Meniti Jalan Panjang Menuju Eliminasi TBC

Opini247 Views

 

Penulis: Normah Rosman | Pemerhati Masalah Sosial

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sejak akhir tahun 2023 hingga 2024, kasus TBC di Indonesia menempati urutan kedua di dunia. Dengan kasus tertinggi TBC pada tahun 2024 yang mencapai satu juta kasus.
WHO (Global TB Report)

Sungguh mengejutkan. Seperti dilansir dari Liputan6 (17/2/2024), Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kasus Tuberculosis atau TB terbanyak.

Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis paru, Erlina Burhan pada saat pengukuhannya sebagai guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada Sabtu, 17 Februari 2024 lalu.

Erlina juga mengatakan jika ada sekitar 1.060.000 kasus TB per tahun, dan 140.700 kematian per tahun. Jika dibagi menjadi 16 orang per jam meninggal akibat tuberculosis. Kini Indonesia tengah dikejar-kejar target eliminasi TB tahun 2030.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menker RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan jika ada urgensi untuk mempercepat penyediaan vaksin TBC atau Tuberculosis baru. Kehadiran vaksin TBC yang baru bisa menjadi solusi perlindungan yang ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat dalam menghadapi Tuberculosis. Juga dapat mengurangi dampak ekonomi akibat biaya perawatan kesehatan sehingga menyebabkan kehilangan produktivitas.

Menurut Budi, jika eliminasi TBC ingin dicapai pada 2030 maka mereka hanya memiliki 3 tahun untuk mengembangkan vaksin TBC agar dapat dimulai penggunaannya pada tahun 2028 (liputan6, 10/2/2024).

TBC Masih Menjadi Ancaman di Indonesia

TBC adalah infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis, bakteri ini dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan sesak napas disertai batuk. Kasus TBC sendiri masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Sejak tahun 2020, kasus Tuberculosis di Indonesia sudah tercatat 824.000 kasus. Kemudian pada tahun berikutnya melonjak menjadi 969.000 kasus. Sedangkan pada tahun 2022 Kemenkes berhasil mendeteksi 717.941 kasus tuberculosis di Indonesia.

Meskipun sempat terjadi penurunan pada tahun 2022, tapi pada akhir tahun 2023, organisasi kesehatan dunia (WHO) merilis Global TB Report 2023 pada 2/11/2023, menyatakan jika kasus TBC di Indonesia menempati urutan kedua di dunia. Bahkan tahun ini kasus TBC tembus hingga satu juta kasus, dan ini adalah kasus tertinggi yang pernah ada di Indonesia.

Ironisnya lagi, kasus TBC ini meningkat tiga kali lipat pada anak. Menurut Kemenkes, hal ini merupakan imbas dari pandemi Covid-19, yang kemungkinan pada waktu itu penderita dewasa belum tertangani dengan baik kemudian menularkannya kepada anak-anak.

Tentu saja hal ini sangat disayangkan. Mengingat target dari pemerintah adalah tahun 2030 eliminasi TBC, yang saat ini sedang melakukan riset untuk menemukan vaksin TBC. Diperkirakan akan membutuhkan waktu hingga tiga tahun ke depan agar vaksin tersebut dapat digunakan, yakni pada tahun 2028.

Vaksin TB memang dapat mencegah penyakit tersebut menular dan menjangkiti, namun vaksin bukanlah solusi tuntas atas permasalahan TBC, karena hingga saat ini vaksin yang di maksud masih dalam proses riset. Lingkungan yang kumuh, makanan yang tidak sehat serta istirahat yang tidak cukup merupakan salah satu penyebab TBC mudah menjangkiti. Terlebih lagi pada orang yang mempunyai imun tubuh yang lemah. Tentu dalam jangka waktu tiga tahun ada banyak hal yang bisa terjadi.

Di sinilah peran pemerintah dibutuhkan dalam menekan lonjakan kasus TBC, sembari menunggu vaksin TBC siap untuk digunakan. Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap upaya eliminasi TBC. Tentu saja dibutuhkan solusi mendasar atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap penularan penyakit TBC, di antaranya adalah kemiskinan dengan segala dampaknya (rumah tidak sehat dan gizi buruk), hygiene dan sanitasi termasuk riset metode pengobatan dan pencegahan yang efektif.

Solusi Tuntas Hanya Ada Pada Sistem Islam

Dalam Islam kesehatan merupakan kebutuhan mendasar yang harus dijamin oleh negara. Kepala negara atau khalifah bertanggung jawab langsung kepada Allah dalam pelaksanaan memberikan kesehatan gratis dan terbaik pada rakyatnya.

Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw. “Imam (khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR.Bukhari).

Negara yang menerapkan sistem Islam akan mengupayakan secara serius pencegahan dan eliminasi TBC secara komprehensif dan efektif. Negara tidak hanya fokus pada penemuan vaksin, tapi juga akan mencari solusi lain guna mencegah dan memberantas TBC.

Karena konsep kesehatan dalam Islam bertujuan untuk memutus rantai penularan penyakit, hingga tidak ada kematian dan kesakitan.

Pembangunan kesehatan dalam Islam memperhatikan aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Negara akan mengupayakan pencegahan dan eliminasi TBC, secara komprehensif dan efektif. Pemegang kebijakan akan memberantas kemiskinan melalui penerapan sistem ekonomi Islam.

Sehingga bisa memastikan masyarakat mampu membangun rumah yang sehat, sekaligus mampu memenuhi keputuhan pangan yang bergizi untuk seluruh anggota keluarganya.

Selain itu negara juga membangun sanitasi dengan teknologi muktahir di setiap permukiman masyarakat agar terhindar dari penularan penyakit. Mendorong berbagai riset untuk menemukan metode pengobatan dan pencegahan yang efektif termasuk penyakit TBC.

Kepala negara menugaskan para pakar ahli untuk kepentingan riset. Membangun sistem pengobatan yang terbaik namun gratis bagi seluruh warga negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas dan gratis tanpa memandang latar belakangnya. Pembiayaan diambil dari kas baitul maal.

Negara juga mengedukasi masyarakat terkait pola sikap dan perilaku sehat, serta bahaya berbagai penyakit dan juga cara memcegahnya. Sistem Islam yang diterapkan kafah dalam seluruh aspek kehidupan adalah sistem terbaik dalam menanggulangi semua permasalahan di tengah masyarakat, termasuk masalah penyakit menular. Wallahu a’lam.[]

Comment