenap persoalan. Islam telah lebih dulu membangun ide karantina untuk mengatasi wabah penyakit menular.
Dalam sejarah, wabah penyakit menular pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut, salah satu upaya Rasulullah adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita.
Dengan demikian, metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain.
Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah. Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta juga dikenal luas pada masa hidup Rasulullah. Rasul memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah.
Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Dalam masa karantina, penderita diperiksa secara detil lalu dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat.
Para penderita baru boleh meninggalkan ruang karantina ketika dinyatakan sudah sembuh total. Pada masa Kekhalifahan Umar bin al-Khaththab juga pernah terjadi wabah penyakit menular.
Khalifah Umar pernah keluar untuk melakukan perjalanan menuju Syam. Saat sampai di wilayah bernama Sargh, beliau mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam.
Abdurrahman bin Auf kemudian mengabari Umar bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu.
Sebaliknya, jika wabah terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari) (Buletin Kaffah).
Demikianlah, Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup sehat.
Misalnya, dengan makan makanan yang halal dan baik serta tidak berlebih-lebihan. Islam melarang makan makanan yang sesungguhnya tak layak dimakan, seperti kelelawar.
Islam pun memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Untuk itulah Rasulullah pun, misalnya, senang berwudhu, bersiwak, memakai wewangian, menggunting kuku dan membersihkan lingkungannya.
Namun demikian, penguasa pun punya peran sentral untuk menjaga kesehatan warganya. Apalagi saat terjadi wabah penyakit menular. Tentu rakyat butuh perlindungan optimal dari penguasanya.
Penguasa tidak boleh abai.
Para penguasa Muslim pada masa lalu, seperti Rasulullah dan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. telah mencontohkan bagaimana seharusnya penguasa bertanggung jawab atas segala persoalan yang mendera rakyatnya, di antaranya dalam menghadapi wabah penyakit menular.
Semoga ini bisa menjadi referensi Pemerintah dalam mengatasi wabah virus Corona, agar tidak semakin menyebar dan menelan semakin banyak korban. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.
*ASN, tinggal di PUSPIPTEK-Tangsel
Comment