Drs. DH Al Yusni saat memberi tausyiah |
RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Katakan: Aku beriman pada Allah, kemudian istiqamahlah._ (HR Muslim). Sesungguhnya jalan hidup yang kita lalui ini adalah jalan yang tidak sederhana. Jauh, panjang dan penuh liku apalagi jalan dakwah yang kita tempuh saat ini.
Ia jalan yang panjang dan ditaburi dengan halangan dan rintangan, rayuan dan godaan. Karena itu dakwah ini sangat memerlukan orang-orang yang memiliki jiwa ikhlas, semangat dalam bekerja, berjuang dan beramal serta orang-orang yang tahan akan berbagai tekanan. Dengan modal itu kita akan sampai pada harapan dan cita-citanya.
Dulu, ada anak muda menyelesaikan bangkai anjing dengan dimandikan, dikafankan dan dikuburkan. Sehingga seorang alim di kampung itu marah-marah. Nggak ada fiqihnya bangkai anjing itu dimandikan, dikafankan dan dikuburkan. Mahzab apapun tidak ada. Kata anak muda itu, “saya melakukan ini karena wasiat anjing ini”.
Anjing ini memberikan wasiat supaya saya melakukan seperti ini. Tinggal satu wasiat lagi yang belum saya lakukan. Lalu, sang alim itu menanyakan. Apa itu, kata orang alim. Wasiat ini, memberikan anda uang seratus juta. Sumringah wajah orang alim ini, sehingga dia mengatakan, “semoga Allah merahmati anjing ini”.
Orang-orang akhirnya bertanya. Kata orang alim itu, saya sih merasa anjing ini masih keturunan anjing ‘ashabul kahfi’. Jadi, kalau seseorang sudah punya kepentingan, dia bisa merubah dan mendalili (membuat dalil).
Itulah yang membuat seseorang tidak memiliki konsistensi, sehingga kehidupan yang dijalani ini bergantung kepada kepentingan apa. Kalau seseorang punya kepentingan yang bukan lurus karena Allah SWT, itulah yang menyebabkan seseorang itu tergelincir.
Supaya tergelincirnya indah, dilabelkan dalil, karena ada dalilnya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita pada tiga hal ini, supaya kita terpelihara. Jagalah semangatmu apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah (احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ)
*Pertama,* jagalah terus semangat itu. Padahal kita tahu yang namanya semangat itu naik turun, kadang volumenya tinggi. Kalau volumenya tinggi, menanyakan terus kapan adzannya. Karena kondisi iman kita sedang meninggi. Tapi kalau sudah kondisi menurun, mungkin akan berbalik pertanyaannya.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada diri kita untuk menjaga semangat. Para sahabat menjaga semangat itu, mereka punya tiga sikap. Ghoyatul amal, wa ghoyatul roja’, wa ghoyatul khauf artinya kalau mereka beramal pada puncak amal, kalau mereka dalam beramal, berharap benar-benar berharap dan kalau mereka takut amalnya tidak diterima, mereka betul-betul dalam kondisi yang takut tidak diterima amalnya.
Itulah yang menyebabkan generasi para sahabat itu, mereka berharap sekaligus merasakan takut yang luar biasa. Apa yang sudah mereka lakukan, takut tidak diterima Allah SWT.
Maka, jaga semangat kita karena dia memiliki manfaat dunia akhirat kita. Apalagi jelas-jelas amal yang kita lakukan yang punya konsekuensi, dampak memberikan kebaikan dunia dan akhirat kita, karena kita tahu apa yang dialami oleh banyak orang, termasuk saudara-saudara kita yang telah mendahului kita.
Kita berkumpul dari awal, ada yang sudah mendahului kita. Mudah-mudah Allah SWT menerima amal mereka bagaimanapun cara mereka. Dan saya meyakini doa kita pasti sampai.
*Kedua,* senantiasa selalu menjaga doa. Jadi, menjaga semangat terus menerus. Nabi SAW mengingatkan kepada diri kita untuk meminta tolonglah kepada Allah SWT. Allah SWT memberikan kesempatan kita untuk berdoa. Dan doa yang disampaikan seorang hamba pasti diterima Allah SWT, termasuk doa-doa yang manjur, yang ma’tsur.
