Penulis: Rima Septiani, S.Pd | Relawan Opini
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Di penghujung akhir tahun 2024 ini, Indonesia masih saja terkena berbagai bencana. Bahkan, nyaris setiap waktu beragam bencana terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Di antaranya, bencana banjir.
Dikutip dari detikjabar.com, sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi terdampak bencana akibat hujan deras yang mengguyur sejak 2 Desember lalu.
Banjir yang terjadi itu merupakan dampak hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi selama dua hari berturut-turut. Sungai Cimandiri meluap dan merendam puluhan rumah di Kampung Mariuk, RT 01, RW 01, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.
Banjir juga melanda Pandeglang, Banten. Banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin (2/12) tersebut seperti ditulis kumparannews.com, merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter. Anggota BPBD Kabupaten Pandeglang bersama relawan dan Babinsa menggunakan perahu untuk membantu warga melewati banjir.
Semua bencana yang mendera bumi katulistiwa tentu harus disikapi dengan tepat oleh setiap muslim. Bencana alam merupakan bagian dari sunatullah atau merupakan bagian qada (ketentuan) dari Allah SWT Tak mungkin ditolak atau dicegah.
Di antara adab dalam menyikapi qada ini adalah sikap ridha dan sabar. Qada merupakan ujian dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 155, “Sungguh kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan kelaparan. Juga dengan berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orag yang sabar.”
Di sisi lain, seorang muslim juga wajib meyakini bahwa bencana alam yang melanda suatu negeri hingga terus menerus bukanlah sekedar soal musibah atau takdir, namun ada andil manusia di dalamnya. Ada campur tangan manusia yang mengakibatkan datangnya bencana silih berganti.
Dalam kasus banjir yang melanda beberapa daerah di Indonesia, sebenarnya ada faktor di luar qada yang bisa mengundang bencana. Bisa disebabkan karena kurangnya negara memberikan perlindungan secara menyeluruh terhadap masyarakat dan daerah dari adanya resiko, dampak dan ancaman bencana alam.
Jika pemerintah tidak memiliki sensitivitas dan keinginan serius dalam menangani masalah alam dan lingkungan, tentu hal ini akan mengancam keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Mengingat, banjir merupakan masalah alam yang cukup kompleks dan perlu perhatian cukup serius.
Hal yang lebih utama dari semua ini adalah perhatian kita terhadap ayat-ayat Allah. Kita tentunya tak lupa, bahwa negeri ini melegalkan sesuatu yang telah jelas menyalahi syariat-Nya. Seperti terkait minuman keras yang seolah tak dianggap haram, sebab dipandang memiliki nilai ekonomi. Tentu saja, kebijakan tersebut mengundang murka Ilahi. Maka wajar, bencana didatangkan sebagai bentuk peringatan.
Selain itu, tak sedikit kebijakan penguasa yang cenderung menambah penderitaan rakyat, di antaranya menjual sumber daya alam, impor produk asing, menaikan harga BBM, tarif listrk, iuran pajak hingga BPJS, tarif tol, dan lain-lain. Ini semua merupakan sumber dari segala bencana alam maupun bencana sosial yang mendera rakyat. Kebijakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak kezaliman penguasa terhadap rakyat.
Ingatkah kita dengan kalimat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa bencana hanyalah akibat dosa dan kemaksiatan manusia. Akibat mereka tidak mengamalkan dan menerapkan syariah-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 41:
“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali (ke jalan-Nya)”.
Kemudian, ada satu kalimat bijak yang perlu kita renungi, seperti “Bumi akan selalu mencukupi kebutuhan semua manusia, namun tidak untuk memenuhi keserakahan satu manusia.”
Melihat bencana yang terus melanda bumi ini, tanpa mengenal hari, kita semestinya mengintropeksi keadaan negeri ini. Bukan hanya wajib muhasabah diri dan keluarga, namun mengintropeksi berjalannya kebijakan dan pemerintahan adalah satu perkara yang tidak boleh luput dari aktivitas manusia. Karena kebijakan dari penguasa inilah yang mempengaruhi bagaimana kehidupan suatu negeri dijalankan.
Kita semua pun tahu bahwa negeri ini adalah negeri penganut muslim terbesar, ribuan masjid didirikan, majelis zikir senantiasa ada, para penceramah tak pernah absen. Namun, mengapa bencana demi bencana terus mewarnai kehidupan politik, ekonomi, sosial dan karut-marut negeri ini seakan tak pernah berujung?
Sejatinya, inilah dampak sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem yang hanya membolehkan agama berperan dalam urusan ibadah dan ritual semata. Namun, untuk urusan kebijakan pemerintah dan ekonomi, agama dilarang ikut campur untuk mengatur.
Sesungguhnya, sistem ini memiliki sifat bawaan yang sangat merusak; kerusakan alam, manusia dan kehidupan. Sistem ini juga telah melahirkan orang-orang serakah yang mengabaikan kepentingan manusia dan alam. Kebijakan yang dilahirkan pun cenderung menguntungkan korporasi dan merugikan rakyat. Pelaksanaanya menyusahkan rakyat.
Karena itu, satu-satunya cara untuk mengakhiri ragam bencana ini tidak lain dengan bersegera bertobat kepada Allah Swt., apalagi mereka yang bertindak sebagai pemegang kebijakan harus segera bertobat dari dosa dan maksiat terhadap aturan Allah SWT. Pun, termasuk penduduk negeri ini, hendaknya segera untuk kembali pada jalan Islam dan menyadari kesalahan yang menempa negeri ini, baik dari segi sistem maupun kepemimpinan.
Dengan demikian, siapa saja yang mengaku dirinya muslim, hendaklah tidak berhukum dengan selain hukum Allah. Mengapa? Karena sesungguhnya menerapkan aturan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan adalah wujud hakiki dari ketaatan dan ketakwaan.
Ketika aturan-Nya diterapkan, maka pasti akan mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]
Comment