Miniarti Impi, ST |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Gaya hidup bebas atau liberal yang sejatinya lahir di dunia barat, yang tidak mengindahkan keyakinan agama, kini dengan leluasa berlenggang di negeri yang mayoritas berpenduduk muslim, Indonesia. Ditambah media digital saat ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam hal inovasi. Berbagai informasi mengalir dengan sangat deras setiap harinya. Kemajuan teknologi ini, bak pedang bermata dua, disatu sisi ia menawarkan kemudahan yang luar biasa, namun di sisi yang lain menyimpan peluang kerusakan yang sangat dahsyat.
Di dalam sistem kehidupan yang serba bebas ini, media digital memang sengaja dijadikan alat untuk menyebarluaskan ide kebebasan itu sendiri baik kebebasan berbicara, maupun bertingkahlaku. Ide itu diwujudkan dalam berbagai macam cara baik melalui romantisme film, menguak kehidupan glamor selebritis, gaya hidup mereka, dll yang semua itu pada akhirnya menjadi kiblat bagi generasi muda di kehidupan nyata mereka karena lemahnya iman. Memang ada aturan seperti UU penyiaran namun aturan yang ada sangat lentur dan paham-paham yang bersifat pornografi dan merusak akidah masih mendominasi. Media tidak tanggung-tanggung dalam meng-ekspose segala sesuatu tanpa peduli akibatnya merusak generasi, yang penting perhitungan manfaat bagi para kapitalistik.
Namun masalahnya remaja yang masih labil ini tidak memiliki filter ketika berhadapan dengan dunia maya yang serba bebas. Mereka pun akhirnya penasaran dan terjun ke lembah kemaksiatan yang memang secara teristem diaruskan oleh sosial media.
Seperti yang dilansir dalam viva.ci.id, belasan anak di bawah umur asal Kampung Cipeuteuy, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, mengalami ketagihan seks tak lazim. Mereka melakukan adegan syur layaknya penyuka sesama jenis setelah menonton video porno.
Dunia maya begitu menggerus generasi dengan sekulerisme informasi, paham ingin bebas dan berekspresi supaya mendapat pengakuan dari yang lain. Sejatinya mereka bukan menjadi pengendali sosial media tapi justru dikendalikan oleh sosial media. Menjadi generasi menunduk, individualis, kepribadiannya lemah, pragmatis dan kecanduan dengan gadget.
Karena kecanggihan era kini bernafaskan sekulerisme dan kebebasan, hal tertinggi yang ingin dicapai manusia adalah kepuasan materi atau jasmani, seperti eksistensi, berhubungan seksual dan makanan yang enak, jalan jalan, yang intinya adalah kebahagiaan materialistis.
Padahal seharusnya media menjadi alat pendukung pembinaan generasi berkualitas bukan malah sebaliknya menjadi sangat kontradiktif. Di satu sisi negara yang memiliki peran sangat besar dalam hal ini seakan tak bergeming sama sekali. Negara tidak membatasi konten media secara tegas. Di bawah kepemimpinan yang sekuler seperti saat ini, masyarakat dibiarkan bertarung sendiri menghadapi kerusakan, sementara Negara berlepas tangan. Masyarakat yang miskin imanpun diterjunkan untuk berperang melawan bombardier virus nilai-nilai merusak dan sajian intensif media yang mendorong kemaksiatan.
Jadi jelas sekali, masalah utamanya bukan kecanggihan media sosial yang sebenarnya juga kita butuhkan. Namun media sosial yang bersinergi dengan sekulerisme dan kebebasan, menunjukkan gaya hidup hedon, konten-konten kenikmatan duniawi seperti jalan jalan, keeksisan, produk-produk ol-shop yang membuat mereka terus mengikuti tren, bahkan sampai ke pornografi dan pornoaksi.
