Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd, Praktisi Pendidikan
__________
Datang akan pergi
Lewat ‘kan berlalu
Ada ‘kan tiada
Bertemu akan berpisah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA –Lagu yang dipopulerkan oleh Endang Soekamti ini mendadak viral karena dinyanyikan oleh awak kapal KRI Nanggala 402 sebelum peristiwa nahas itu terjadi. Seolah menjadi pesan perpisahan dari mereka. Meski begitu, tak boleh dijadikan alasan untuk menyalahkan takdir.
Masih terngiang juga dalam benak masyarakat Indonesia jika melihat beberapa kecelakaan yang terjadi sejak awal Januari hingga akhir April. Mulai dari terbang bebas (Sriwijya Air SJ182), air mengalir deras (banjir NTT dan Kalimantan), serta menyelam lepas yakni kejadian nahas yang dialami oleh KRI Nanggala 402 Rabu lalu (21/4).
Sejak dinyatakan hilang kontak hingga diputuskan bahwa KRI Nanggala 402 telah subsunk (tenggelam), berita ini masih saja menyisakan air mata kesedihan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bagi keluarga yang ditinggalkan, masih berharap semoga masih ada awak yang selamat.
Ucapan belasungkawa terus menjadi trending topik di seluruh media, baik cetak maupun online. Baik berupa video atau hanya sekedar foto yang sempat diabadikan sebelum lepas landas menyelam lautan lepas.
Setelah dinyatakan subsunk, istilah on eternal patrol kemudian mencuat untuk KRI Nanggala 402. Istilah ini digunakan untuk kapal-kapal selam yang tidak akan pernah kembali. Kapal selam ini meninggalkan dermaga dan mulai berpatroli di laut yang dalam dan menenangkan.
Dengan istilah on eternal patrol, kapal-kapal ini tidak dianggap tenggelam tapi sedang berpatroli untuk selamanya menuju pengabdian sesungguhnya.
Baik 53 prajurit yang telah dinyatakan gugur ataukah prajurit selain dari mereka, seluruhnya memiliki andil dalam menjaga persatuan dan keutuhan wilayah laut Indonesia.
Namun tugas ini harus didukung oleh sistem pertahanan dengan sarana prasarana yang memadai dan lengkap.
Sehingga tak akan ada lagi kejadian mengenaskan akibat rentanya sarana prasarana, atau kebobolan dari sistem pertahanan dan keamanannya.
KRI Nanggala 402 diketahui adalah kapal selam serang bermotor diesel-listrik tipe U-209 buatan Jerman. Kapal selam itu diproduksi tahun 1978 di galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, dipesan Indonesia tahun 1979 dan diserahkan kepada Indonesia Oktober 1981 di Jerman.
Secara usia, kapal ini termasuk kapal tua yakni berumur 42 tahun. Jika perawatannya bagus, mungkin tidak masalah untuk dipakai berperang. Namun kenyataannya, Nanggala 402 yang masih beroperasi ini patut dipertanyakan pemeliharaannya.
Menurut mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI Laksda (Purn) Soleman Ponto dalam program Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk ‘Mengungkap Sebab Malapetaka KRI Nanggala’, ada yang harus dicek berkala.
Perangkat penting yang dimaksud oleh Ponto adalah critical sparepart (suku cadang kritis). Menurutnya critical sparepart ini tidak boleh rusak, meski kerusakannya sedikit tetap harus diganti. (medcom.id, 25/4/2021)
Maka dari peristiwa duka ini, perlu dilakukan evaluasi seluruh aktivitas yang dilakukan agar kejadian ini tak lagi berulang. Iringan doa masih terus digaungkan kepada 53 prajurit kebanggaan bangsa.
Semua rakyat percaya bahwa mereka adalah putra-putra terbaik bangsa yang rela mengabdikan dirinya menuju keabadian. Keabadian yang tak ada duanya, yakni milik Sang Penguasa Lautan, Allah azza wa jalla.
Berstatus on eternal patrol, 53 prajurit ini tidak bisa menolak ketetapan Allah. Biarlah mereka berpatroli di bawah kontrol Allah. Dengan kontrol Allah inilah, mereka akan benar-benar mengabdi bagi nusa, bangsa, dan agama.
Jika Allah berkehendak mengembalikan mereka ke pangkuan keluarganya, maka mudah bagi Allah, kun fayakun. Namun jika tidak, maka ikhlaskan mereka tetap di pangkuanNya dengan ketetapan yang terbaik.
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS Al-An’am [6]: 59). Wallahu a’lam bish showab.[]
Comment