Mental Illness Generasi Bikin Ngenes

Opini429 Views

 

Oleh: Yulida Hasanah, Pemerhati Masalah Generasi

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA— “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran:139)

Kutipan ayat di atas merupakan salah satu penghibur dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya, yakni Nabi Muhammad dan para sahabat yang sedang diuji dengan sebuah kekalahan di perang Uhud. Ayat tersebut juga sebagai bentuk penyemangat bagi siapapun hamba Allah yang sedang mengalami keterpurukan atau kehilangan kepercayaan diri saat dilanda beban hidup.

Menurut Rasyid Ridla dalam tafsirnya, Tafsir Al Manar, kata ‘lemah’ bermakna ‘lemah dalam suatu urusan yang sedang menimpa atau menyakiti jiwa/mental.’ Maka Allah memerintahkan janganlah lemah dalam berperang, meskipun kalian akan ditimpa kesusahan berupa kekalahan.

Hal ini terkait dengan turunnya ayat di atas ketika Nabi Muhammad saw dan para sahabat kalah dalam perang Uhud. Adapun kata ‘janganlah bersedih hati’ yakni tidak bersedih hati terhadap apa yang menimpa diri kita hari ini. Sebab kesedihan akan membuat diri menjadi patah semangat.

Ayat ini merupakan ayat yang luar biasa menggambarkan bentuk motivasi dari Allah terhadap hamba-Nya agar terjaga mental umat Islam dari gangguan kesehatan mental (mental illness). Namun sangat disayangkan, generasi muda kita hari ini justru jauh dari kemampuan menjaga ‘mental health’. Generasi muda muslim sangat rawan terjangkiti mental illness. Padahal hal inilah yang akhirnya menjadikan hidup generasi muda makin ngenes. Na’udzubillah!

Diagnosa Mental Illness Dalam Kehidupan Generasi Muda

Sangat menyedihkan, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Hal ini makin diperparah dengan temuan data bunuh diri pertahun di Indonesia sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri, serta 47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Bahkan hasil riset data Unair News di tahun 2021, angka kematian akibat bunuh diri mecapai 800 ribu hingga 1 juta jiwa setiap tahunya. Sebanyak 80 persen hingga 90 persen dari angka kematian tersebut disebabkan oleh depresi

Sedangkan terkait dengan masalah pemuda dan gangguan jiwa, Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa. Belum selesai sampai di situ saja.

Generasi hari ini juga rawan melakukan penganiayaan terhadap hewan. Dari 5.480 konten kekejaman terhadap hewan yang dikumpulkan, sebanyak 1.626 konten penyiksaan berasal dari wilayah Indonesia. Astagfirullah!

Apa yang terjadi dan menimpa generasi muda kita hari ini merupakan bukti bahwa generasi sedang krisis mental health. Mereka terjangkiti mental illness (mental disorder) atau gangguan kejiwaan, yakni kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasi di antaranya.

Jika kita dalami, generasi dengan gangguan kesehatan mental ini bisa ditemukan dalam dua ranah umum. Pertama, ranah kriminalitas yang ditunjukkan dengan sikap anarkis, sadis, nirempati, dan dekadensi moral generasi. Kedua, yakni ranah maksiat, wujudnya terlihat dari kondisi generasi yang dikelilingi dengan berbagai perilaku seperti hilangnya rasa malu, sikap agresif, senang membully, mudah sekali terjerumus jadi budak cinta, gampang putus asa, depresi, galau, insecure, mudah marah saat dinasehati, posesif, bahkan cenderung pamer mental illness agar diakui, dihargai, dan mendapat simpati. Sungguh ironi!

Semua kondisi tersebut tentu saja tidak ujug-ujug datang dengan sendirinya. Mental illness merupakan buah dari berbagai faktor yang hari ini melingkupi kehidupan generasi muda kita.

Setidaknya ada lima faktor yang mendukung munculnya gangguan kesehatan mental di kalangan generasi muda. Yaitu, lingkungan individualis, kesenjangan sosial yang makin lebar, standar kebebasan dalam segala hal, dan generasi hari ini mayoritas terlahir dalam kondisi ketahanan keluarga yang rapuh.

Kelima faktor ini ada karena diambilnya sekulerisme sebagai asas kehidupan manusia, termasuk asas yang mendasari lahirnya sistem hidup yang hari ini diterapkan.

Sekularisme telah sukses mewujudkan ketimpangan dalam hidup manusia. Sebab agama hanya diletakkan di sudut ruang privat semata. Sementara panggung kehidupan publik yang demikian luas, menihilkan agama. Jadilah jiwa dan akan generasi kita, kering dari aspek ruhiyah yang menyebabkan setiap perbuatan merekapun tak berlandaskan pada ruh, yakni kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah sebagai Pencipta dan Pengatur.

Oleh sebab itu, rentannya mental pemuda hari ini tak hanya butuh solusi yang efektif dan solutif. Namun juga butuh pencegahan praktis yang bisa dilakukan hari ini. Caranya adalah dengan mengenali identitas diri secara tuntas sebagai manusia, dan memastikan kebenaran dari jawaban terhadap tiga pertanyaan besar dalam hidupnya. Yakni dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup di dunia, dan akan kemana setelah dia meninggalkan dunia ini?

Tak berhenti sampai identitas diri saja. Generasi muda muslim hari ini, juga harus menjauhkan diri dari cara berpikir sekularistik, materialistik, liberalistik dan kapitalistik.

Sebab cara perpikir yang demikian jelas menjadi sebab rusaknya cara berpikir mereka sebagai seorang muslim, dan inilah yang menjadi biang kerusakan dan kehancuran kehidupan generasi muda.

Sembari juga meluruskan makna kebahagiaan dalam hidupnya yakni saat semua aktivitas yang dia lakukan diridlai Allah subhanahu wata’ala. Dan selalu menggantungkan hidupnya hanya pada Allah saja, sebab dia tahu bahwa menggantungkan hidup kepada selain Allah, pasti hanya akan mengantarkan dirinya pada kekecewaan.

Terakhir, generasi muslim hari ini haruslah memastikan dirinya selalu berada bersama sahabat-sahabat taat yang tak lepas dari suasana saling nasihat menasihati dalam perkara kebenaran dan dalam kesabaran.

Jangan sampai mereka keluar dari lingkungan dan suasana yang telah dibangun bersama sahabat taat mereka. Wallaahua’lam bish shawab.[]

Comment