Mengapa Anak Anak Pilih Bunuh Diri ?

Opini116 Views

 

 

Penulis: Yuli Ummu Raihan | Ibu Peduli Umat

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sungguh miris ketika mendengar berita seorang anak SD di Pekalongan memilih mengakhiri hidupnya hanya karena diminta sang ibu berhenti main Hp untuk makan siang. Sang bocah mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan, Ipang Sunaryo sangat menyayangkan kasus ini. Ia sangat prihatin dan berharap ini adalah kejadian pertama dan tidak akan pernah terjadi lagi. Karena sebelum kejadian menurut para guru, di sekolah anaknya masih ceria, tidak ada masalah apa pun, masih bermain dengan teman-teman seperti biasanya.

Kasus anak bunuh diri seperti ini bukanlah yang pertama. KPAI seperti diuqngkap VOAIndonesia.com, Selasa (28/11/2023) mencatat 11 peristiwa anak bunuh diri, dengan 12 korban sepanjang 2023. Tujuh anak berusia 15-17 tahun. Salah satu kasus menelan dua korban. Perempuan tercatat sebagai korban terbanyak. Hal ini diungkapkan oleh Komisioner KPAI Diyah Puspitarini di Jakarta.

Menurut Diyah terdapat banyak faktor yang menyebabkan anak melakukan bunuh diri di antaranya pelecehan fisik, kesehatan mental, perundungan, penelantaran, dan tekanan ekonomi.

Diyah mengatakan agar masyarakat seharusnya waspada dan mengenali tanda-tanda yang bisa jadi petunjuk seorang anak nekad melakukan bunuh diri. Pemerintah juga perlu menguatkan edukasi bagi keluarga, anak, dan pihak-pihak terkait untuk mencegah kasus serupa terjadi kembali. Perlu ada antisipasi dan deteksi dini serta penanganan yang tepat seperti konseling dan pendampingan psikologis.

KPAI juga mendorong pemerintah dan DPR bersinergi dan menjadikan perlindungan anak sebagai arus utama pembangunan dan perbaikan regulasi, kelembagaan, program, serta pendanaan untuk meningkatkan layanan demi melahirkan anak Indonesia yang berkualitas.

Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Vensya Sihotang, mengatakan upaya untuk mencegah kasus bunuh diri ini telah diatur dalam UU No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Kemenkes juga memiliki program kerja yaitu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs) dengan target 2030 mengurangi sepertiga angka kematian dini.

Kombespol Tri Suhartanto pada diskusi ” Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia” Senin (11/9/2023) lalu mengatakan dari 2017- Agustus 2023 telah terjadi 5.556 laporan kasus bunuh diri. Sementara KPAI mencatat Januari – November 2023 tercatat ada 37 laporan anak bunuh diri.

Kasus Bunuh Diri Anak Tidak Bisa Dianggap Remeh

Setiap elemen perlu memberi perhatian khusus terahadap banyaknya kasus bunuh diri terutama pada anak. Apa jadinya jika anak yang merupakan aset bangsa dan penerus estafet perjuangan satu persatu melakukan hal bodoh ini?

Masa anak-anak adalah fase penting dalam kehidupan. Semua hal akan sangat berpengaruh dalam fase ini. Sebagai benteng utama, orang tua perlu menyadari dan mengoptimalkan fungsi keluarga.

Seperti kasus anak bunuh diri hanya karena dilarang main Hp, ini membuktikan bahwa Hp ini dapat menimbulkan bahaya apalagi ketika anak sudah kecanduan. Orang tua harus bisa mengontrol anak ketika menggunakan Hp, bukan membebaskan mereka serta memfasilitasi dengan internet full (WiFi).

Hp atau yang sering disebut setan gepeng memang seperti dua sisi mata pisau. Dia memiliki potensi mendatangkan kebaikan dan keburukan. Semua tergantung pada si penggunanya.

Selain HP, lingkungan juga sangat berpengaruh. Orang tua perlu memperhatikan siapa saja teman anak di rumah maupun di sekolah.

Sekularisme Penyebab Bunuh Diri Anak Marak

Jika kita telaah kasus ini, kita akan dapati bahwa penyebabnya adalah pola pikir dan hidup yang mengikuti Barat. Secara individu manusia hari ini berada dalam kekuatan ide sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) sehingga tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Agama hanya diamalkan untuk masalah ibadah. Bunuh diri dalam Islam adalah dosa besar, bunuh diri bukanlah solusi, justru menambah masalah dan memperberat hisab di akhirat nanti.

Allah SWT dalam surah An Nisa ayat 29:

…وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا – 29

Artinya: “… Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadis terkait hukum bunuh diri ini. Imam Nawawi melalui Syarah Riyadhus Shalihin melampirkan riwayat dari Abu Zaid Tsabit bin Adh-Dhahhak Al-Anshari, di mana Nabi SAW bersabda,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ، عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu.” (Muttafaq Alaih)

Imam Nawawi menjelaskan hadits di atas berisi keharaman bunuh diri. Dan bahwa pelaku bunuh diri akan diadzab atau dihukum pada hari kiamat dengan cara ia membunuh dirinya sendiri. Demikian sebab balasan itu setimpal dengan perbuatannya.

