Mengenal Sosok Ummi Cahaya, Entrepreneur Muslimah Meraih Ridha Dan Pahala

Profile494 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Setiap insan yang ingin selamat  mengarungi anomali cuaca dunia, harus mampu menjawab 3 pertanyaan paling mendasar dalam hidupnya. Dari mana asalnya, mau apa di dunia, dan akan kemana setelah wafatnya. Tiga hal krusial ini akan menjadi peta. Jalan mana yang ia tempuh untuk menapaki jutaan pilihan yang menghampirinya.

Begitupun yang dihadapi Ummi Cahaya yang juga aktif sebagai penulis ini. Ummi Cahaya memilih menjawab semua sebagaimana titah Allah dalam al-Quran.

“Saya berasal dari Allah, di mana saya dicipta sepaket dengan aturan hidup yang saya yakini sebagai konsekuensi keimanan. Ketika di dunia, saya dawamkan maksud Allah yang menegaskan bahwa Dia Yang Maha Esa tidak menciptakan makhluk kecuali untuk beribadah pada-Nya.” Ujarnya.

Ibu muda berkiprah di dunia pendidikan ini menegaskan bahwa kelak dirinya akan kembali pada-Nya. Dihisab sesuai amal perbuatan di dunia. Semoga kelak mendapatkan surga.

“Pepatah bilang banyak jalan menuju roma, tapi rupanya lebih banyak lagi jalan menuju surga. Inilah yang sedang saya jalani setelah menggenapkan separuh agama.”

Sebelumnya Ummi Cahaya adalah seorang pegawai di sebuah sekolah Islam terpadu. Namun seiring berjalannya waktu, usaha keluarga berupa Wedding Organizer dialihkan kepadanya yang saat itu masih kesulitan membagi waktu. Sebagai seorang istri, pekerja, sekaligus merintis usaha keluarga tentu ingin dimaksimalkan tanpa mengganggu hak dan kewajiban.

Ada rasa bersalah mengiang di pikirannya. Ummi merasa telah ‘korupsi waktu’. Waktu bersama suami berkurang sambil mengerjakan laporan keuangan. Waktu di sekolah pun tak maksimal karena sering terbagi fokus dengan client WO yang mengirim pesan tak berkesudahan. Di rumah memikirkan pekerjaan, di tempat kerja memikirkan rumah dan customer. Kondisi ini mendorongnya untuk mengambil keputusan dan menyudahi kerumitan.

Di lain sisi, tiap dua kali dalam sepekan, Ummi juga aktif mengkaji Islam. Bukan hanya memenuhi keinginan rohani, namun baginya memahami agama adalah bagian dari kewajiban. Dari sana ia mampu menilik kembali skala prioritas. Memetakan mana yang wajib, mana yang sunnah atau sekadar mubah.

Bekerja bagi seorang wanita hukumnya mubah, namun jika ada pelanggaran syariah bukan tak mungkin malah menghantarkan pada keharaman, alias berdosa. Akhirnya harus ada aktivitas yang dieliminasi seiring niatan yang hampir setahun ingin mendapat kabar baik berupa ‘garis dua’.

Resign dari Tempat Kerja Lalu Fokus Berwirausaha

Setelah memutuskan untuk hijrah, segala aktivitasnya diupayakan sesuai syariah. Termasuk usaha yang awalnya digagas oleh sang ibu ini.

Usaha itu dilanjutkan dengan konsep berbeda. Wedding Organizer Syar’i namanya. Dia berharap setelah resign bisa lebih fokus mengembangkannya.

Ummi memulai langkah bisnisnya dengan meyakinkan keluarga untuk menutup permanen usaha konvensional itu dan berhijrah. Ummi menambah koleksi ‘muslimah wedding dress’ dan berbagai perlengkapan dengan modal seadanya.

Namanya juga usaha, bak laut yang selalu ada pasang surutnya. Kebetulan di kota Medan, perhelatan walimah syar’i masih tabu sekali kala itu. Namun seiring berjalannya waktu sebulan sekali usaha WO syar’ yang dikelola Ummi Cahaya ini bisa handle project bahkan bisa setiap pekan jika di musim tertentu seperti syawal dan hari besar keislaman.

Karena ini usaha musiman, Ummi kembali mencari kesibukan lain agar tak terlalaikan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat.

Atas izin dan dukungan suami, Ummipun memilih berjualan online berupa pakaian anak dan mainan edukasi.

“Saya posting, packing, dan suami lah yang selalu mengantar setiap orderan ke berbagai ekspedisi. Kami memang sepasang pasutri yang mandiri. Tak ingin membebani orangtua justru ingin lebih memberi. Maka kami usahakan bersinergi. Agar lebih mudah berbagi dan menunaikan hak dan kewajiban bersama komunitas dakwah yang kini telah kami bersamai.” tutur Ummi Cahaya.

Allah mendengar doa-doa mereka. Ummi bersiap diri untuk menjadi ibu beberapa saat lagi. Kondisi itu semakin membuat percaya diri dan menambah item dagangan lagi. Meski hingga kini belum memiliki toko sendiri dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, tapi Ummi tetap bersyukur dan terus ikuti alur dan berproses agar menjadi entrepreneur sejati.

Seiring waktu berjalan, Ummi mengumpulkan sedikit modal tambahan. Untuk memperluas jaringan Ummi menjadi mitra sebuah produk kesehatan. Nampaknya memiliki rumah tanpa riba mulai tergambar lewat wasilah berbagai bisnis yang kini ia jalani. Termasuk menolong teman-teman yang ingin berniaga namun kesulitan memperoleh modal. Sistem reseller, akad salam, yang dibolehkan dalam syariah bisa menjadi wasilah rizki menolong perekonomian masyarakat.

Dari rumah, Ummi bisa fokus berperan sebagai ummu wa rabbatul bait. Mengatur rumah tangga sesuai tuntunan agama. Islam juga tak melarang wanita berkarya. Dari rumah tetap bisa menulis opini di berbagai platform media sekaligus berniaga.

Namun begitu, Ummi tentu saja tidsk memandang sebelah ata bagi teman-teman yang masih memilih bekerja di luar rumah. Sebab pilihan masing-masing punya kacamata dan manajemen resiko sendiri-sendiri.

Namun setelah memutuskan ‘WFH’, banyak kemudahan yang Ummi dapatkan. Termasuk kemudahan dalam mengkaji Islam yang sebelumnya cukup sulit menepati akad saat masih berstatus pegawai.

Namun katanya, apapun pilihan yang hari ini datang, maksimalkan saja berbagai peran. Semoga menjadi ladang pahala dan keberkahan hidup yang tak ternilai harganya.[]

Comment