RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA Duka itu menyeruak kembali, tepat lima belas tahun yang lalu pembantaian itu terjadi. Pembantaian itu adalah bagian dari genosida yang dilakukan terhadap umat Muslim oleh pasukan Serbia Bosnia selama Perang Bosnia. Salah satu dari beberapa konflik yang terjadi pada 1990-an ketika Yugoslavia bubar.
Republik Sosialis Bosnia dan Herzegovina (yang ketika itu adalah bagian dari Yugoslavia) adalah wilayah multi-etnis Bosniak Muslim, Serbia Ortodoks dan Kroasia Katolik. Orang-orang Bosniak, yang sebagian besar adalah Muslim, adalah keturunan dari Slavia Bosnia yang menganut Islam di bawah pemerintahan Turki Ottoman pada Abad Pertengahan.
Pasukan Serbia Bosnia merebut Srebrenica pada tahun 1992 tetapi wilayah itu segera diambil kembali oleh tentara Bosnia. Pengepungan dan bentrokan antara kedua belah pihak pun terjadi. Pada April 1993, Dewan Keamanan PBB menyatakan kantong itu merupakan “daerah aman, bebas dari serangan bersenjata atau tindakan permusuhan lainnya”. Namun pengepungan berlanjut.
Pada 6 Juli 1995, pasukan Serbia Bosnia menyerang Srebrenica. Pasukan PBB menyerah atau mundur ke kota, dan serangan udara NATO, yang dipanggil untuk membantu, tidak berbuat banyak untuk meredakan serangan.
Wilayah itu jatuh dalam lima hari. Jenderal Mladic berjalan dengan penuh kemenangan melintasi kota bersama para jenderal lainnya. Sekitar 20.000 pengungsi melarikan diri ke pangkalan utama tentara PBB.
Pembunuhan dimulai pada hari berikutnya. Ketika para pengungsi Muslim naik bus untuk menyelamatkan diri, pasukan Serbia Bosnia memisahkan pria dewasa dan anak laki-laki dari kerumunan dan membawa mereka pergi untuk ditembak.
Ribuan orang dieksekusi dan kemudian didorong ke kuburan massal dengan buldoser. Laporan menunjukkan beberapa dikubur hidup-hidup, sementara beberapa orang dewasa dipaksa untuk menonton anak-anak mereka dibunuh.
Sementara itu, perempuan dan anak perempuan dikeluarkan dari antrian pengungsi dan diperkosa. Saksi mata berbicara tentang jalanan yang dipenuhi mayat. Tentara Belanda yang tidak bersenjata lengkap menyaksikan agresi Serbia, namun tidak melakukan apa-apa.
Mereka juga menyerahkan 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung di pangkalan mereka ke pasukan militer Serbia Bosnia. Pengadilan PBB di Den Haag yang menyelidiki peristiwa itu mengungkapkan rencana besar yang berujung pada pembantaian itu. Serbia sudah meminta maaf atas kejahatan tersebut tetapi masih menolak untuk menerima bahwa itu adalah genosida. (kompas.com, 12/07/2020)
Miris, sedih, iba dan marah jika kita melihat penderitaan yang di alami oleh saudara-saudara kita (Bosniak). Betapa nyawa manusia dengan mudahnya mereka hilangkan. Rasa iba serta belas kasih sudah tidak ada lagi dalam benak mereka. Kemana orang-orang penggiat HAM? Mungkin pertanyaan tersebut yang akhirnya muncul dalam pikiran kita.
Keadilan dan Kemanusiaan Semu
Liberalisme dan sekularisme yang tertanam kuat dalam seluruh negeri di dunia membuat kebebasan menjadi hak bagi seluruh bangsa. Tak peduli apakah hal tersebut akan merugikan atau mencelakakan orang lain.
Itulah kemudian yang patut kita duga sebagai biang dari kejadian-kejadian yang menimpa kaum Muslim. Rasanya tak ada keadilan di muka bumi ini bagi Muslim. Sebut saja kejadian Srebrenica ini adalah salah satu dari kejadian genosida yang dialami Muslim. Kemudian kejadian ‘April Moop’, Uighur, Rohingya dan mungkin masih banyak lagi.
Paham kebebasan inilah yang menjadi kunci dari semuanya. Mereka berbuat semau mereka, tanpa memandang batas-batas kemanusiaan. Yang penting adalah kekuasaan hakiki di dunia, masalah pembunuhan itu adalah menjadi sebuah kewajaran yang dinilai dengan sebelah mata. Tak dipandang bahwa kejadian pembunuhan, utamanya kepada Muslim adalah sebuah perbuatan yang keji dan kejam.
Tak ada rasa belas kasih atau kemanusiaan yang nyata. Dari sini, patut kita duga bahwa kebebasan ini menjadi milik segelintir orang atau negara saja. Padahal untuk konteks keadilan dan kemanusiaan ini sangat di junjung erat oleh sistem yang diterapkan sekarang.
