Penulis : Diana Nofalia | Sarjana Pertanian IPB
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Segala sesuatu yang berlebihan tentunya tidaklah baik, begitupun juga dengan rasa kagum terhadap sesuatu, termasuk rasa kagum terhadap figur atau parpol tertentu. Pada Minggu, 15 Oktober 2023, sore hari terjadi kerusuhan di Muntilan, Magelang. Meskipun tidak sampai menelan korban jiwa, 6 unit sepeda motor dibakar massa.
Bentrok diduga melibatkan Laskar PDIP Jogja (BSM dan Bregodo Wirodigdo) yang baru saja menghadiri acara di Mungkid dengan GPK (Gerakan Pemuda Kabah) Militan. (https://tirto.id/kronologi-kerusuhan-di-muntilan-benarkah-simpatisan-pdip-vs-ppp-gQ5l)
Masa menjelang pemilu memang berpotensi terjadi terjadinya konflik, apalagi jika masing-masing simpatisan memiliki ego sebagai kelompok yang paling benar yang kelewat batas dan rasa kagum yang berlebihan.
Hal ini tentunya menjadi pemicu atau benih-benih yang akan mendatangkan kerusuhan antar simpatisan figur atau parpol tertentu.
Masyarakat harusnya memahami bahwa tak perlu berdarah-darah dalam mendukung figur ataupun parpol tertentu, karena dalam politik kapitalis demokrasi sesungguhnya tidak ada lawan ataupun teman yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi.
Elit politik yang mereka dukung tidak menutup kemungkinan jika kepentingan mereka searah mereka akan pindah kubu ke kubu lawan yang tadinya dianggapnya musuh bagi simpatisan partai tersebut.
Tujuan utama elit politik tidak lain adalah kekuasaan. Terlepas mereka mau memperjuangkan atau tidak aspirasi simpatisan mereka, yang pasti adalah demi kekuasaan apa saja bisa dilakukan, dan apa saja bisa dikompromikan. Dengan begitu, apakah mereka akan konsen dengan aspirasi setelah kekuasaan telah didapatkan? Belum tentu.
Selain itu, momen pemilu ini akan banyak pihak-pihak yang akan melakukan segala cara demi mendapatkan suara dan pendukung. Masyarakat tidak seharusnya terjebak dengan polarisasi politik demokrasi yang dapat menimbulkan perselisihan di tengah-tengah masyarakat, karena itu sangat merugikan masyarakat itu sendiri.
Parpol selayaknya memiliki peran strategis dalam perubahan di tengah masyarakat. Memberikan pemahaman seputar politik yang benar. Politik yang bermakna mengurusi urusan masyarakat bukan politik meraih suara demi menjabat agar kekayaan meningkat.
Adapun tujuan parpol sesuai pandangan aturan Islam adalah berkewajiban melakukan koreksi terhadap kebijakan penguasa, tegas dalam membela kebenaran dan menolak kemaksiatan demi kemaslahatan masyarakat.
Selain itu, parpol juga bertugas sebagai penyambung lidah aspirasi rakyat dalam rangka membangun kesadaran penguasa ketika menjalankan amanahnya. Komitmen ini tentunya harus ada di setiap parpol, agar pemerintah tidak lalai dan dzolim terhadap masyarakat.
Tidak kalah penting dari semua hal diatas adalah setiap parpol harus terikat dengan aturan Islam bukan kepentingan individu ataupun golongan.
Dengan begitu parpol memiliki ikatan yang kuat dan tidak mudah disetir oleh pihak-pihak yang dapat merugikan masyarakat. Wallahu a’lam.[]
Comment