Peran negara sebagai pelindung rakyat juga tidak berjalan dengan baik. Negara membiarkan pemikiran barat masuk dan merasuki pemikiran rakyat. Arus informasi berkembang begitu pesat tanpa ada kontrol. Anak dengan mudah mengakses berbagai konten termasuk tutorial bunuh diri lewat internet

Dalam sistem saat ini ada empat kebebasan yaitu kepemilikan, beragama, berpendapat dan bertingkah laku. Kebebasan ini memberikan pengaruh terhadap pola pikir dan sikap generasi.
Kepribadian generasi dibentuk salah satunya melalui pendidikan. Namun, pendidikan hari ini yang berlandaskan sekularisme menjauhkan generasi dari agama.

Kebahagiaan menurut sistem ini adalah ketika mendapatkan kesenangan dunia dan terpenuhinya naluri. Adalah sebuah kebahagiaan punya banyak uang, HP merk terbaru, bisa mengakses berbagai game kekinian, menikmati hiburan musik, film, fashion, merasakan virus merah jambu, dan tidak mau ribet alias ingin serba instan.

Segala fasilitas dan kemudahan ini membuat generasi menjadi manja, dan rapuh. Maka wajar generasi saat ini disebut generasi stroberi yang terlihat bagus di luar, tapi lembek di dalamnya.

Generasi hari ini begitu rapuh meski hanya mendapatkan sedikit tekanan atau dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman. Hanya karena sayu keinginan yang tidak atau belum terpenuhi sudah merasa paling menderita. Mereka tidak mengenal kata perjuangan dan sabar.

Sementara orang tua disibukkan dengan bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tidak cukup hanya ayah, hari ini ibu pun dipaksa terlibat mencari nafkah sehingga tidak bisa maksimal menjalankan peran utamanya sebagai ibu dan madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Kondisi ekonomi memaksa banyak orang tua meninggalkan anak-anak mereka dan menjadikan HP sebagai hiburan dan pengganti orang tua. Banyak orang tua yang berpikir memberikan semua yang diinginkan anak berarti tanda sayang dan suatu kebahagiaan. Mereka mati-matian bekerja demi bisa memenuhi segala keinginan anaknya. Padahal ini justru bumerang bagi si anak.

Sementara masyarakat dengan berbagai masalahnya juga lebih cenderung cuek dan tidak mau tau dengan kondisi sekitar. Sikap individualis ini menjangkiti hampir semua masyarakat.

Pandangan Islam

Islam adalah agama sempurna. Islam memberikan perhatian besar terhadap generasi. Generasi yang ideal menurut Islam adalah ketika memiliki kepribadian Islam. Karena dengan ini generasi akan kuat, hebat, dan tangguh menghadapi berbagai permasalahan.

Untuk membentuk generasi seperti ini Islam memiliki sistem pendidikan yang ideal. Akidah Islam menjadi dasar bagi kurikulum ayang akan diterapkan, sistem pengajaran juga tidak sekadar transfer ilmu.

Akidah Islam inilah yang akan benteng bagi generasi untuk bisa berpikir realistis dan bisa membedakan mana ranah yang dikuasai dan menguasai manusia. Akidah Islam juga akan membuat manusia paham bahwa kehidupan ini adalah untuk mendapatkan rida Allah. Menjadi diri sendiri itu baik ,tetapi menjadi apa yang Allah mau itu jauh lebih baik.

Islam juga punya sistem ekonomi yang mampu menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok setiap rakyat. Karena tidak dapat dipungkiri ekonomi adalah salah satu faktor paling berpengaruh dalam tingginya kasus bunuh diri. Dengan ini fungsi keluarga akan optimal.

Kita bisa melihat generasi hebat saat ini dari saudara kita di Palestina. Mereka telah kehilangan segalanya, mental mereka terus diuji dengan perang tiada henti, pembantaian di depan mata, penyiksaan fisik, hingga kehilangan anggota keluarga.

Dengan semua kengerian dan ketidaknyamanan hidup tidak pernah kita dengar ada satu pun dari mereka memilih bunuh diri. Mereka justru memilih mati terhormat sebagai seorang syuhada.

Lisan mereka tidak pernah mengeluarkan keluh kesah apalagi ratapan. Hanya zikir dan hafalan Al-Qur’an serta doa-doa baik yang mereka ucapkan. Dalam segala kesulitan dan keterbatasan mereka tetap semangat menjalani hidup, tetap semangat belajar dan menghafal Alquran.

Ini adalah bukti nyata ketika Islam dijadikan pedoman hidup dan diterapkan dalam segala aspek kehidupan insya Allah akan lahir generasi tangguh.

Tidak akan ada lagi kasus anak bunuh diri karena mental mereka telah dibangun dengan keimanan yang kokoh.
Wallahua’lam bishawab.[]

Comment