Kejadian di atas menjadi bukti nyata bahwa rasa keadilan dan kemanusiaan itu berat sebelah. Hanya memihak pada sekelompok orang tertentu.
Inilah rasa yang akhirnya muncul ketika sistem yang diterapkan bukan berasal dari Sang Pencipta. Tentulah keadilan, rasa kemanusiaan dan kasih sayang luntur alias hilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Hanya seolah ada, namun semu atau hanya fatamorgana belaka.
Islam Memandang
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Tak hanya mengatur masalah hubungan manusia dengan Rabb-nya saja yang terlihat dari aktivitas ibadah. Namun lebih dari itu, Islam mengatur hubungan yang lainnya.
Hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan dirinya sendiri. Semua itu ada rambu-rambunya, secara jelas terpampang dalam Al Quran dan Hadits Nabi saw. Begitu pula dengan lini kehidupan manusia, semua ada aturannya baik dalam hal pendidikan, sosial, ekonomi dan yang lainnya.
Terkait dengan kasus di atas maka Al Quran dan Hadist telah jelas menerangkan. Hal tersebut tercantum dalam beberapa surat.
Dan barang siapa yang membunuh seorang mumin dengan sengaja maka balasannya ialah jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya. (TQS. An-Nisa: 93)
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. (TQS. Al-Maidah: 32).
Kemudian Sabda Rasulullah saw. Bagi Allah, Hancurnya bumi beserta isinya adalah lebih ringan dibanding terbunuhnya seorang muslim.
Begitu amat mulia serta berharganya nyawa seorang muslim, sampai-sampai Allah sendiri memberikan azab yang sangat pedih ketika ada orang yang dengan sengaja membunuh seorang muslim. Bahkan dalam hadits dikatakan hancurnya dunia ini lebih ringan ketimbang terbunuhnya seorang muslim. Subhanallah, begitu luar biasanya penjagaan Islam terhadap nyawa seorang muslim.
Ada fakta yang terjadi ketika Rasulullah ada. Kejadian tersebut adalah terbunuhnya seorang muslim di pasar Bani Qainuqa. Pelaku pembunuhan tersebut adalah Yahudi dari Bani Qainuqa. Lelaki muslim tersebut dibunuh karena membela seorang muslimah yang dilecehkan kehormatannya.
Saat itu, Rasulullah bersikap tegas. Ketegasan beliau tampak dari pemberian hukuman terhadap pelaku dan pada kelompoknya. Pelaku pembunuhan diberikan sangsi hukuman mati dan bagi kelompoknya diusir dari kota Madinah.
Rasulullah melakukannya sebagai bentuk penghargaan Islam terhadap nyawa manusia serta perlindungan kepala negara terhadap rakyatnya.
Sungguh fakta sejarah yang semestinya diteladani dan dilaksanakan dalam kehidupan. Karena selama ini, kaum Muslim selalu saja ditekan dan diberikan perlakuan yang tidak manusiawi. Kejadian di atas akan terus berulang manakala sistem yang diterapkan bukan berasal dari Islam.
Dua Kunci Utama
Dalam Islam, ada dua kunci utama agar tak terulang lagi kejadian seperti di atas. Yang pertama adalah adanya perlindungan dari sebuah institusi atau negara. Dengan adanya negara maka seluruh rakyat akan merasa aman dan sejahtera.
Tentunya negara tersebut harus menerapkan secara sempurna dan keseluruhan sistem Islam, agar berkah didapatkan oleh semua.
Kedua adalah seorang pemimpin yang mempunyai karakter Islam. Artinya adalah pola pikir dan sikapnya hanya mengacu pada hukum syara semata, bukan yang lainnya.
Ditambah juga sandaran aqidah menjadi kewajiban utama yang harus dijalankan dan dipegang erat. Artinya, jika ada masalah yang muncul, maka solusi yang dicari harus merujuk pada hukum syara (Islam saja).
Pemimpin juga sebagai perisai (junnah), umat berperang di belakang serta berlindung dengannya.
Pemimpin adalah pelindung umat dari segala bahaya yang akan menimpa pada harta, jiwa, akal, kehormatan serta agamanya. Sehingga tidak akan mungkin pembunuhan merajalela dan dibiarkan begitu saja.
Sosok pemimpin seperti itu akan ada jika diterapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh). Tentu dengan adanya bingkai negara atau institusi yang mau menerapkan syariah secara sempurna.
Mari melangkah bersama, satukan tujuan serta berjuang bersama untuk dapat mewujudkannya agar kehormatan dan nyawa kaum muslim dapat terjaga. Agar kejadian genosida tidak akan pernah terulang kembali. Wallahu Alam. []
*Pemerhati masalah anak, remaja dan keluarga)
Comment