RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Wabah pandemi Covid-19 belum berakhir juga. Bukan hanya di negeri ini, namun seluruh dunia masih diselimuti oleh rasa mencekam yang terus menghantui.
Semoga hal ini menjadi ajang muhasabah, agar nantinya manusia menjadi lebih baik dan bijak. Tentunya menggali segala apa yang harus diubah dalam berperilaku dan bertindak.
Ketegangan karena pandemi ini membuat panik hampir seluruh negara. Ternyata, ada ketegangan fisik yang terjadi di Ibu kota Norwegia, Oslo. Kejadian itu bermula ketika seorang pengunjuk rasa anti-Islam merobek-robek halaman Al Qur’an.
Kepolisian Norwegia sampai menembakkan gas air mata untuk memisahkan dua kelompok yang bentrok.
Sedikitnya ada 30 orang yang ditangkap polisi Norwegia. Akibat bentrokan itu, unjuk rasa anti-Islam di Oslo pada Sabtu (29/8) membuat acara itu diakhiri lebih awal dari jadwalnya.
Seperti dilansir Deutsche Welle (DW) pada Ahad (30/8), unjuk rasa anti-Islam itu diorganisir kelompok Stop Islamisasi Norwegia (SIAN). Unjuk rasa berlangsung di dekat gedung parlemen Norwegia. (kompas.co.id, 30/08/2020)
Sungguh miris melihat kejadian di atas. Dengan seenaknya seseorang melakukan tindakan yang melecehkan dan sekaligus menyakiti hati kaum Muslim. Selalu saja terjadi dan terus akan berulang. Jika bukan Islam yang disudutkan, maka ajaran atau penganutnya yang dipersekusi. Innalillahi, begitulah gambaran kenyataan yang terjadi, Islam menjadi bulan-bulanan oleh mereka yang terlanjur phobia.
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Tak hanya mengatur masalah hubungan manusia dengan Rabb-nya saja yang terlihat dari aktivitas ibadah. Namun lebih lengkap dari itu, Islam-pun mengatur hubungan yang lain termasuk hubungan antar manusia dengan latar belakang perbedaan suku, ras dan agama.
Hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan dirinya sendiri. Semua itu ada rambu-rambunya secara jelas terpampang dalam Al Quran dan Hadist Nabi saw. Begitu pula dengan lini kehidupan manusia, semua ada aturannya baik dalam hal pendidikan, sosial, ekonomi dan yang lainnya.
Kasus di atas, sangat mudah terjadi mana kala sistem yang diterapkan bukan berasal dari Sang Pencipta. Dengan dalih kebebasan, maka semua hal yang dilakukan sah-sah saja.
Di sinilah titik kritis keadilan yang samar. Artinya, keadilan tersebut tak didapatkan oleh semua golongan, ras, bahkan agama. Tentunya kembali lagi, bahwa Islam tidak diberlakukan secara adil. Label dan stigma burukpun kerap terjadi dan lazim di masyarakat dengan kriminaliasi, bingkai buruk atau yang jenisnya. Ini akan selalu hadir dan memberkian warna hitam legam pada Islam sejak masa kenabian hingga abad modern.
Padahal sejatinya ketika Islam diimplementasikan dalam kehidupan maka kondisi aman, damai, sejahtera dan seperangkat kata yang semakna akan terwujud dengan sendirinya. Islam tidak membedakan bedakan hak dan kewajiban bagi pria maupun wanita. Begitu pula dengan Muslim atau non-Muslim. Non Muslim akan hidup damai serta berdampingan dengan Muslim jika ia mau dan tunduk dalam peraturam Islam. Hal ini sudah dibuktikan di negeri negeri mayoritas berpenduduk muslim. Bahkan jiwa, harta, akal serta haknya akan dipenuhk oleh negara. Tak ada perbedaan di antara mereka.
Namun kondisi umat Islam di dunia sekarang ini justeru menjadi bulan-bulanan mereka yang membencinya tanpa dasar. Selalu ditindas, disiksa, dicemooh, dinistakan ataupun dipersekusi baik pada orang ataupun ajarannya.
Innalillahi, begitu buruk dan kejamnya sistem ini terhadap Islam dan para penganutnya, terlebih pada ajarannya.
Kejadian di atas akan terus berulang manakala sistem yang diterapkan bukan berasal dari Islam. Ditambah tidak adanya institusi yang berdiri untuk melindungi kaum Muslim. Karena sejatinya dalam Islam nyawa dan harta akan dijaga dengan sebaik-baiknya.
Adapun dengan pemimpin, dalam Islam dia sebagai perisai (junnah), umat berperang di belakang serta berlindung dengannya. Pemimpin adalah pelindung umat dari segala bahaya yang akan menimpa pada harta, jiwa, akal, kehormatan serta agamanya. Sehingga tidak akan mungkin pembunuhan merajalela dan dibiarkan begitu saja.
Sosok pemimpin seperti itu akan ada jika diterapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh). Tentu dengan adanya bingkai negara atau institusi yang mau menerapkan syariah secara sempurna. Sehingga, perlu disadari bahwa manusia atau Muslim membutuhkan Islam untuk diterapkan dalam kehidupan agar seluruh kondisi dan situasi dapat dikendalikan dengan baik. Sehingga kata damai dan sejahtera benar terbukti adanya dalam kehidupan manusia.
Mari melangkah, satukan tujuan serta berjuang bersama untuk dapat mewujudkannya. Agar kehormatan dan nyawa kaum muslim dapat terjaga. Agar kejadian pelecehan atau yang serupa seperti di atas tak terulang kembali. Wallahu Alam. []
*Pemerhati masalah anak, remaja dan keluarga)
Comment