Meskipun Tunanetra, KH. Didin Saepudin Mampu Lahirkan Ratusan Hafizh

Bogor, Daerah642 Views

 

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM,   LEUWILIANG — Ribuan pondok pesantren (ponpes) berserak di negeri ini namun ponpes yang dikelola dan dibina oleh seorang ustadz penyandang tunanetra dan melahirkan hafizh masih hitungan jari. Salah satunya adalah Ponpes Safinatul Ummah Al-Muhajirin yang dipimpin KH.Didin Saepudin.

Bersama Nyai Nani Nurhasanah, keduanya jatuh bangun menjalankan roda ponpesnya yang terbilang sederhana itu. Asam garam dan segudang kepahitan harus keduanya telan dengan ikhlas karena Allah semata.

Bagaimana tidak – ceritanya, lepas mondok di salah satu ponpes yang ada di Sukabumi, di mana dia menjadi hafizh Quran dengan model mendengar dan mengikuti, Didin muda pun melanjutkan kuliah pertanian di salah satu perguruan tinggi yang ada di Bandung. Sejak kecil, selain gemar membaca Al Quran, Didin juga menyukai pertanian.

Saat menginjak semester enam, Kyai ditempatnya mondok dulu memintanya pulang ke Sukabumi untuk menjalankan ponpes itu karena ia merasa sudah tua.  Didin adalah orang yang tepat menerima amanah itu.

Haqul yaqin, Didin yang saat itu sudah berumah tangga dan dikarunia seorang bayi berusia 6 bulan pun meninggalkan bangku kuliah demi memenuhi amanah Sang Kyainya.

Sebelum berangkat ia berpikir akan menjalankan pondok yang sudah tertata rapi. Ternyata dugaanya itu salah. Pondoknya hanya berupa gubuk gubuk dari gedek yang sudah lapuk. Bahkan untuk tidur mereka hanya beralas kardus bekas termasuk untuk bayinya.

Tapi dengan ke-Rahman dan ke-Rohiman Sang Khaliq, perlahan pondok itu mulai ajeg berdiri. Bangunan semi permanen pun mampu ia dirikan. Beragam fasilitas pun mulai memenuhi pondok yang berada diperbukitan itu. Jumlah santrinya pun terus bertambah.Pondok pun makin dikenal masyarakat. Santri pun kian bertambah.

Dilalah, sekali waktu pengurus yayasan malah memintanya meninggalkan pondok karena merasa tenaganya sudah tidak dibutuhkan lagi. Didin hanya mampu menarik nafas dalam-dalam. Habis manis sepah di buang. Begitulah kira-kira tamsilnya.

Bersama istri dan anak-anaknya Didin pun meninggalkan pondok dengan tetap istiqomah pada ketentuan Allah yang ternyata kepahitan itu membuka jalan yang lebih baik tanpa ia ketahui, hingga ia malah mampu punya ponpes sendiri yang diberi nama Safinatul Ummah Al-Muhajirin.

Pondok yang beralamat Kp. Setu Lebak, RT 06 RW 02, Desa Leuwimekar, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bahkan sudah melahirkan banyak hafizh dan hafizhah muda yang mumpuni.

Sebagaimana yang diuraikan Ketua Yayasan Safinatul Ummah Al-Muhajjirin Ahmad Firdaus, di 2022 ini adalah program ke-11 pendidikan para generasi penerus sebagai penghafal Al-Quran atau menjadi hafizh.

“Ada 64 siswa yang bermukim atau mondok di pesantren Muhajirin ini, dengan metode ‘One Day One Juz’ mereka diajarkan menghapal Al-Qur’an dengan benar,” ujar Ustad Firdaus,  Ahead  (26/6/2022).

Sementara itu KH. Didin Saefudin, Alhafizh selaku Founding Father Ponpes Al-Muhajjirin mengungkapkan bahwa pondoknya telah mendidik para penghafal Al-Quran sejak 29 tahun silam. Namun di Kampung Setu ini baru dimulai di 2008 lalu hingga kini.

“Insya Allah telah melahirkan lebih dari 600 penghafal Al-Quran,”ujar KH Didin Saepudin.

“Lebih 50 orang yang hafal 30 juz Al-Quran namun telah selesai mondok dan kembali ke daerahnya, seperti Bandung, Majalengka dan daerah lainnya,” ungkap KH. Didin menambahkan.

Pada saat digelarnya Haflah Akhirussanah (perayaan akhir tahun santri atau siswa yang telah selesai menjalani pendidikan atau masa studi) 2022 di pondok ini, berbagai kegiatan digelar dalam acara tersebut, seperti hafalan juz quran, ceramah, qiroah, puisi, tari, drama juga pidato yang dilakukan oleh para siswa-siswi di pesantren Muhajirin.

Salah satu santri berprestasi pada tahun ini adalah Alma Alfiani yang sudah menghapal 17 juz Al Quran.

“Alhamdulillah berkat bimbingann Pak Kyai dan Bu Nyai, menghapal Al Quran jadi nyaman dan nikmat,” cetus dara manis ini riang.[]

Comment