Molidia*: Refleksi Hari Guru, Apakah Hanya 25 November Saja?

Opini628 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tanggal 25 November menjadi momentum besar untuk memperingati hari guru,  salah satu hari penting di Indonesia. Apakah hanya di momen dan tanggal 25 November saja kita memuji jasa seorang guru? Apakah kita mengingat dan berterima kasih hanya di hari guru tersebut? Hal-hal seperti inilah yang menjadi bahan renungan kia bersama, apakah cukup berterimakasih pada momen hari guru saja?

Guru disematkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang mengajari dengan ikhlas sampai tuntas. Pujian itu jelas tertuju kepada mereka yang terus berjuang untuk pendidikan dan moral anak bangsa lebih baik. Tetapi apakah perspektif itu masih ada sekarang ini? Atau hanya tinggal cerita saja?

Dalam konteks ril, masih banyak kita dapati guru yang semakin minim mengajar dengan ikhlas dan tidak sedikit yang sibuk dengan masalah administrasi dan balasan yang ia dapatkan setelah menyandang predikat guru bahkan ada beberapa guru lebih mementingkan hak mereka ketimbang mengajari anak bangsa tanpa jasa, seolah-olah keihklasan itu tak nampak lagi adanya.

Peran guru sungguh sangat berpengaruh dan berdampak terhadap bangsa Indonesia ke depan. Kita tidak mampu mengubah kerusakan yang terjadi di atas jika hal-hal yang kecil di bawah belum diselesaikan. Guru menjadi jembatan bahkan penerang di dalam kegelapan. Mendidik moral untuk generasi kedepan dengan keikhlasan karena dari seorang guru lah jembatan untuk anak bangsa kedepan.

Tidak sebatas itu, seorang murid pun mempunyai kewajiban untuk menghargai bahkan menghormati guru karena ilmu yang ia berikan tidak bisa dibayar secara material. Di tataran ril, kita temukan bagaimana mirisnya seorang murid  bertingkah kurang bahkan tanpa etika terhadap orang yang sudah mengajari dengan ketulusan tentang pendidikan.

Tidak sedikit pula murid yang memaki guru, bahkan menghardik dengan bebas seakan-akan ilmu yang diberikan tidak ada harganya. Sangat disayangkan perilaku tersebut didukung oleh pihak-pihak sekitarnya. Lihatlah, saat seorang guru membentak juteru  menjadi perkara besar dan menyudutkan seolah-lah guru tidak punyak hak lebih dalam mengajari. Begitu lemahnya moral para peserta didik dalam dalam hal menghormati dan menghargai pahlawan tanpa tanda jasa itu.

Lalu apa esesnsi dan makna  hari guru jika hal-hal  semacam itu tidak ditinjau kembali dan mendapat perhatian. Pemerintah menjadi harapan rakyat tentunya bisa masuk ke dalam ranah seorang guru. Tingkat  kepedulian sekitar bahkan pemerintah terhadap guru kini mengiris hati, keikhlasan nya tidak dipeduli bahkan dianggap tidak serius untuk dicermati.

Banyak guru yang dihargai dengan harga tak layak, seolah-olah peran guru sebagai pondasi bangsa tidaklah dianggap penting di negeri ini padahal guru merupakan salah satu tonggak tegaknya negeri berdiri. Banyak kita temui guru-guru honorer khusunya yang mendapati upah tak sewajarnya. Jangankan untuk mencukupi keluarga,  untuk keperluan pribadi saja amatlah susah. Apakah dengan kondisi ini, bangsa ini dapat dikatakan menghargai seorang pahlawan tanpa jasa itu? Semua yang kita dapati sesungguhnya karena guru tetapi mengapa perannya kini hanya dipandang sebelah mata?

Sungguh negeri ini sangat mengenaskan. Bangsa ini tidak mampu memberi perhatian dan penghargaan yang layak bahkan terhadap kepedulian yang sepele itu. Kita sibuk dengan urusan yang tak pernah berkesudahan seperti berlalri dalam sebuah lingkaran hingga lupa dengan guru yang menjadi jembatan bagi keberhasilan kita yang kini menduduki jabatan, sebagai politisi dan pebisnis.

Negeri ku semakin kacau-balau dengan semua kondisi yang mengitari hingga ke generasi yang menjadi harapan sebagai tunas bangsa ke depan.  Profesi guru teramat penting bagi keberlangsungan dan kesejahteraan bangsa ke depan. Semua berawal dari peran para guru di dunia pendidikan.

Wahai guru, teruslah mengajar dan mendidik dengan semangat membangun dan melahirkan generasi yang tangguh dengan ilmu dan pengetahuan yang mampu mengubah hal kecil di lingkungan sekitar dan memberi teladan melalui pengajaran kepada anak anak bangsa agar lebih baik ke depan. Tetaplah kau genggam pujian yang selama ini kau dapat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu.

Oleh karena itu, sebagai seorang siswa tidak patut kita memperlakukan pahlawan itu semena-mena, karena mereka adalah penerang dalam kehidupan dan memberi banyak sumber ilmu dalam perjuangan bangsa ke depan.

Peran pemerintah untuk menghargai jasa semua guru sangat diperlukan karena upaya mendasar sebagai langkah awal yang harus diperbaiki adalah di bidang pendidikan.  Generasi bangsa ini  memerlukan asupan gizi pendidikan lebih banyak.

Guru sepatutnya dihargai dan dihormati sehingga negeri ini mampu bangkit dari keterpurukan yang salah satu penyebabnya adalah kurangnya menghargai jasa pahlawan tanpa jasa ini.

Maka tanggal 25 November bukan hanya ritual rutin tiap tahun yang harus dirayakan untuk menghargai jasa mereka, tetapi membela dan menghargai mereka para pejuang pendidika. Selamat hari guru untuk orang-orang yang masih berjuang demi pendidikan yang layak untuk anak bangsa ke depan.[]

*Sekum HMP Bahasa dan Sastra Arab UIN Ar-Raniry, Aceh

Comment