Menyikapi Guru Diketapel Orang Tua Siswa

Opini243 Views

Penulis: Raihun Anhar, S.Pd | Pengajar & Pemerhati Umat

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA—- Baru-baru viral kabar seorang guru yang diketapel oleh orang tua wali hingga matanya berdarah. Orang tua wali tersebut sempat bersembunyi karena takut dipukul polisi setelah mengetahui mata guru itu berdarah. Ia melakukannya karena tidak terima anaknya ditendang oleh guru tersebut. Begitulah pengakuannya dalam seperti ditulis laman kompastv.com Senin, (7/8/2023).

Dari peristiwa ini tentu menjadi pelajaran dan pengingat bagi seluruh guru untuk tidak melakukan kekerasan pada siswa. Mengapa? Karena sejatinya mendidik tidak dengan kekerasan. Jika siswa bersalah maka boleh dihukum dengan tidak menyakiti fisik mereka. Jika dalam hal ini merokok maka bisa diberi teguran dan jika teguran tidak berpengaruh barulah dikasih hukuman namun tidak dengan menendang atau tindakan fisik lainnya.

Menjadi guru membutuhkan kesabaran ekstra. Anak-anak telah terpengaruh oleh lingkungan yang rusak terkait rokok yang sudah biasa dikonsumsi masyarakat, walhasil anak-anak yang masih sekolah pun ikut-ikutan karena penasaran atau alasan lain. Selain merokok ada juga keburukan lain yang dilakukan oleh siswa seperti mabuk bahkan membunuh karena pengaruh lingkungan.

Sebagai seorang pelajar semestinya mengetahui dan mematuhi aturan dalam sekolah seperti tidak merokok. Sehingga terciptalah suasana sekolah yang baik. Inilah salah satu gambaran buruknya kehidupan kita hari ini. Lingkungan masyarakat yang buruk membentuk kebiasaan buruk seperti merokok yang akhirnya terbawa di lingkungan sekolah.

Rokok diproduksi oleh negara dan memberikan pajak besar untuk negara membuat rokok tetap diproduksi dan dikonsumsi. Bahkan sekarang beragam jenisnya. Merokok telah menjadi kebiasaan sebagian laki-laki di Indonesia, termasuk para pelajar.

Di lingkungan masyarakat merokok telah menjadi biasa, meskipun di sekolah dilarang. Ini dua kondisi yang bertentangan. Anak-anak dilarang merokok sedangkan orang dewasa boleh. Sebagai anak-anak mereka merasa mengapa mereka boleh kita tidak boleh? Tentu muncul pertanyaan demikian dalam benaknya dan mencoba untuk melawan sehingga anak kecil pun merokok walau diawali dengan sembunyi-sembunyi.

Satu sisi sekolah ingin mendidik generasi agar cerdas dan sehat namun masyarakat dan negara bertentangan. Bagaimana bisa siswa-siswi terhindar dari rokok jika negara sendiri memproduksinya? Bagaimana bisa siswa tidak merokok jika orang tua atau orang dewasa di lingkungan ia hidup merokok bahkan membiarkannya?.

Walaupun mereka tidak merokok namun tidak menjamin semua anak bebas dari pengaruh rokok yang di mana tidak merokok pun mendapat dampak negatifnya.

Mendidik Generasi Tanggung Jawab Bersama

Mendidik generasi yang cerdas dan sehat bukan hanya tanggung jawab sekolah namun tanggung jawab bersama. Membutuhkan kerjasama antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan negara untuk mendidik generasi yang unggul.

Salah satu cara yang bisa dilakukan bersama adalah memusnahkan rokok atau barang apapun yang bisa merusak organ tubuh. Sehingga anak-anak sehat fisik dan bisa belajar hingga menjadi calon pemimpin negara kelak.

Kita semua tahu dampak merokok tidak ada yang positif bahkan kita yang tidak merokok saja mendapat dampaknya. Oleh sebab itu harus bersama-sama untuk singkirkan rokok. Negara memiliki kendali besar untuk memusnahkan rokok. Akan tetapi tidak mungkin terjadi dalam negara demokrasi kapitalisme.

Mengapa? Karena demokrasi memberikan kebebasan untuk memproduksi rokok bahkan sebagai penyumbang pajak terbanyak di negeri ini. Kemungkinan sangat sulit Indonesia bebas dari rokok.

Oleh sebab itu, kita butuh negara yang mampu membebaskan rakyatnya termasuk siswa dari rokok dan barang-barang buruk lainnya. Negara mengatur apa saja barang-barang yang bisa di produksi dan dijual belikan. Jika barang itu berdampak buruk (makruh atau haram) maka tidak akan diproduksi.

Dengan begitu maka siswa sehat dan cerdas akan bisa dihasilkan dari sistem pendidikan kita. Namun, pendidikan hari ini juga butuh pembenahan agar mampu melahirkan generasi cerdas dan beradab. Hal itu harus diwujudkan dalam pendidikan yang bersistem kan Islam sebagaimana dicontohkan pada masa kejayaan islam di mana pendidikan mampu melahirkan para ilmuwan yang beriman. Tidak hanya cerdas dalam bidang ilmu tertentu namunjugaj taat pada Penciptanya.

Maka di sinilah pentingnya mewujudkan sistem pendidikan Islam agar mampu melahirkan generasi yang mulia, sehat fisiknya, polimate, dan bertakwa sebagaimana Ibnu Sina yang ahli dalam bidang kedokteran dan juga seorang ulama, Al Khawarizmi (ahli matematika), Ibnu Hayyan (ahli kimia), dan para ilmuwan lainnya. Mereka semua adalah ilmuwan yang ahli dalam berbagai bidang ilmu (polimate) serta bertakwa pada Allah SWT.

Tentu kita semua menginginkan generasi seperti para ilmuwan muslim di mana mereka mampu mewujudkan peradaban gemilang dengan ilmu dan berkontribusi dalam peradaban manusia selanjutnya. Seperti halnya Barat yang maju karena belajar dari peradaban Islam.

Dari sinilah maka kita amat sangat membutuhkan negara dan sistem pendidikan yang baik untuk mewujudkan kehidupan sebagaumana peradaban Islam dahulu. Siswa cerdas dan shalih shalihah, tidak merokok, guru juga lebih tenang dalam mengajar dan tidak harus melakukan kekerasan.

Tentu berbeda jauh dengan hari ini yang penuh dengan kerusakan. Dengan demikian, terwujudlah kehidupan yang diberkahi karena rakyatnya termasuk generasinya cerdas dan taat (beriman dan bertakwa) pada Allah SWT. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Araf [7] : 96).[]

Comment