Maka paling tidak kita menghafal doa-doa yang manjur, doa-doa yang ma’tsur, yg mu’tabaroh. Supaya doa kita dikabulkan Allah SWT. Selama lisan kita masih berdoa, masih memiliki kemampuan berdoa, maka bermurah-murahlah untuk berdoa, karena suatu saat lisan kita sulit untuk berdoa. Naudzubillahmindzalik.
Ada orang panik dalam berdoa. Orang ini bawa hasil keuntungan bisnis. Di tengah jalan di begal. Kata begal itu, saya mau ambil, rampok hasil bisnis kamu. Kata orang ini, bolehlah diambil, asalkan saya boleh pulang. Begal itu bilang, kalau urusan keuntungan urusan bisnis kamu, memang saya mau begal. “Nggak usah diajarin”, katanya. Terus mau ngapain, saya juga akan bunuh kamu. Siap-siap kamu.
Dalam kondisi panik, pedangnya langsung dihunuskan. Ketika itu orang yang panik ini reflek, lisannya membaca alquran surat An Naml ayat 62. Nah, jika kita dalam kondisi panik, kira-kira apa yang kita baca? Kalau anak-anak TPA panik, bacanya “Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa waqinaa ‘adzaabannaar?” Jin nya pasti langsung takut, dan mengatakan, ‘baru kali ini ada anak kecil mau makan saya’, kata jin.
Nah, pebisnis ini panik. Tapi yang terbaca lisannya (penghafal quran), surat An Naml ayat 62. Seketika datang seorang penunggang kuda yang gagah perkasa mengambil busur panahnya, langsung dilesatkan, terkena jidatnya si begal dan meninggal.
Pebisnis yang dibegal ini langsung bilang, “silahkan ambil, saya ingin pulang, kamu begal juga kan”. “Bukan”, kata si penunggang kuda ini. Lalu kamu ngapain disini. Lalu penunggang kuda itu bilang, saya adalah ayat yang kau baca itu. Lalu ia meninggalkan pebisnis ulama ini, dan selamatlah pebisnis ini.
Jadi, ada saat-saat kita berdoa yang nilainya seperti itu. Maka, biasakan lisan kita itu dengan doa-doa kebaikan, yang menyebabkan kita tidak akan memilih file dalam berdoa. Begitulah Allah SWT mengajarkan kita untuk bermurah-murah dalam berdoa, karena setiap doa kita pasti di dengar Allah SWT.
*Ketiga,* mintalah tolong kepada Allah SWT dan jangan lemah. Yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW ini jangan lemah, agar kualitas yang kita lakukan ini kembali meningkat. Stamina kita dalam kondisi yang prima, naik lagi dan naik lagi. Perjalanan waktu tidaklah mudah untuk menjaga konsistensi yang semacam itu.
Ternyata apa yang disebutkan oleh Rasulullah SAW, jangan lemah, pasti akan kita rasakan sebagaimana jalannya umur kita. Itu juga yang dirasakan oleh sahabat Abdullah Ibnu Mas’ud ketika Nabi SAW menyampaikan, “Bacalah Alquran”.
Kata mereka, kami bisa menyelesaikannya sebulan. Bacalah tiga kali, kami bisa menyelesaikannya. Bacalah tujuh kali, kami bisa menyelesaikannya. Bacalah sepuluh kali, kami bisa menyelesaikannya. Baru ketika sudah merasa tua, Abdullah Ibnu Mas’ud baru terasa. “Berat sekali saat usia sudah tua,” katanya.
Seiring perjalanan waktu, akan semakin terasa, ternyata tidak ringan kita melakukan amal-amal kebaikan yang diinginkan Allah dan Rasul SAW pada diri kita.
Antara menjaga semangat, berdoa dengan jangan lemah ternyata ada kaitannya. Kalau kita tidak semangat itu akan mempengaruhi yang lainnya. Doa kita seperlunya, mempengaruhi daya tahan kekuatan kita.
Maka, Nabi SAW mengucapkan kalimat ini (احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ – “Jagalah semangatmu apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah”) dalam satu rangkaian. Supaya kita terpelihara konsistensi kita dalam amal kebaikan yang menghantarkan kita bisa melakukan itu sepanjang usia kita.[]
Penulis adalah mantan Anggota DPR RI. Tulisan ini disarikan dari tausyiah HBH keluarga besar Al Ghuroba Di Anjungan Jawa Tengah TMII Sabtu, 15/6/2019
Comment