Rusaknya moral generasi hari ini karena adanya misi liberalisasi dan sekulerisasi yang sistematis dan terorganisir yang sengaja dilakukan oleh orang-orang kafir untuk merusak moral generasi muda Muslim. Adapun, misi liberalisasi tersebut dengan menanamkan paham liberalisme dan hedonisme yang membuat generasi berperilaku bebas dan kebablasan. Paham ini mengajarkan kepada generasi muda untuk bebas berbuat tanpa mempertimbangkan aturan agama.
Maka tidak heran generasi muda saat ini dengan bebas bisa mengambil gambar, mengirim gambar, menyebarkan video apapun dengan mudah lewat dunia digital. Sekulerisasi yang memisahkan agama dari sistem kehidupan, menjauhkan generasi dari pemahaman agamanya yang sesungguhnya. Tidak heran jika sekulerisme dan liberalisme menyuburkan kerusakan mental dan menghancurkan generasi secara massif.
Islam Melindungi Generasi
Kondisi kerusakan generasi muda saat ini tentu harus menjadi perhatian yang serius bagi kita semua, baik itu orang tua, masyarakat maupun negara. Tentu kita tidak rela jika suatu saat nanti kita akan dipimpin oleh generasi yang rusak secara akhlak. Banyak pihak pada saat ini yang mencoba menyelesaikan masalah kerusakan moral generasi, namun nyatanya solusi-solusi yang mereka tawarkan tidak mampu menyelesaikan dengan tuntas tentang masalah ini. Melawan liberalisasi, itulah upaya yang harus kita bangun bersama untuk menyelamatkan generasi dari bahaya liberalisasi.
Dalam pandangan syariat Islam, tidak ada kebebasan secara mutlak sebagaimana yang diagung-agungkan oleh kaum liberal. Seluruh tindak tanduk manusia diatur sedemikian rupa dan rincinya. Bukan untuk mengekang, tapi untuk memanusiakan manusia. Memuliakan manusia. Menjaga kehormatan manusia. Menyelamatakan manusia. Tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Islam mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan. Hubungan suami istri hanya sah melalui pernikahan.
Dalam Islam hubungan antara laki-laki pun diatur, masalah pakaian pun dibahas. Islam juga memberikan aturan-aturan yang jelas terhadap pergaulan laki-laki dan perempuan, seperti larangan khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis), larangan ikhtilat (campur baur dengan lawan jenis), wajibnya menundukkan pandangan, wajibnya muslimah yang telah baligh untuk menutup aurat, larangan untuk mendekati zina, diberlakukannya sanksi bagi yang melakukan zina dengan dera (bagi yang belum menikah) atau rajam (bagi yang sudah menikah), serta aturan-aturan lain terkait pergaulan. Dengan penerapan hukum Islam secara menyeluruh maka akan terlahir para generasi yang berkualitas.
Pun pengaturan media masa. Media massa dalam Islam akan menyelaraskan pembinaan generasi sesuai dengan tujuannya, karena dalam pandangan Islam media massa merupakan media komunikasi yang berfungsi dalam menciptakan sebuah opini publik yang kemudian menjadi opini umum. Berisi konten yang mendidik, berisi hal hal yang bisa meningkatkan ketakwaan dan memberikan gambaran kepada masyarakat bagaimana kehidupan bernegara yang baik dan lain sebagainya.
Mengabaikan Islam sama dengan bermaksiat kepada Allah SWT maka pasti akan menghancurkan umat manusia. Sudah terbukti kapitalisme-sekuler telah gagal membentuk kehidupan bahkan mengantarkan pada kerusakan generasi. Saat ini yang kita butuhkan adalah penerapan islam dalam kehidupan.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jaan yang benar.” (Q.S Ar Ruum 41).
Maka, tugas kita bersama untuk berkontribusi memberikan solusi pada masalah generasi, masyarakat wajib berkontribusi, orang tua harus peduli pada anak anak mereka, individu wajib menjaga diri dan yang terbesar adalah negara wajib menjalankan peran besarnya untuk menyelamatkan generasi dengan mengambil islam sebagai solusi satu satunya dalam kehidupan.[]
Comment