Oleh: Sri Purwanti, Analis Mutiara Umat Institute
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Umat Islam bergembira menyambut datangnya 1 Muharram 1441 H. Bulan yang menjadi permulaan tahun baru bagi Muslim di seluruh dunia. Karena bulan Muharram merupakan tanda pergantian tahun dalam kalender hijriah.
Umat Islam menyambutnya dengan berbagai macam cara mulai dari pawai, doa bersama, bahkan ada beberapa tradisi lokal seperi kirab pusaka, Kirab Kebo Bule, Grebeg Suro, ziarah ke gunung, sedekah laut dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan untuk menunjukan rasa bahagia karena bisa bertemu kembali dengan tahun baru. Namun cukupkah menyambut 1 Muharram hanya dengan berbagai ritual saja?
Jika kita menilik ulang sejarah, penanggalan dalam kalender hijriah berkaitan dengan momen hijrahnya Rasulullah saw. dari Mekkah ke Madinah yang terjadi pada tahun 622 masehi. Sistem penanggalan hijriah ini diprakarsai oleh khalifah Umar bin Khattab ra. yang menerima keluhan dari Abu Musa Al-Asy’Ari, gubernur Basrah karena menerima beberapa surat tanpa tanggal.
Khalifah Umar kemudian mengajak beberapa sahabat bermusyawarah kemudian atas usulan Ali bin Abi Thalib ra. yang disepakati oleh para sahabat yang hadir penanggalan hijriah berpatokan pada peristiwa hijrahnya Rasulullah saw.
Momen hijrahnya Rasulullah memang memiliki arti penting bagi umat Islam, karena ini merupakan tonggak berdirinya institusi yang menerapkan Islam secara kafah (menyeluruh) dalam setiap lini kehidupan.
Hijrah berasal dar bahasa Arab hajara secara bahasa artinya berpindah. Bisa dimaknai berpindah dari satu tempat (Mekkah) ke tempat yang lain (Madinah). Namun esensi sesungguhnya bukan semata-mata berpindah tempat tetapi mengubah cara pandang dan cara hidup sebagaimana perpindahan Rasulullah dari Mekkah yang menerapkan hukum jahiliyah menuju Madinah untuk menerapkan aturan Islam yang berasal dari Allah Swt.
Sebagai seorang Muslim sudah semestinya memaknai Muharram bukan sekadar momen pergantian tahun, namun momen untuk melakukan perubahan demi meraih kemenangan hakiki.
Momen untuk melakukan hijrah secara totalitas. Baik skala individu, masyarakat, keluarga, dan negara. Seorang Muslim yang melakukan hijrah secara totalitas maka dirinya akan senatiasa terikat kepada aturan Allah baik dalam kondisi apapaun, baik kondisi sepi (sendiri) maupun di tengah keramaian (banyak orang).
Dalam level keluarga, semua anggota keluarga melaksanakan perannya dengan baik. Seorang suami sekaligus ayah senantiasa memastikan keluarganya (anak, istri) agar senantiasa berada dalam kondisi yang diridai Allah. Memastikan anak perempuan dan istrinya menutup aurat secara sempurna, menjaga interaksinya dengan lawan jenis, memberikan nasihat yang baik ketika anggota keluarga melakukan kesalahan. Memberikan pendidikan terbaik untuk semua anggota keluarganya sehingga selamat dari murka Allah.
Dalam lingkup masyarakat, sosok yang dipilih menjadi pemimpin akan senatiasa menjaga anggota masyarakatnya agar terhindar dari perkara yang dimurkai Allah. Memastikan setiap anggota masyarakat melakukan transaksi yang baik. Seperti tidak mengurangi timbangan, menghindari praktik riba, melakukan kontrol sosial kepada setiap anggota masyarakat sehingga senantiasa terikat kepada aturan Allah.
Dalam lingkup negara, hijrah totalitas bisa dimaknai dengan meninggalkan hukum-hukum buatan manusia yang bertentangan dengan perintah Allah dan menerapakan aturan Allah secara sempurna di tengah masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh al-Mawardi tugas pemerintah adalah untuk melanjutkan fungsi-fungsi kenabian dalam menjaga agama Islam dan mengatur urusan duniawi. Sehingga keindahan dan keagungan Islam bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat baik Muslim maupun nonmuslim.
Hal ini sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika menerapkan aturan Allah secara sempurna waktu hijrah dari Mekkah ke Madinah. Rasulullah sebagai seorang pemimpin sekaligus pemuka agama mampu mengelola keberagaman yang ada di Madinah baik perbedaan suku, agama, ras (warna kulit) dengan mengunakan aturan dari Allah. Masyarakat bisa hidup aman, tentram, dan bahagia karena semua permasalahan mampu diatasi secara menyeluruh.
Maka sudah selayaknya kita memanfaatkan momen Muharram untuk segera hjirah menuju Islam secara kaffah, supaya negeri kita menjadi negeri yang penuh keberkahan. Wallahu a’lam bishawab.[]
Comment