Mulyaningsih, S. Pt |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Lagi, dan lagi Allah SWT masih sayang terhadap manusia. Kembali lagi, teguran itu datang kepada kita. Menimpa semua manusia yang berada disana. Ya, di Selat Sunda hampir seminggu yang lalu terjangan air laut menghantam wilayah disekitar Lampung Selatan, Kabupaten Serang dan sekitarnya.
Dari data yang ada, bahwa setidaknya ada 426 orang meninggal dunia ketika tsunami Selat Sunda datang menyapa (22 Desember 2018). Sementara itu, korban luka tercatat 7.202 orang dan 40.386 orang mengungsi (m.detik.com, 28/12/2018).
Innaillahi, rasanya belum lama kejadian bencana alam datang pada kita. Masih segar di ingatan kita kejadian di Lombok dan Donggala. Rasanya, air mata ini terus dan terus akan mengalir dengan hebatnya. Torehan duka itu akan semakin mendalam, namun tentunya ada sesuatu yang harus kita jadikan pelajaran agar kita menjadi Muslim yang tangguh.
Berbagai fakta kejadian di atas harusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi manusia. Mungkin lewat gempa itu Allah isyaratkan tanda cintanya pada kita. Tanda bahwa manusia harus kembali pada jalanNya, kembali berhukum sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW. Pelajaran yang amat sangat berharga. Sebagai mana kejadian di Madinah.
Fakta Sejarah
Ada kejadian yang menjadi pelajaran sekaligus patut di contoh oleh kita. Kejadian tersebut adalah, pada suatu waktu kota Madinah dilanda gempa bumi. Kemudian Rasulullah SAW meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah…belum datang saatnya bagimu.” Lalu beliau menoleh ke arah para sahabat kemudian berkta, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian…maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian).
Kemudian, ketika Umar bin Khattab ra menjadi seorang pemimpin (khalifah), Madinah pernah dilanda gempa bumi. Saat itu Umar berkata kepada rakyatnya, “Wahai manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiyat kepada Allah)? Andai kata, gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”
Ceritanya yang sama terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau tidak tinggal diam saat terjadi gempa. Dengan cepatnya beliau mengirimkan surat kepada seluruh wali (gubernur) yang ada. Isi dari surat tersebut adalah, Amma ba’du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran dari Allah kepada hamba-hambanya dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaknya bersedekah dengannya.”
Kemudian dalam firman Allah, ‘Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang.” (TQS Al-A’laa: 14-15).
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kahfy mengungkapkan bahwa, “Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsayat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Dikalangan salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian.”
Subhanallah, betapa luar biasanya kedua Umar tersebut. Beliau mampu menafsirkan kejadian alam (gempa) sebagai salah satu teguran sayang Allah pada manusia. Tak hanya sekedar fenomena alam belaka, namun syarat akan keimanan. Terbayang di mata kita apabila Allah sudah tidak peduli lagi, maka yang terjadi adalah kerusakan pada semua lini kehidupan.
Jika kedua Umar ada bersama kita saat ini, maka mereka akan marah dan menegur dengan keras. Karena memang negeri kita sering kali dilanda gempa. Selayaknya sebagai seorang muslim maka patutlah kita sadar diri, intropeksi diri kita apakah selama ini sudah menjalankan sesuai dengan perintah Allah ataukah malah menjalankan yang Allah larang? Maka dari itu segeralah bertaubat agar berkah dapat dicapai dalam hidup ini.
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbutaan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (TQS. Asy-Syuura: 30).
Kemudian firman Allah yang lain: “Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.” (TQS. An-Nisaa: 79).
Kewajiban Manusia
Selayaknya sebagai manusia yang mempunyai kelemahan, keterbatasan serta kekurangan dalam hal apapun maka segeralah bertaubat. Kembali pada jalan yang Allah ridhoi. Jalan tersebut adalah Islam. Karena Islam tak hanya mengatur masalah ibadah ritual saja, namun mengatur semuanya. Sehingga haruslah kita menerapkan Islam dalam kehidupan secara kaffah (menyeluruh). Agar kesejahteraan itu akan di rasakan oleh manusia dan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Tentulah keberkahan akan turun dari langit dan akan muncul dari bumi.
Tentulah harus ada usaha serius dan sungguh-sungguh agar semua bisa diminimalisir. Tentunya dari segi keimanan dan ketaqwaan harus terus dipupuk agar dia semakin menghujam dalam diri-diri manusia. Sehingga ketika bencana datang, lewat apapun itu yang terjadi adalah sabar dan tawakkal. Kemudian juga dari segi antisipasi maka haruslah di sebuah negara mempunyai alat yang canggih untuk mendeteksi berbagai kemungkinan bencana yang akan datang. Tentu ini adalah sebagai usaha manusia untuk meminimalisir korban yang berjatuhan.
Namun kita tidak bisa pungkiri terkait dengan masalah ajal dan bencana karena itu semua adlah hak dari Allah SWT saja, manusia tidak bisa mencegahnya ataupun menundanya. Manusia hanya bisa mendeteksi sedini mungkin akan bencana yang akan hadir.
Sebelum Allah menegur kita lebih keras, maka saatnya menjawab teguran tersebut. Labbaika Ya Allah, kami akan kembali kepadaMu. Dan bersama-sama saling mengingatkan dalam hal kebaikan agar jalan yang Allah tentukan dapat kita lewati bersama, tanpa ada yang tersesat lagi. Wallahu A’lam. [ ]
Comment