Nafisah Asma Mumtazah: Nasib Rakyat, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula

Opini791 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Ketua DPP PKS Aboe Bakar Al Habsy menganggap aneh rencana pemerintah membuka rekening khusus untuk menampung donasi dari pelaku usaha guna membantu penanganan wabah virus corona.

“Langkah ini seolah menjadi bukti pemerintah gagap dalam penanganan Corona,” kata Aboe, Jumat (27/3).

Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) itu menilai pemerintah bekerja seperti lembaga sosial atau Non-Goverment Organization (NGO) yang membuka donasi dari masyarkat.

Padahal, kata dia, selama ini pemerintah atas nama negara sudah memungut cukai dan pajak dari masyarakat.

Aboe juga menilai keanehan lain adalah pemerintah yang masih ngotot untuk memindahkan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur.

“Tentu ini mengundang tanya bagi rakyat, kenapa anggaran untuk pindah ibu kota ada, sedangkan untuk penanganan wabah corona harus saweran dari rakyat,” ujarnya.

Anggota Komisi III DPR itu menuturkan tentu hal ini membuat spekulasi buruk bagi rakyat, seolah pemindahan ibu kota dianggap lebih penting dari keselamatan warga.

“Salus populi suprema lex, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi,” ujar politikus yang karib disapa Habib Aboe itu mengingatkan.

Ia menambahkan seharusnya penanganan Covid-19 menjadi prioritas utama dibandingkan program lain, termasuk rencana pindah ibu kota. “Anggaran dan sumber daya negara seharusnya semaksimal mungkin diarahkan untuk penanganan Covid-19,” katanya, dilansir dari GELORA.CO, (03/3/2020).

Miris, melihat cara pemimpin negeri ini menghadapi perang melawan Covid-19 sepertinya terseok-seok. Ibarat orang mau perang, masih maju mundur cantik. Ada keragu-raguan dalam benak mereka. Di sisi lain mereka menyatakan bahwa keselamatan rakyat adalah utama. Namun, di lain pihak justru tidak cepat dalam mengambil kebijakan, bahkan masih mementingkan materi dari pada nyawa rakyat

Materi dalam hal ini adalah ekonomi menjadi pertimbangan besar dalam keputusan kebijakan. Adanya ketakutan pertumbuhan ekonomi bisa nol, membuat pemimpin mengambil kebijakan yang sama sekali jauh dari keberpihakanya terhadap rakyat

Dan yang paling menyakitkan melihat sikap penguasa negeri seolah-olah tak punya nurani, ditengah-tengah rakyat sedang sekarat menghadapi wabah, malah dimintai donasi dan tambah perih luka hati saat pemerintah mengumumkan pemindahan ibukota baru, astagfirullah.. dimana rasa kemanusiaan kalian ?

Di mana nurani kalian sebagai pejabat negeri ? Inilah hidup didalam sistem kufur Ibarat kata rakyat sudah jatuh ketiban tangga pula

Sistem sekuler kapitalis yang telah lama bercokol di dalam negeri, telah menggerogoti serta mengikis rasa kemanusiaan dan nurani manusia. Yang menganggap materi lebih berharga daripada nyawa manusia. Sehingga hidup rakyat yang ada hanya kesengsaraan

Berbeda penanganannya dalam Islam. Islam menjadikan rakyat adalah unsur utama yang harus diselamatkan. Rakyat ibarat gembalaan yang perlu dijaga dan dirawat. Sehingga saat terjadi wabah seperti ini, Islam pun menjadikan rakyat sebagai acuan utama.

Bagi seorang pemimpin muslim, tugas sebagai pelayan rakyat akan dilakukan. Sehingga ia akan melayani dengan maksimal dan tidak melanggar hukum syariat.

Seorang pemimpin yang bervisi Islam akan menjadikan keimanannya sebagai landasan memutuskan kebijakan. Keyakinan pada Allah SWT, membuatnya tawakal dan berserah diri pada Allah dalam menghadapi wabah ini. Ibarat dalam peperangan, sebagaimana dalam QS Al Anfal ayat 60 artinya:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah, niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya”.

Menjadi seorang pemimpin di tengah wabah harus berani mengambil risiko. Tanpa mempertimbangkan masalah materi, yang utama rakyat terselamatkan. Karena standar kebahagiaan seorang muslim adalah rida Allah, maka pemimpin muslim akan menjadikan rida Allah sebagai tujuan. Oleh karena itu, ia akan langsung memutuskan lockdown agar wabah tak meluas menyerang masyarakat.

Sebagaimana surat Al Anfal ayat 60, kita diperintahkan mengumpulkan amunisi yang banyak untuk persiapan perang. Maka, pemimpin perlu menjamin ketersediaan alat perang (APD) untuk para medis. Sehingga tenaga medis akan merasa aman menjadi garda terdepan penanganan wabah ini.

Pemimpin muslim yang bervisi Islam seperti ini tidak akan mudah didapat. Karena pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang mencintai rakyatnya, menjadikan ketaatan tertinggi hanya pada Allah, memiliki tujuan memimpin untuk memperoleh rida Allah, dan yakin bahwa apa yang dipimpinnya akan diminta pertanggung-jawaban.

Kepemimpinan model ini hanya dapat diperoleh dari sistem yang bersandar ketaatan pada Allah, bukan sistem buatan manusia. Yaitu sistem Islam, dengan sistem pemerintahannya yakni Khilafah. Wallahu A’lam.

*Penulis tinggal di Gresik, Jawa Timur

Comment